Oleh: Susi Rio Panjaitan
“Anak Berusia Sekian Tahun Ditemukan Tewas Gantung Diri.” “Seorang Anak Memperkosa Anak yang Berusia Lebih Kecil dari Dirinya.” “Rumah Sakit “X” Kewalahan Melayani Anak-anak dengan Gangguan Kesehatan Jiwa akibat Kecanduan Games.“ Berita-berita dengan tema/topik seperti kalimat-kalimat di atas, setiap saat dapat kita temukan di segala bentuk media massa, baik itu media konvensional maupun media online. Selain itu, kita juga diperhadapkan dengan berbagai kondisi pada anak, misalnya: anak yang berhadapan dengan hukum karena melakukan tindakan melawan hukum, anak dengan perilaku tawuran dan lain-lain. Yang menjadi pertanyaan adalah: “Mengapa anak berperilaku demikian?”. Pengaruh buruk teman, baik teman di dunia nyata dan dunia maya serta dampak negatif akibat salah dalam menggunakan internet dan gadget sering dikatakan sebagai faktor penyebab, Pendapat ini tidak salah karena ada korelasi yang signifikan antara pergaulan maupun penggunakan internet atau gawai dengan perilaku buruk anak. Walaupun demikian, bukan berarti anak menjadi tidak boleh bergaul/berteman atau tidak boleh menggunakan internet atau gawai.
Anak adalah individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dalam segala aspek. Dalam proses tersebut anak membutuhkan lingkungan yang kondusif. Salah satu lingkungan kondusif yang dibutuhkan anak untuk kepentingan terbaik pertumbuhan dan perkembangannya adalah rumah. Rumah tidak semata-mata tentang sebuah bangunan atau gedung, tetapi bicara tentang komunitas kecil yang disebut sebagai keluarga. Harusnya, keluarga merupakan sekelompok orang dimana mereka sungguh-sungguh saling mengasihi. Pada umumnya, sebuah rumah dihuni oleh satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Agar dapat berumbuh dan berkembang dengan baik, maka anak harus hidup dalam sebuah keluarga yang hormonis. Dalam keluarga harmonis, seluruh anggotanya saling mengasihi, menghargai, menerima, mendukung, membela, membantu serta saling mudah minta maaf dan memaafkan ketika ada yang berbuat kesalahan. Dengan demikian, keluarga menjadi tempat ternyaman dan teraman bagi seluruh anggotanya.
Anak yang berasal dari keluarga harmonis tidak akan mudah goyah apalagi depresi jika ia mengalami hal-hal yang mengecewakan di luar rumah. Ia memiliki konsep diri, harga diri dan rasa percaya diri yang sehat. Ia pun memiliki daya tahan yang baik sehingga tidak mudah frustasi dan putus asa ketika mengalami berbagai tantangan. Ketika ia mengalami hal yang tidak menyenangkan, misalnya di sekolah, maka rumah akan menjadi tempatnya pulang, mengadu dan berlindung. Di rumah ia akan menerima berbagai perawatan, penyegaran dan penguatan sehingga ia segera pulih dari ketidaknyamanan dan siap untuk kembali bergaul, belajar dan berkarya di luar rumah. Sayangnya, tidak semua keluarga merupakan keluarga yang harmonis. Ini menjadi faktor pengganggu terbesar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Salah satu penyebab ketidakharmonisan dalam keluarga adalah tidak adanya komunikasi dan relasi yang baik dalam keluarga karena semua anggota keluarga memiliki kesibukan yang luar biasa. Ayah dan ibu yang sibuk bekerja di luar rumah serta anak-anak yang sibuk dengan jadwal sekolah dan berbagai kursus/les membuat mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk bersama-sama. Bahkan, jarang bertemu walaupun bertempat tinggal di alamat yang sama. Kesibukan membuat komunikasi yang seharusnya dilakukan dengan santai dan riang saat berkumpul, digantikan dengan komunikasi melalui online. Walaupun berkomunikasi online dapat membantu, komunikasi dengan metode ini tidak selalu dapat berjalan dengan lancar. Ini bisa terjadi karena jaringan internet tidak stabil, pulsa/kuota internet tidak cukup, baterai kosong atau berdaya lemah, HP disenyapkan sehingga si empunya tidak tahu ada berita masuk, situasi di tempat komunikan atau komunikator tidak kondusif untuk berbicara/videocall dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan selera untuk berkomunikasi menurun atau hilang, bahkan bisa terjadi kesalahpahaman. Misalnya, menjadi jengkel atau marah karena WA/SMS tidak langsung mendapat respon dari pihak yang diajak berkomunikasi. Padahal, sudah ada tanda bahwa pesan tersebut sudah dibaca. Atau, telepon tidak diangkat padahal ada tanda bordering, yang berarti telepon aktif. Kondisi-kondisi ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan merenggangkan relasi anggota keluarga, baik relasi antara suami dan istri, relasi antara orangtua dan anak, maupun relasi di antara anak-anak.
