PERAN ORANGTUA DALAM SUKSESNYA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI RUMAH

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Kebutuhan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Secara sederhana, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat didefiniskan sebagai anak yang karena hambatan atau kondisi tertentu dalam dirinya, membutuhkan berbagai kebutuhan yang unik dan berbeda dari anak yang tidak menyandang kebutuhan khusus. Kebutuhan itu bisa berupa kebutuhan yang sama dengan kebutuhan anak lain yang non-ABK tetapi porsinya berbeda, atau kebutuhan lain yang tidak dibutuhkan oleh anak lain. Salah satu kebutuhan ABK adalah pendidikan.

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 memberikan amanat kepada Pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Pembukaan, Alenia ke-4). Kecerdasan dalam segala aspek adalah jawaban bagi semua kebutuhan manusia. Untuk dapat mencapai kecerdasan dibutuhkan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, semua rakyat  Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu, termasuk ABK.

Dalam segala keunikan, keterbatasan dan hambatan yang dimiliki, setiap ABK memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Agar dapat belajar, berkarya, dan berprestasi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, ABK membutuhkan  pendidikan yang bermutu. Pendidikan bermutu untuk ABK adalah pendidikan yang sesuai dengan keunikan dan kebutuhannya. Itulah sebabnya, layanan pendidikan untuk ABK tidak dapat disamaratakan. Sayangnya, banyak ABK yang tidak mendapatkan pendidikan. Salah satu penyebabnya adalah pemahaman  orang tentang pendidikan. Banyak orang yang berpikir bahwa untuk memperoleh pendidikan maka anak harus “masuk sekolah”. Pendidikan tidak sama dengan “bersekolah”. “Bersekolah” merupakan salah satu upaya untuk memperoleh pendidikan. Selain itu, keunikan ABK sering dianggap sebagai masalah dan penghambat. Itulah sebabnya banyak ABK yang tidak memperoleh pendidikan bermutu.

Kondisi masing-masing ABK berbeda, dan tidak semua ABK memiliki kemampuan belajar di bersekolah. Walaupun demikian, bukan berarti mereka tidak dapat dilatih dan diajari. Semua ABK mempunyai kemampuan untuk belajar dan berhak memperoleh pendidikan. Dalam Pasal 13, Pasal 1 Ayat (12) dan Pasal 26 Ayat (1-3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Tidak semua ABK cocok  bersekolah di jalur pendidikan formal maupun nonformal. Oleh karena itu, kebutuhan mereka akan pendidikan dapat diperoleh melalui jalur pendidikan informal. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (13) dan Pasal 27 Ayat (1 dan 2) mengatakan bahwa pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi, keluarga dan lingkungan merupakan titik tumpuan. Orangtua memiliki peran yang sangat penting, strategis dan menentukan dalam suksesnya pembelajaran ABK di rumah.

Peran Orangtua dalam Suksesnya Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di Rumah

Orangtua memiliki peran penting dalam suksesnya pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di rumah. Selain harus dapat memberikan dukungan emosional dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif – kondusif, orangtua memiliki peran-peran penting lainnya, di antaranya adalah sebagaimana tertulis di bawah ini.

 

Fasilitator

Sebagai fasilitator dalam pembelajaran ABK di rumah, orangtua memiliki peran yang krusial. Berikut adalah beberapa peran, tugas, dan tanggung jawab orangtua. Melalui peran ini orangtua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, memotivasi, dan memfasilitasi pembelajaran yang efektif bagi ABK di rumah.

  1. Memberikan Dukungan Emosional, Lingkungan yang Kondusif dan Fasilitas

Orangtua harus dapat memberikan dukungan emosional yang positif, menyediakan lingkungan yang kondusif, dan mengidentifikasi serta menghilangkan distraksi yang mungkin menghambat proses pembelajaran. Selain itu, orangtua harus menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan, termasuk teknologi atau alat bantu yang diperlukan.

  1. Memiliki Pemahaman yang Baik tentang Anak Berkebutuhan Khusus

Orangtua harus memiliki pemahaman yang baik tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Membaca buku, mengikuti berbagai seminar, pelatihan atau kursus, akan sangat menolong orangtua dalam memahami kebutuhan khusus.

  1. Keterlibatan dalam Pembelajaran

Orangtua perlu terlibat aktif dalam proses pembelajaran anak, agar dapat memantau perkembangan anak.

  1. Komunikasi dengan Guru dan Terapis

Berkomunikasi secara terbuka dengan guru dan terapis untuk mengetahui perkembangan anak; memberikan umpan balik tentang kebutuhan khusus anak; dan bersedia berkolaborasi dalam perencanaan pembelajaran.

  1. Mengembangkan Rencana Pembelajaran Individu

Bersama dengan para profesional pendidikan, orangtua merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan khusus anak, dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar anak.

  1. Pengelolaan Waktu dan Konsistensi

Menetapkan rutinitas yang konsisten untuk membantu anak mengorganisir waktu dan meminimalkan kecemasan, serta menyediakan waktu yang cukup untuk mendukung dan membimbing anak.

