Bintaro Tangsel, Selasa (26/3/2019)
Hingga kini pendidikan seks di sekolah masih banyak pihak yang menolak. Alasannya, pendidikan seks dicurigai sebagai kegiatan kontraproduktif dan mengarah pada pornografi. Padahal, minimnya akses formal terhadap pendidikan seks bagi anak akan membuat anak dan remaja cenderung untuk memuaskan rasa ingin tahunya melalui saluran lain, seperti internet, film porno dan teman sebaya yang pada umumnya tidak tepat dan bisa jadi berbahaya.
Pada dasarnya seksualitas adalah hal yang tidak bisa dihindari dan dipungkiri untuk dipelajari bukan dalam konteks negatif melainkan untuk mengetahui hal-hal yang memang perlu untuk diketahui seperti pubertas, penyakit atau masalah-masalah seksual serta penanganannya, fungsi-fungsi seksual dan masih banyak lagi.
Usia remaja adalah usia dimana seorang anak menginjak masa perkembangan yang mengarah ke usia dewasa, salah satunya ditandai dengan perubahan biologis karakteristik seks primer maupun seks sekundernya. Perubahan ini membuat remaja mengalami perkembangan perilaku seks seperti rasa ketertarikan dan keinginan untuk mengenal hal-hal terkait seksualitas.
Dari persoalan tersebut, Sekolah Pembangunan Jaya Bintaro menganggap penting untuk mengedukasi siswa-siswinya yang mulai memasuki usia pubertas (kelas V) dengan Pendidikan Seksualitas Komprehensif. Pendidikan seksualitas bukan berarti adalah pendidikan yang mengajarkan berhubungan seks namun pendidikan seksualitas komprehensif adalah pendidikan yang mengajarkan kesehatan organ reproduksi, pendidikan yang mengajari remaja untuk merasa nyaman dengan tubuh sendiri, hingga menghargai hak orang dengan perspektif atau nilai-nilai berbasis hak.
Sehingga untuk dapat menyampaikan edukasi ini dengan tepat kepada anak maka melalui Komite Sekolah, Sekolah Pembangunan Jaya Bintaro mengundang seorang Psycho-Educator yaitu Susi Rio Panjaitan dari Yayasan Rumah Anak Mandiri dalam seminar pubertas pada hari Selasa (26/3). Seminar pubertas dilaksanakan di Sekolah Pembangunan Jaya Bintaro dalam 2 sesi dimana pada saat pengedukasian peserta anak perempuan dipisahkan dengan anak laki-laki.