MENUMBUHKAN SIKAP ASERTIF PADA ANAK

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Di era digital ini terjadi banyak masalah pada anak yang melibatkan relasi anak dengan orang lain, terutama teman sebaya. Salah satunya adalah perundungan (bullying). Dalam banyak kasus, bullying terjadi diawali dengan candaan atau gurauan. Karena anak sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, maka pemahaman anak akan nilai-nilai  dan keterampilan sosial masih terbatas. Itulah sebabnya, gurauan dapat berakhir dengan bullying. Oleh karena itu, selain menanamkan pada anak nilai-nilai yang dapat diterima oleh masyarakat,  anak perlu dilatih agar memiliki berbagai keterampilan sosial. Salah satunya adalah sikap asertif.

Sikap asertif mengacu kepada kemampuan dan keberanian anak dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhannya dengan tegas, kemampuan mempertahankan haknya tanpa menyakiti atau merugikan orang lain, kemampuan menghormati hak-hak dan perasaan orang lain, serta kemampuan menerima perbedaan dan keberagaman. Sikap asertif tidak hanya berfokus pada kebutuhan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kebutuhan dan hak orang lain.

 

Manfaat Sikap Asertif untuk Anak

Ada beberapa manfaat yang dapat dinikmati anak apabila ia memiliki sikap asertif, antara lain:

  1. Mampu berkomunikasi efektif. Sikap asertif membuat anak mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif. Anak dapat menyampaikan pikiran, perasaan, keinginan, dan kebutuhannya dengan cara yang mudah dipahami oleh orang lain.
  2. Mampu membangun relasi dan keterampilan interpersonal yang sehat. Kemampuan dalam menyatakan diri dengan tegas dan hormat membantu anak membangun hubungan yang sehat dengan teman, keluarga, dan orang-orang di sekitarnya. Ini menjadi dasar dalam membangun  hubungan yang saling menghormati dan memahami.
  3. Mampu mengatasi konflik. Dengan bersikap asertif, = anak mampu mengatasi konflik dengan cara yang positif. Anak yang asertif mampu menghadapi tantangan dan menemukan solusi atas masalah tanpa merendahkan diri sendiri atau orang lain. Mereka proaktif dalam mencari jalan keluar.
  4. Memiliki rasa percaya diri dan harga diri sendiri yang sehat. Sikap asertif membangun rasa percaya diri dan harga diri yang sehat pada anak.
  5. Tidak menjadi korban atau pelaku bullying. Anak yang asertif mampu melawan perilaku bullying. Mereka dapat menolak tekanan negatif dan berani melaporkan situasi yang merugikan.
  6. Pembelajaran aktif. Sikap asertif mendorong anak untuk aktif dalam pembelajaran. Mereka suka mengajukan pertanyaan, berpartisipasi dalam diskusi, dan mencari bantuan jika diperlukan.
  7. Memiliki empati. Sikap asertif membuat anak dapat memahami hak dan perasaan orang lain. Ini membantu anak mengembangkan sikap empati dan menghargai perspektif orang lain.
  8. Berani berkata tidak. Anak memiliki keberanian untuk berkata tidak menolak hal-hal yang mereka anggap tidak benar dan merugikan.
  9. Persiapan masa depan. Keterampilan asertif merupakan modal berharga untuk kehidupan masa depan, baik dalam lingkungan sekolah, pekerjaan, atau dalam berinteraksi dengan masyarakat luas.
  10. Memiliki status kesehatan mental yang. Dengan bersikap asertif, maka status kesehatan mental anak akan baik dan malah meningkat.

 

Strategi Menumbuhkan Sikap Asertif pada Anak

Karena sikap asertif sangat bermanfaat bagi pertumbuhkan dan perkembangan anak baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang, maka sikap asertif pada anak perlu dikembangkan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan.

