Oleh: Susi Rio Panjaitan
Di era digital ini, banyak anak yang dikeluhkan mengalami gangguan berbahasa dan berkomunikasi. Kemampuan anak dalam berbicara dinilai tidak sama dengan kemampuan berbicara anak-anak lain yang seusianya. Kondisi ini tentu sangat mengganggu aspek perkembangan lain pada anak dan merugikan anak. Salah satu gangguan berbicara dan berkomunikasi pada anak yang saat ini banyak dikeluhkan adalah gangguan bahasa reseptif dan ekpresif.
Gangguan bahasa reseptif (receptive language disorder) adalah suatu kondisi dimana anak mengalami hambatan dalam memahami bahasa yang diucapkan atau ditulis oleh orang lain. Seorang anak dapat dikatakan mengalami gangguan bahasa reseptif jika kemampuannya untuk memahami dan merespons bahasa lisan atau tulisan secara signifikan tertinggal atau lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Indikator Gangguan Bahasa Reseptif pada Anak
Ada beberapa indikator yang menunjukkan gangguan bahasa reseptif pada anak, antara lain:
- Anak mengalami kesulitan dalam memahami instruksi, bahkan instruksi sederhana yang bagi anak lain tidak terlalu sulit untuk dipahami.
- Sulit memahami kata. Anak memiliki keterlambatan dalam memahami kata-kata sehingga kosa kata yang ia pahami sangat terbatas.
- Mengalami hambatan dalam mengikuti cerita atau percakapan. Kesulitan ini dapat berupa tidak memahami apa yang sedang diceritakan atau dipercakapkan, juga dapat berupa ketidakmampuan dalam memahami urutan peristiwa/cerita.
- Mengalami hambatan dalam mengidentifikasi objek atau gambar yang dijelaskan/diceritakan kepadanya.
- Mengalami kesulitan dalam memahami bahasa nonverbal. Anak tidak memahami bahasa nonverbal baik berupa ekspresi wajah, sorotan mata, tarikan nafas, deheman, mau pun gerakan tubuh.
Gangguan bahasa ekpresif (expressive language disorder) adalah suatu kondisi dimana anak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran, ide, gagasan, informasi dan perasaannya, baik melalui bahasa lisan atau pun tulisan. Biasanya anak mengalami keterlambatan bicara, kosa kata yang digunakan saat berbicara sangat terbatas, dan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang kompleks. Anak dengan gangguan bahasa ekspresif mengalami kesulitan dalam mengatur kata-kata, memilih kosa kata yang tepat, dan kesulitan dalam mengorganisir ide saat berbicara atau menulis. Gangguan ini dapat memengaruhi kemampuan komunikasi sehari-hari dan interaksi dengan orang
Indikator Gangguan Bahasa Ekspresif pada Anak
Beberapa indikator yang n menunjukkan gangguan bahasa ekspresif pada anak antara lain:
- Terlambat bicara (speech delay).
- Kosa kata yang pahami sangat terbatas. Akibatnya, anak kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal maupun tulisan.
- Mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang lengkap dengan struktur bahasa yang tepat.
- Tidak mampu menyampaikan informasi atau cerita dengan urutan yang logis.
- Ketidakmampuan mengungkapkan ide, keinginan, dan perasaan dengan jelas.
- Sering mengucapkan kata atau frasa dengan berulang-ulang.
- Gugup atau terbata-bata saat bicara.
- Kurang atau tidak memiliki inisiatif untuk berbicara.
- Tidak antusias, tidak nyaman, menghindar, bahkan menjadi stres jika diajak bicara.
Penyebab Gangguan Bahasa Reseptif dan Ekspresif pada Anak
Penyebab gangguan bahasa reseptif maupun ekspresif pada anak bervariasi dan kompleks, antara lain:
- Faktor Genetik. Adanya riwayat gangguan bahasa dalam keluarga bisa meningkatkan risiko pada anak.
- Gangguan perkembangan. Ada anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa tanpa penyebab yang jelas.
- Gangguan pendengaran. Kesulitan pendengaran dapat mempengaruhi pemahaman bahasa.
- Gangguan perkembangan otak. Ketidaknormalan dalam perkembangan otak dapak berdampak negatif pada kemampuan bahasa.
- Gangguan autistik. Banyak anak penyandang autis yang mengalami hambatan dalam bahasa reseptif dan ekspresif.
- Faktor lingkungan. Lingkungan yang kurang stimulatif, kurang interaksi verbal, atau tekanan sosial dapat memengaruhi perkembangan bahasa pada anak.
- Gangguan neurologis. Gangguan neurologis tertentu dapat mempengaruhi fungsi otak yang berkaitan dengan bahasa.
- Gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan dapat mempengaruhi perkembangan berbahasa pada anak.
- Tingkat intelektual yang rendah.Banyak anak dengan tingkat kecerdasan yang rendah mengalami masalah dalam bahasa reseptif maupun ekspresif.
- Gangguan emosional atau stres. Faktor emosional atau stres dapat memengaruhi perkembangan bahasa ekspresif. Misalnya: anak yang mengalami trauma tertentu.
- Gangguan perkembangan keterampilan motorik. Keterlambatan dalam perkembangan keterampilan motorik dapat memengaruhi kemampuan anak untuk mengontrol gerakan yang diperlukan dalam berbicara. Misalnya, tidak merangkak atau terlambat merangkak sering dikorelasikan dengan hanbatan bicara pada anak.
- Tidak memiliki role model yang baik. Dalam banyak aspek perkembangan, anak belajar dari meniru. Oleh sebab itu, agar anak dapat mengembangkan keterampilan berbahasanya, maka ia memerlukan model bicara yang baik.
- Gangguan perkembangan otak. Ketidaknormalan dalam perkembangan otak dapat berdampak pada keterampilan berbahasa pada anak.
- Faktor sosial dan ekonomi. Ketidakstabilan sosial atau ekonomi dalam keluarga juga dapat memainkan peran. Hal ini terkait dengan asupan gizi yang baik, yang sangat dibutuhkan anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Dampak Gangguan Bahasa Reseptif dan Ekspresif pada Anak
Gangguan bahasa pada anak, baik reseptif maupun ekspresif, memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan anak. Misalnya:
- Masalah dalam pendidikan. Kesulitan dalam memahami instruksi di kelas dapat mempengaruhi kemajuan akademis anak dan mempersulit proses belajar.
- Isolasi sosial. Kesulitan berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang dewasa bisa menyebabkan anak merasa terisolasi secara sosial, dan mempengaruhi pengembangan hubungan sosial mereka.
- Rendahnya rasa percaya diri dan harga diri. Kesulitan dalam berkomunikasi dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri dan harga diri anak.
- Mengalami frustrasi, kecemasan, dan depresi. Ketidakmampuan berbicara dan berkomunikasi dengan baik dapat menimbukan frustrasi, kecemasan dan frustasi pada anak.
- Keterbatasan kemampuan berbicara. Gangguan bahasa berdampak pada kemampuan anak untuk mengekspresikan diri secara verbal, yang dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi mereka.
- Hambatan membaca dan menulis. Kesulitan dalam memahami bahasa dapat mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis anak.
- Pengaruh pada perkembangan emosional dan kesehatan. Kesulitan berkomunikasi dapat berkontribusi pada ketidaknyamanan emosional dan dapat memengaruhi kesejahteraan mental anak.
- Tantangan dalam pekerjaan masa depan dan aktualisasi diri. Kesulitan berbahasa dapat berdampak pada pilihan pekerjaan, kemajuan karier, dan aktualisasi diri anak di masa dewasa.
- Masalah dalam kemandirian. Gangguan bahasa pada anak dapat menimbulkan kesulitan pada anak dalam kemandirian, baik itu kemandirian dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, mau pun dalam aspek lain di kehidupan.
Strategi Tatalaksana Gangguan Bahasa Reseptif dan Ekspresif pada Anak
Untuk mengatasi masalah gangguan bahasa reseptif, ekspresi, atau keduanya pada anak, perlu menggunakan pendekatan yang holistik dan memerlukan bantuan dari profesional. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan, antara lain:
- Pemeriksaan oleh ahli. Anak perlu diperiksa oleh ahli agar kita dapat memahami kondisi anak dan memperoleh saran untuk strategi tatalaksana.
- Intervensi dini. Semakin dini gangguan bahasa diidentifikasi dan diintervensi, maka semakin baik. Intervensi dini dapat meminimalkan dampak gangguan bahasa pada perkembangan anak.
- Terapi wicara (speech therapy). Terapis wicara dapat merancang program terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak.
- Komunikasi terbuka dan berkolaborasi dengan guru. Melibatkan guru adalah penting untuk mengidentifikasi cara terbaik dalam mendukung anak di lingkungan sekolah.
- Terapi komunikasi. Dapat dilakukan dengan cara memberi penguatan keterampilan berkomunikasi. Berikan kesempatan kepada anak untuk berkomunikasi secara aktif, mendorong pertanyaan, dan memberikan umpan balik yang positif.
