MEMOTIVASI ANAK TAMAN KANAK-KANAK BELAJAR

Share

Oleh : Susi Rio Panjaitan

 

Fase taman kanak-kanak dikenal sebagai fase pre-school (pra-sekolah) dimana anak dipersiapkan untuk memasuki masa sekolah. Melalui bermain, permainan dan aktifitas yang menyenangkan bagi anak, anak diajar dan dilatih sedemikian rupa sehingga siap dan suka belajar. Yang dipersiapkan bukan hanya keterampilan dasar belajar (membaca; menulis dan berhitung), tetapi keterampilan lain yang sangat penting dalam proses belajar, misalnya disiplin, mandiri, memahami dan taat pada aturan, antusias, berani, bertanggung jawab dan konsistensi. Keterampilan-keterampilan ini sangat penting dimiliki oleh anak yang sudah masuk kepada masa sekolah. Tanpa keterampilan-keterampilan tersebut, anak akan memiliki kendala dan kesulitan dalam proses pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Agar keterampilan-keterampilan tersebut dapat ditumbuhkembangkan, maka anak taman kanak-kanak harus dimotivasi.

Anak Taman Kanak-Kanak

Agar orangtua atau guru dapat memotivasi anak Taman Kanak-kanak belajar, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami siapa mereka. Anak Taman Kanak-kanak adalah anak yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam semua aspek. Jika guru atau orangtua memahami fase dan tugas perkembangan anak taman kanak-kanak, maka hal ini akan memudahkan orangtua dan guru dalam memotivasi dan membimbing mereka belajar.  Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak taman kanak-kanak dapat dilihat dan dipahami dalam perkembangan fisik-motorik; perkembangan kognitif; perkembangan psikososial; perkembangan moral; perkembangan psikoseksual; perkembangan bahasa & komunikasi dan perkembangan sosio-kultural

Perkembangan Fisik – Motorik

Masa ini tandai dengan pertumbuhan fisik-motorik anak yang sangat lincah. Anak banyak bergerak karena tulang-tulang dan otot-otot mereka sudah  bertumbuh, berkembang dan berfungsi dengan sangat baik. Selain itu, koordinasi antara motorik juga sudah baik. Hal ini menyebabkan anak suka  berlari, melompat, memanjat, masuk kolong, masuk ke dalam lemari, memberantakin atau mengacak-ngacak isi lemari, laci dan lain-lain, menendang, melempar – menangkap bola atau barang lainya, dan lain sebaginya. Karena motorik halus mereka juga sudah  berkembang dan berfungsi dengan baik, anak taman kanak-kanak juga menjadi mampu dan suka merobek kertas (termasuk kertas yang kita anggap penting dan berharga seperti uang), menggunting (termasuk menggunting rambutnya sendiri) dan mencoret-coret. Terkait coret-mencoret, anak-anak di usia ini gemar menjadikan dinding/tembok sebagai sasaran coretan. Ini terjadi karena motorik kasar (berjalan, berlari, melompat dan lain-lain) serta motorik halusnya sudah berfungsi dengan baik. Mencoret tembok dapat memuaskan kebutuhan motorik kasar dan motorik halus mereka sekaligus. Mereka dapat mencoret-coret sambil berdiri, berjalan bahkan sambil melompat. Selain itu, tembok/dinding yang jauh lebih lebar dari kertas membuat mereka puas mencoret-coret. Ini adalah hal yang menyenangkan bagi anak. Oleh sebab itu, tembok/dinding akan membuat mereka antusias.

 

 

Perkembangan Kognitif

Anak taman kanak-kanak masih dalam masa usia emas (golden age). Hal ini membuat rasa ingin tahu mereka sangat tinggi, suka bertanya dan mudah mengingat. Rasa ingin tahu mereka yang sangat tinggi akan membuat mereka penasaran dan antusias terhadap apa yang menarik bagi mereka. Itulah sebabnya, jika mereka merasa bahwa jawaban yang diberikan oleh orangtua, guru atau orang dewasa lainnya belum memuaskan pikiran mereka, mereka akan terus dan terus bertanya. Walaupun demikian, penjelasan yang diberikan untuk semua pertanyaan mereka harus menggunakan bahasa yang sederhana, yang dapat mereka pahami dan harus sekonkrit mungkin.