  1. Menjadi role model dalam bersikap asertif. Anak censerung meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Oleh karena itu, orangtua harus dapat menunjukkan sikap asertif dalam interaksi dengan anak. Berbicaralah dengan jelas dan tegas, tetapi dengan hormat!
  2. Menghargai perbedaan. Berbeda adalah suatu keniscayaan, termasuk berbeda keinginan, kebutuhan, pendapat, selera, dan lain sebagainya. Yang terpenting adalah setiap orang harus menghargai perbedaan tersebut. Hal ini harus ditanamkan pada anak sejak dini.
  3. Menghormati keyakinan dan hak orang lain. Sejak dini anak harus dilatih untuk menghormati keyakinan dan hak orang lain tanpa mengabaikan keyakinan dan hak diri sendiri.
  4. Membangun rasa percaya diri dan harga diri yang sehat. Menanamkan pada anak bahwa semua individu termasuk dirinya sendiri adalah unik dan berharga akan membantu dalam mengembangkan rasa percaya diri dan harga diri yang sehat pada anak.
  5. Mengenali dan mengakui perasaan sendiri. Sejak dini anak harus dilatih untuk mengenali dan mengakui diri sendiri. Hal ini akan membantu anak dalam memahami apa yang ia rasakan dan inginkan.
  6. Berkomunikasi dengan baik. Mendengarkan secara aktif, menjaga kontak mata dan bahasa tubuh saat berbicara dengan orang lain, serta berani memulai dan mengakhiri percakapan adalah cara-cara berkomunikasi yang baik.
  7. Berani menyampaikan pendapat. Setiap orang, dalam banyak situasi, memiliki pendapat, bahkan pendapat yang berbeda dengan pendapat orang lain. Hal ini adalah wajar. Oleh karena itu, anak harus dilatih menyampaikan pendapat, walaupun pendapatnya berbeda dengan pendapat orang lain
  8. Berani menolak dan berkata tidak. Ada kalanya kita tidak setuju dengan pendapat atau ajakan orang lain. Oleh karena itu, anak harus dilatih untuk berani menolak dan berkata tidak dengan tegas dan penuh hormat.
  9. Membangun kecerdasan emosional. Salah satu aspek kecerdasan yang harus dibangun adalah kecerdasan emosi. Orang yang cerdas secara emosi mampu mengekpresikan emosinya dengan tepat.
  10. Berpikir positif. Berbagai situasi dapat memengaruhi otak dalam berpikir. Situasi-situasi yang dirasa tidak nyaman dapat membuat orang berpikir negatif. Padahal, pikiran-pikiran negatif akan mendorong orang untuk berperilaku tidak tepat sehingga merugikan. Oleh karena itu, sejak dini anak harus dilatih untuk berpikir positif.
  11. Menerima kritik dan penolakan dengan berjiwa besar. Tidak selamanya orang suka atau setuju dengan ide atau keinginan kita. Oleh karena itu, sikap menerima kritik dan penolakan dengan berjiwa besar perlu ditumbuhkembangkan sejak dini.
  12. Berani mengambil keputusan. Perjalanan hidup manusia merupakan rangkaian pengambilan keputusan. Itulah sebabnya orang harus berani mengambil keputusan. Keputusan yang diambil tentu harus melalui proses berpikir jernih.
  13. Mendorong anak untuk berkegiatan di luar rumah. Di luar rumah anak akan bertemu, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang yang bukan keluarga anak. Ini adalah kesempatan untuk menumbuhkan sikap asertif pada anak.
  14. Mengkritik dengan konstruktif. Tidak selamanya kita harus setuju dengan ide atau pendapat orang lain. Selain itu, dalam banyak situasi, untuk kebaikan, kritikan yang konstruktif dibutuhkan. Itulah sebabnya anak perlu dilatih untuk mengkritik dengan konstruktif.
  15. Berani melindungi dan membela diri sendiri dan orang lain. Perundungan dan kekerasan sering kali terjadi pada anak karena anak tidak mampu melindungi dan membela diri sendiri. Oleh karena itu, anak perlu didorong untuk berani melindungi dirinya sendiri dan orang lain.
  16. Membuat batasan. Batasan berguna untuk mencegah kita terluka secara fisik atau emosional. Oleh karena itu, anak harus dilatih untuk membuat batasan. Misalnya, bagian tubuh mana yang boleh disentuh orang lain, dan candaan seperti apa yang dapat ia terima.
  17. Berani meminta maaf dengan tulus. Ada kalanya perkataan atau perilaku kita membuat orang lain tidak nyaman. Meminta maaf dengan tulus adalah hal yang baik dan dapat memperbaiki relasi.
  18. Berani bernegosiasi dengan orang lain. Bernegosiasi merupakan keterampilan yang penting dalam banyak situasi. Misalnya, bernegosiasi terkait siapa yang harus mengerjakan apa dalam suatu tugas kelompok. Kemampuan bernegosiasi akan membuat anak terhindar dari kerugian akibat dimanfaatkan atau diperdaya oleh orang lain.
  19. Membangun persahabatan yang sehat. Manusia adalah mahluk sosial sehingga ia butuh orang lain. Itulah sebabnya anak perlu didorong untuk membangun persahabatan yang sehat. Persahabatan yang sehat diisi dengan saling menghargai, mendorong, dan menghormati.
  20. Berani memutuskan relasi beracun (toxic relationship). Relasi beracun tentu berbahaya bagi anak. Relasi beracun adalah relasi dimana anak diperdaya, diperlakukan dengan tidak hormat, dilecehkan, atau dimanfaatkan. Oleh karena itu, anak harus dilatih agar berani memutuskan semua relasi yang tidak sehat.
  21. Merespon dengan benar. Pertanyaan atau permintaan dari orang lain harus direspon dengan benar. Respon dapat berupa persetujuan atau penolakan. Apapun bentuknya, respon harus disampaikan dengan benar. Ini adalah bentuk hormat dan menghargai orang yang bertanya atau meminta.
  22. Menghindari intimidasi. Intimidasi dapat membuat orang tertekan dan stress. Itulah sebabnya intimidasi harus dihindari.
  23. Manajemen konflik. Seringkali, konflik tidak dapat dihindari karena pada umumnya orang berbeda pemikiran, selera, kebutuhan dan keinginan. Itulah sebabnya anak perlu dilatih bagaimana menyelesaikan konflik dengan benar tanpa merendahkan atau menyerang orang lain.
  24. Mengenali hak-hak diri sendiri. Anak perlu memahami dan mempertahankan hak-haknya tanpa merendahkan orang lain.
  25. Memberikan pujian dan dukungan. Mengapresiasi sikap asertif anak dapat menjadi dorongan bagi anak untuk kembali bersikap asertif. Misalnya, pujilah anak ketika ia mampu menyampaikan pendapat dengan baik.
  26. Segala sesuatu mengandung konsekuensi. Ajarkan pada anak bahwa segala sesuatu mengandung konsekuensi, termasuk caranya berkomunikasi.
  27. Berbuat salah adalah proses pembelajaran. Beri kesempatan bagi anak untuk belajar, termasuk belajar dari keselahan yang anak lakukan.
  28. Ciptakan komunikasi terbuka dengan anak. Komunikasi terbuka dengan orangtua menjadi pengalaman yang dapat dipakai anak untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Sikap asertif adalah proses belajar berkelanjutan. Dukungan yang konsisten dari orangtua dan lingkungan akan membantu anak dalam mengembangkan sikap asertif. (SRP)

 

 

Share

Related posts

Leave a Comment