- Menggunakan alat bantu. Penggunaan alat bantu seperi visual dan audio, misalnya gambar, kartu kata, dan rekaman suara dapat membantu meningkatkan pemahaman anak.
- Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak. Misalnya, menciptakan lingkungan yang kaya akan bahasa, dengan banyak interaksi verbal dan stimulus.
- Perencanaan pendidikan. Pendidikan yang tepat, yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak, sangat menolong bagi perkembangan bahasa anak. Oleh karena itu, pendidikan anak perlu direncanakan dan disusun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
- Disiplin dan konsisten. Kedisplinan dan kekonsistenan sangat penting dalam menjalankan strategi intervensi yang dipilih.
- Pendekatan multidisiplin. Ada kalanya hambatan berbahasa pada anak memerlukan pendekatan multidisiplin. Misalnya, terapi wicara, terapi sensori integritas, terapi okupasi, layanan psikolog, layanan medis dari dokter anak, layanan pendidikan dari ahli pendidikan anak berkebutuhan khusus, atau layanan dari terapis/ahli lainnya.
- Dukungan keluarga dan orangtua. Dalam proses perkembangannya, anak sangat membutuhkan dukungan keluarga dan orangtuanya. Oleh karena itu, keterlibatan keluarga dan orangtua akan sangat membantu. Misalnya, memberikan dukungan emosional, menciptakan lingkungan yang kondusif, menyediakan apa yang dibutuhkan anak, dan mendorong anak untuk rajin berlatih berkomunikasi tanpa takut melakukan kesalahan.
- Memahami kondisi dan kebutuhan anak dengan baik. Setiap anak unik dan berharga, bagaimana pun kondisinya. Pemahaman ini akan memengaruhi penerimaan dan perlakuan kita terhadap anak. Semua orang, termasuk anak pasti ingin diterima dan dihargai sebagaimana ia adanya. Pemahaman dan penerimaan yang baik terhadap anak akan membantu perkembangan anak.
- Evaluasi teratur. Evaluasi yang teratur akan membuat kita dapat mengetahui perkembangan anak sehingga dapat menetapkan strategi tatalaksana selanjutnya.
Setiap anak unik. Oleh karena itu, strategi tatalaksana harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak.
Upaya Preventif Gangguan Bahasa Reseptif dan Ekspresif pada Anak
Meskipun tidak selalu mungkin untuk mencegah gangguan bahasa pada anak, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung perkembangan bahasa anak, dan mengurangi risiko anak mengalami gangguan bahasa, antara lain:
- Stimulasi bahasa dini. Memberikan rangsangan bahasa yang kaya dan bervariasi sejak dini, seperti membacakan buku, bernyanyi, dan berbicara secara aktif dengan anak.
- Interaksi sosial. Memfasilitasi interaksi sosial anak dengan teman sebaya dan orang dewasa. Interaksi ini membantu dalam pengembangan keterampilan komunikasi.
- Memantau fungsi organ pendengaran anak. Pastikan pendengaran anak berfungsi baik. Gangguan pendengaran dapat memengaruhi perkembangan bahasa.
- Mengembangkan keterampilan motorik anak. Keterampilan motorik kasar dan halus yang baik dapat mendukung perkembangan bahasa. Aktivitas fisik dan permainan yang melibatkan gerakan dapat membantu perkembangan bahasa anak.
- Menjadi role model yang baik. Berkomunikasi dengan anak secara positif dan memberikan contoh perilaku bicara yang baik akan memudahkan anak untuk belajar mengembangkan kemampuan berbahasanya.
- Membatasi penggunaan gawai dan media elektronik. Interaksi langsung dengan anak jauh lebih lebih baik bagi perkembangan anak daripada paparan berlebihan dari gawai dan media elektronik.
- Menyertakan anak dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan menyertakan anak dalam bentuk-bentuk pendidikan usia dini, dapat mendukung perkembangan bahasa anak.
- Peka terhadap tanda-tanda keterlambatan. Jika orangtua atau pendidik melihat ada tanda-tanda keterlambatan dalam perkembangan bahasa anak, segera konsultasikan kepada profesional yang terkait. Misalnya: ahli tumbuh kembang anak, dokter spesialis anak, psikolog anak, dan konselor anak.
- Merawat kesehatan mental anak. Kesehatan mental yang baik dapat mendukung perkembangan bahasa anak.
Perbedaan dalam perkembangan bahasa anak adalah hal yang wajar. Namun, ketika gangguan bahasa memengaruhi kemampuan anak untuk berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari atau di lingkungan sekolah, berkonsultasi dengan profesional terkait sangat dianjurkan agar anak mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, dan mendapatkan strategi tatalaksana yang tepat. (SRP)