Perkembangan Psikososial

Karena mereka sudah bersekolah, mereka mulai mengenal lingkungan lain selain keluarga yang terdiri dari orangtua, kakak-adik, kakek-nenek, om-tante dan pengasuh serta orang lain yang bekerja di rumah mereka. Oleh karena itu, anak belum  memiliki kepercayaan (trust) terhadap orang lain. Mereka merasa tidak nyaman dan tidak aman jika ditinggal dengan orang-orang yang tak dikenalnya dengan baik. Tidak heran jika di awal-awal sekolah banyak anak yang menangis dan tidak mau ditinggal oleh orangtuanya. Anak taman kanak-kanak juga belum mandiri sepenuhnya. Mereka masih harus dibantu dalam berbagai keterampilan bina diri seperti saat BAK (Buang Air Kecil), BAB (Buang Air Besar), mandi, berpakaian dan lain sebagainya. Pada umumnya, di fase ini anak senang dipuji dan senang meniru orang lain yang ia sukai.

Perkembangan Psikoseksual

Di usia ini anak belum terlalu memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Inilah yang menyebabkan mereka mau bermain dengan siapapun tanpa memandang jenis kelamin. Mereka juga belum mahir toilet training sehingga masih sangat tergantung kepada pengasuh (caregiver).

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Anak taman kanak-kanak pada umumnya sudah terampil dalam berbicara dan berkomunikasi. Pada banyak anak, mereka bahkan sudah cukup memahami lebih dari dua bahasa, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa asing (misalnya bahasa Inggris) atau bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Walaupun demikian, pemahaman mereka terhadap kata-kata masih bersifat konkrit. Pada fase ini anak masih sulit memahami kata-kata yang tidak konkrit dan kata-kata yang asing untuk mereka. Contoh : anak mungkin  belum mengerti arti menyesal. Jadi, supaya anak paham arti menyesal, maka kata menyesal harus dideskripsikan. Misalnya : Bayu bermain bola di rumah. Padahal, mama Bayu sudah melarang Bayu bermain di rumah karena di atas meja ada vas bunga. Bola yang dilempar Bayu mengenai vas bunga. Vas bunga jatuh dan pecah. Bayu menjadi takut karena mamanya pasti akan memarahi Bayu. Bayu menyesal. Menyesal di sini artinya : Bayu jadi sedih karena tidak taat pada mamanya. Kalau tadi Bayu menurut nasehat mama, pasti vas bunga mama tidak pecah. Anak taman kanak-kanak juga sudah mampu berkomunikasi dua arah dengan aktif.  Jika anak taman kanak-kanak belum mahir berbahasa dan berkomunikasi, maka perlu dilakukan asesmen guna mengetahui apa yang menjadi penyebabnya  dan apa yang harus dilakukan guna menolong anak.

Perkembangan Moral

Anak taman kanak-kanak  taat kepada peraturan hanya karena takut konsekuensinya. Misalnya : Jika tidak mau tidur siang, maka nanti sore tidak dikasih es krim. Jika seorang anak sangat suka es krim, maka ia akan tidur siang supaya dikasih es krim. Dengan demikian, menjelaskan konsekuensi dari suatu perilaku/tindakan  merupakan cara yang baik untuk mengajarkan anak tentang moral.

Perkembangan Sosio – Kultural

Anak taman kanak-kanak belum memahami sosio-kultural dengan baik. Ia hanya memahami hal ini sebagai sesuatu yang dilekatkan kepadanya dan kepada orang lain. Contoh : Setiap hari Minggu pagi dia dibawa ke gereja, tetapi dia belum paham bahwa yang beribadah di gereja adalah umat beragama Kristen. Atau, ia tahu bahwa ia orang Batak, tetapi  ia belum paham apa itu Batak dan bahwa tidak semua orang adalah suku Batak. Jadi, ia belum dapat berinteraksi secara baik dengan dasar sosio-kultural.