 

Asesor

Orangtua dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memastikan pembelajaran anak di rumah berjalan efektif dan sesuai dengan kebutuhannya.

  1. Evaluasi Kebutuhan Anak

Mengevaluasi kebutuhan anak secara rutin, dan berkolaborasi dengan profesional pendidikan untuk memahami perubahan kebutuhan anak.

  1. Memantau Perkembangan Anak

Memantau kemajuan anak dalam pembelajaran, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

  1. Berkontribusi dalam Merancang Kurikulum

Berkontribusi dalam merancang kurikulum pembelajaran, serta mengidentifikasi strategi atau metode pembelajaran yang efektif.

  1. Kolaborasi dengan Terapis dan Guru

Sebagai asesor, orangtua harus dapat berkolaborasi dengan dengan guru terapis.

  1. Merencanakan Kegiatan Pembelajaran

Bersama anak, guru atau terapis, merencanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, termasuk menyusun jadwal belajar yang terstruktur dan realistis.

  1. Menilai Keseimbangan antara Tantangan dan Kemampuan

Menilai sejauh mana tugas pembelajaran sesuai dengan kemampuan anak.

 

Perancang Kurikulum

Melalui peran ini, orangtua dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang sesuai dan kondusif bagi anak, dan memastikan pendekatan pembelajaran mengakomodasi keunikan dan potensi anak dengan optimal.

  1. Memahami Kebutuhan Anak

Orangtua harus memahami  dengan baik apa yang menjadi kebutuhan anak, baik dari segi akademis maupun perkembangan pribadi.

  1. Merancang Kurikulum

Menetapkan tujuan pembelajaran, serta merancang kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.

  1. Menetapkan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan gaya belajar dan preferensi anak.

  1. Menyusun Rencana Pembelajaran

Menyusun rencana pembelajaran yang mencakup tujuan jangka panjang dan jangka pendek, serta merevisinya secara berkala berdasarkan hasil evaluasi.

  1. Fleksibilitas dalam Pendekatan Pembelajaran

Bersedia mengadaptasi pendekatan pembelajaran sesuai dengan perubahan kebutuhan atau perkembangan anak.

  1. Terlibat Aktif dalam Proses Pembelajaran Keterlibatan dapat berupa memberikan bimbingan, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
  2. Evaluasi

Mengevaluasi kurikulum secara berkala untuk mengetahui keefektifan kurikulum.

 

Terapis dan Guru

Melalui peran ini, orangtua dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam mendukung pembelajaran dan perkembangan anak.

  1. Mengajar, Membimbing, Melatih dan Mendidik

Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman anak.

  1. Mengembangkan Rencana Pembelajaran

Perlu dilakukan secara berkala berdasarkan perkembangan anak.

  1. Menerapkan Strategi Pembelajaran Khusus

Menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak, seperti metode pengajaran yang visual, auditif, atau kinestetik. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu atau teknologi yang mendukung pembelajaran anak.

  1. Pengelolaan Waktu dan Rencana Pelajaran Menetapkan dan mengelola jadwal belajar yang terstruktur dan efisien yang mencakup semua aspek pembelajaran, termasuk waktu istirahat dan aktivitas rekreasi.
  2. Stimulasi Pengembangan Keterampilan Sosial Mendorong interaksi sosial dan membantu anak membangun keterampilan berkomunikasi dan sosialisasi.
  3. Evaluasi

Mengevaluasi hasil pembelajaran dan merancang pembelajaran baru jika diperlukan.

  1. Kolaborasi dengan Profesional Lain

Berkolaborasi dengan profesional lain dibutuhkan guna mendapatkan pandangan dan saran yang mendukung.

  1. Memberikan Dukungan Emosional dan Motivasi

Memberikan dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, serta membangun hubungan yang positif untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung.

 

Manager

Dalam hal ini, orangtua bertanggung jawab merancang, mengorganisir, dan memonitor lingkungan belajar anak. Dengan memainkan peran manajerial ini, orangtua dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan optimal anak berkebutuhan khusus di rumah.

  1. Perencanaan Pembelajaran

Menentukan jadwal belajar yang konsisten, memilih metode pembelajaran yang sesuai, dan menyesuaikan materi dengan kebutuhan anak.

  1. Monitoring Progres

Mengamati kemajuan anak, mengidentifikasi kesulitan, dan beradaptasi dengan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

  1. Kolaborasi dengan Guru dan Terapis

Berkomunikasi secara teratur dengan guru terapis untuk mengetahui perkembangan anak.

  1. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif

Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk menyediakan fasilitas dan alat bantu pembelajaran.

  1. Memberikan Dukungan Emosional

Dukungan emosional dapat membangun motivasi dan meningkatkan rasa percaya diri anak.

  1. Keterlibatan Aktif

Terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan bimbingan yang diperlukan anak.

  1. Evaluasi

Melakukan evaluasi secara berkala berguna untuk segera mengetahui perkembangan dan hambatan belajar yang dialami anak. (SRP)

 

Share

Related posts

Leave a Comment