Mengingat bahwa bertemu secara tatap muka dan berkomunikasi adalah kebutuhan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, padahal setiap anggota keluarga memiliki kesibukan, maka perlu dibangun waktu khusus keluarga (family time). Family time adalah suatu waktu yang sengaja disediakan agar semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama, berkomunikasi dan berinteraksi dengan nyaman dan terbuka. Waktu tersebut dapat diisi dengan aktifitas-aktifitas yang melibatkan semua anggota keluarga serta menyenangkan. Pada era dimana aktifitas individu belum sepadat di era ini, family time pasti ada setiap hari pada setiap keluarga. Misalnya: waktu sarapan, waktu makan siang, waktu makan malam, waktu minum teh di sore hari atau waktu menjalankan ibadah bersama di rumah. Jadi, family time tidak perlu dibangun secara khusus. Akan tetapi, dii masa ini, karena berbagai alasan kesibukan tersebut, family time tidak selalu ada setiap hari di setiap keluarga, sehingga harus diciptakan.
Family time adalah waktu dimana semua anggota keluarga berkumpul, ngobrol, bercengkrama, diskusi dan lain-lain. Saat itu juga menjadi kesempatan yang dapat digunakan oleh para orangtua untuk memberikan nasihat kepada anak-anaknya. Ada orang yang mempersempit makna family time menjadi waktu liburan keluarga, dimana semua anggota keluarga dapat bersukacita dan disegarkan kembali (refreshing). Padahal, family time tidak mesti pergi berlibur, walaupun salah satu bentuk family time dapat berupa pergi berlibur. Jika makna family time sesempit itu, maka tidak semua keluarga dapat memilikinya. Untuk dapat pergi berlibur, apalagi berlibur ke luar kota atau ke luar negeri, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jika family time hanya berupa liburan yang diisi dengan aktifitas yang bikin senang hati para anggota keluarga, maka makna family time menjadi sangat terbatas. Hanya sebatas untuk bersenang-senang. Padahal, family time dapat digunakan untuk hal-hal lain, lebih dari sekedar waktu bersenang-senang.
Membangun Family Time yang Efektif dan Bermanfaat
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun family time agar menjadi efektif dan bermanfaat, antara lain: kesepakatan waktu, bentuk dan tempat melakukan family time; dibuat atas dasar kesukaan bersama; tidak menguras kocek; bermanfaat untuk setiap anggota keluarga; tidak melanggar hukum dan membatasi penggunaan gadget.
Semua anggota keluarga harus sepakat tentang waktu, bentuk dan tempat family time. Dengan demikian, setiap anggota keluarga dapat dengan rileks menikmati waktu tersebut. Misalnya makan bersama. Bagi keluarga dimana para anggotanya memiliki tingkat kesibukan yang tinggi, makan bersama bukan hal mudah. Oleh karena itu, makan bersama dapat dijadikan sebagai family time. Jika semua anggota keluarga sepakat bahwa makan malam adalah family time, maka semua anggota keluarga akan dengan senang hati mengatur waktu sehingga dapat pulang tepat waktu dan makan malam bersama keluarga. Waktu tersebut tidak dipakai hanya untuk sekedar makan dan minum, tetapi juga untuk menjalin komunikasi, kebersamaan dan keintiman dalam keluarga. Bisa dalam bentuk obrolan ringan yang santai atau gurauan. Meja makan sudah terbukti berhasil menjadi pencair suasana, sehingga tidak heran jamuan makan sering dipakai sebagai tempat berdiskusi, bahkan untuk mendiskusikan hal-hal yang serius dan penting.