 

Dengan memahami karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak taman kanak-kanak, maka lebih mudah bagi orangtua dan guru dalam mengajar dan meningkatkan motivasi belajar mereka. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar orangtua dan guru dapat mengajar dam memotivasi mereka untuk belajar, antara lain:

  1. Sabar – Jika kita lihat fase perkembangan mereka, tidak heran jika anak taman kanak-kanak banyak bergerak, banyak bicara dan selalu tampak aktif. Selain itu, dalam banyak hal mereka harus sepenuhnya dibimbing. Oleh sebab itu, kesabaran harus dimiilki oleh guru dan orangtua. Jika tidak sabar, maka proses belajar tidak dapat berjalan dengan baik, anak akan cepat bosan dan mungkin tak mau lagi belajar. Jika tidak sabar, ada kemungkinan orangtua dan guru melakukan kekerasan kepada anak, misalnya mencubit, membentak dan lain-lain yang pastinya akan melukai fisik dan hati anak.
  2. Lincah/Gesit – Anak banyak dan senang bergerak. Oleh karena itu, belajar dengan menggunakan kemampuan bergerak sangat diminati oleh anak, misalnya bernyanyi sambil menari, melompat, berlari dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, orangtua dan guru harus lincah/gesit sehingga dapat mengimbangi gerak anak dengan baik.
  3. Kreatif – Anak taman kanak-kanak adalah individu yang sedang berkembang dalam kemampuan Oleh karena itu, agar mereka dapat memahami dengan baik apa yang diajarkan kepada mereka, maka guru dan orangtua harus kreatif. Selain itu, mereka juga cepat merasa bosan. Oleh karena itu, pengajar, baik orangtua maupun guru harus kreatif dalam mengajar.
  4. Berpakaian & Berdandan yang Pantas/Sesuai – Jangan sampai pakaian atau perhiasan yang dikenakan menggangu gerak saat mengajar atau mengganggu konsentrasi anak. Misalnya : pakaian yang terlalu sempit dapat menggangu kita saat mengajar. Riasan wajah yang menor dan asesoris yang dikenakan dapat menggangu konsentrasi anak.
  5. Mengajar dengan Menggunakan Media Pembelajaran yang Tepat – Anak taman kanak-kanak pada umumnya merupakan pembelajar visual. Artinya, visualisasi akan menolong mereka memahami apa yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, mengajar dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menarik. Selain itu, media pembelajaran yang tepat dan menarik dapat meningkatkan antusianisme anak dalam belajar.
  6. Menggunakan Metode Pembelajaran yang Tepat, Menarik dan Menyenangkan – Metode pembelajaran yang tepat, menarik dan menyenangkan dapat memotivasi anak untuk belajar. Bermain peran (role play), bercerita, eksperimen dan permainan (games) adalah beberapa metode belajar yang dapat dipakai dalam mengajar anak taman kanak-kanak dan dapat meningkatkan semangat belajar mereka.
  7. Mengajar dengan Suara, Ekspresi dan Bahasa Tubuh yang Tepat – Suara, ekpresi dan bahasa tubuh guru dan orangtua adalah salah satu faktor penentu. Anak-anak biasanya akan semangat dan antusias belajar jika guru atau orangtua bisa menggunakan suara, ekpresi dan bahasa tubuh yang tepat. Sebaliknya, suara, ekpresi dan bahasa tubuh yang tidak tepat dapat membuat anak menjadi takut dan tidak mau belajar.
  8. Berangkat dari Apa yang Diminati Anak – Belajar dari apa yang diminati anak dapat membuat anak senang dan tertarik belajar. Oleh sebab itu, orangtua atau guru mesti tahu apa yang diminati anak. Misalnya : jika ingin belajar tentang mahluk hidup, dapat dimulai dari hewan peliharaan anak.
  9. Jangan Kaku dengan Posisi Saat Belajar – Belajar tidak harus dengan posisi duduk menghadap meja. Belajar bisa dilakukan sambil melompat-lompat, duduk di lantai dan lain-lain.
  10. Gunakan Bahasa dan Kata-kata yang Dipahami oleh Anak – Karena kemampuan kognitif, berbahasa dan komunikasi anak sedang berkembang, maka guru dan orangtua harus menggunakan bahasa dan kata-kata yang dipahami oleh anak. Bahasa dan kata-kata yang tidak dipahami dengan baik oleh anak dapat membuatnya bingung bahkan jadi tidak tertarik belajar.
  11. Bikin Anak penasaran dengan Apa yang akan Dipelajari – Pada umumnya anak punya rasa ingin tahu yang tinggi. Sesuatu yang membuat mereka penasaran akan mendorong mereka ingin tahu. Oleh karena itu, membuat anak penasaran akan membuat mereka antusias.
  12. Jangan Pelit Pujian dan Apresiasi – Siapapun juga senang dipuji dan diapresiasi, termasuk anak taman kanak-kanak. Selain menyukakan hati, pujian dan apresiasi dapat menjadi stimulus yang mendorong anak melakukan kembali hal yang sama atau berbuat lebih baik lagi.
  13. Beri Penguatan – Penguatan dapat berupa hadiah (reward). Hadiah (reward) yang tepat dan diberikan dengan cara yang tepat dan membuat meningkatkan semangat belajar anak. Perlu diperhatikan bahwa hadiah (reward) haruslah istimewa untuk anak dan tidak terlalu  mudah didapat sehingga anak bersemangat untuk mendapatkannya. Ini dapat menjadi motivasi ekstrinsik bagi anak dalam belajar.
  14. Tunjukkan Sikap Antusias dengan Apa yang Diminatinya/Dikerjakannya – Pada umumnya orang akan senang jika orang lain tampak antusias dengan apa yang kita minati/kerjakan. Demikian juga anak taman kanak-kanak. Antusias yang ditunjukkan oleh guru dan orangtua terhadap apa yang sedang mereka minati/kerjakan akan membuat anak merasa senang. Jika anak merasa senang, maka akan lebih mudah bagi orangtua dan guru mendorongnya untuk belajar.
  15. Jangan terlalu Pusing dengan Gaya Belajar Anak – Gaya belajar setiap anak berbeda. Ada anak yang senang belajar sambil bersenandung, ada yang senang belajar sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Hal ini jangan dijadikan masalah besar. Beri kebebasan kepada anak untuk belajar dengan gayanya sendiri. Hal ini akan membuat anak senang dan nyaman sehingga ia menjadi semangat belajar.
  16. Utamakan Proses Belajar – Belajar tidak semata-mata mengharapkan sesuatu yang dinilai dengan suatu angka tertentu (score). Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu yang  dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Dalam proses tersebut anak dapat belajar kemandirian, disiplin, kejujuran, pantang menyerah dan lain sebagainya. Hal-hal ini merupakan  modal bagi anak dalam proses pembelajaran pada jenjang berikutnya.
  17. Durasi Belajar Jangan terlalu Lama – Konsentrasi anak taman kanak-kanak relatif pendek dan mereka cepat bosan. Oleh karena itu, sebaiknya durasi belajar tidak perlu terlalu lama. Cukup sekitar 20 menit sampai 30 menit.
  18. Bantu dan Dorong Anak untuk Belajar dengan Teratur – Belajar adalah proses seumur hidup. Itulah sebabnya semangat belajar harus ada pada anak dari sedini mungkin. Karena anak taman kanak-kanak sudah mulai masuk masa pra sekolah (pre-school), maka mereka perlu dilatih untuk belajar dengan teratur. Ini juga sangat baik untuk melatih anak displin.

Dengan memahami anak dengan baik, maka upaya memotivasi anak taman kanak-kanak untuk  belajar lebih mudah dilakukan. Jika anak sudah termotivasi untuk belajar, maka belajar jadi proses yang menyenangkan bagi anak sehingga kita dapat mengharapkan hasil yang menggembirakan. (SRP)

 

Share

Related posts

Leave a Comment