Selain kesepakatan dalam waktu, bentuk dan tempat, hal lain yang perlu diperhatikan dalam membangun family time adalah harus atas dasar kesukaan bersama. Aktifitas dalam family time hanya akan dapat dinikmati jika semua anggota keluarga menyukainya. Misalnya: Jangan karena ayah suka memancing, maka aktifitas family time adalah memancing. Perlu dipastikan apakah semua anggota keluarga suka memancing atau tidak. Jika ada anggota keluarga yang tidak suka memancing, maka aktifitas memancing pada saat itu tidak menjadi family time yang efektif.
Family time dapat dibangun tanpa harus mengeluarkan dana yang besar bahkan tanpa dana sama sekali. Dengan demikian, tidak alasan untuk tidak memiliki family time. Misalnya: mengerjakan suatu aktifitas yang disenangi bersama, seperti berkebun, menata ruangan, menonton TV/video di rumah, ngobrol santai, olahraga dan lain-lain. Selain itu, aktifitas yang dilakukan harus bermanfaat untuk setiap anggota keluarga. Memainkan permainan tradisional seperti “ular tangga” dapat dijadikan aktifitas family time. Ini berguna untuk membangun kebersamaan yang menyenangkan serta dapat dimanfaatkan orangtua untuk mengajarkan kepada anak tentang kesepakatan dan konsekuensi. Misalnya: Jika dapat kotak ular, maka konsekuensinya adalah mendapat satu coretan di wajah. Coretan tersebut dibuat dengan menggunakan bedak bayi yang dicampur air. Perlu diingat bahwa semenyenangkan apapun suatu aktifitas di family time, aktifitas tersebut tidak boleh melanggar hukum. Misalnya, tidak boleh melakukan permainan yang bersifat perjudian.
Di era digital ini, memoto dan memosting kegiatan yang dilakukan ke media sosial dianggap lumrah. Memang itu hak setiap orang selama tidak melanggar hukum. Akan tetapi, perlu dipahami dan disepakati bagaimana penggunaan gadget. Jangan sampai setiap orang sibuk dengan gadget masing-masing. Hal ini akan membuat family time tidak bermakna.
Manfaat Family Time bagi Keluarga dan Perkembangan Anak
Family time bermanfaat untuk melancarkan komunikasi di antara sesama anggota keluarga. Dengan demikian, relasi dalam keluarga menjadi semakin kuat dan keluarga menjadi kompak. Orangtua dan anak dapat semakin memahami satu sama lain, demikian juga halnya antara anak dengan anak. Semua anggota keluarga akan semakin memahami dan menerima kondisi keluarga, termasuk masalah yang sedang dihadapi keluarga sehingga dapat menyelesaikan masalah tersebut bersama-sama. Akan terjalin kelekatan emosional pada para anggota keluarga. Keluarga yang demikian akan menjadi kokoh karena terdiri dari anggota-anggota keluarga yang kokoh.
Setiap keluarga memiliki nilai-nilai tertentu, yang biasanya berasal dari nilai-nilai agama atau kepercayaan yang diyakini dan nilai-nilai budaya keluarga tersebut. Nilai-nilai ini menjadi dasar bagi orangtua dalam menerapkan pola asuh terhadap anak . Apabila digunakan dengan baik, family time bermanfaat untuk menanamkan nilai-nilai keluarga pada anak sehingga anak bertumbuh dan berkembang dalam nilai-nilai yang ditanamkan padanya. (SRP)