MEMAHAMI ANAK PENYANDANG AUTIS NON-VERBAL

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Autis adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang memengaruhi interaksi sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, serta perilaku secara umum. Gejala autis bervariasi, termasuk kesulitan dalam berkomunikasi, ketidakmampuan membentuk hubungan sosial, dan minat yang terbatas terhadap aktivitas tertentu. Autis merupakan spektrum, artinya tingkat keparahan dan kombinasi gejala berbeda-beda untuk setiap individu. Meskipun penyebab pasti autis belum sepenuhnya dipahami, faktor genetik dan lingkungan diyakini memiliki peran dalam terjadinya autis.

Terkait kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, autis dikelopokkan menjadi dua, yakni autis verbal dan autis non-verbal. Kedua kelompok ini bukanlah diagnosis yang sebenarnya. Ini adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelompok penyandang autis yang mampu berbicara secara lisan (verbal), dan kelompok penyandang autis yang tidak memiliki kemampuan berbicara secara lisan (non-verbal). Mereka mengalami kesulitan atau bahkan tidak dapat menggunakan komunikasi verbal dengan lancar. Anak penyandang autis non-verbal mengalami hambatan dalam mengekspresikan diri secara lisan, memahami instruksi verbal, atau berinteraksi melalui kata-kata. Autis non-verbal cenderung terjadi pada apa yang dikenal sebagai autism yang parah. Ada anak penyandang autis non-verbal yang menggunakan beberapa kata dengan cara yang bermakna tetapi tidak dapat melakukan percakapan yang signifikan. Misalnya: anak mengatakan: “mbil (mobil)” yang berarti “ayo jalan-jalan”, tetapi tidak dapat menjawab ketika ditanya: “ke mana kita harus pergi?” Dalam beberapa kasus, penyandang autis yang sejak lahir non-verbal dapat berbicara ketika memasuki usia remaja atau menjelang dewasa awal. Akan tetapi, ada juga yang sama sekali tidak memiliki kemampuan verbal sepanjang usianya. Anak penyandang  autis non-verbal perlu dilatih agar memiliki cara berkomunikasi lain selain komunikasi verbal. Dengan demikian, mereka dapat berkomunikasi, berinteraksi, menjalin relasi, belajar, dan berkarya sebagaimana halnya anak penyandang autis verbal atau anak-anak lain yang tidak menyandang autis.

Meskipun memiliki hambatan dalam komunikasi verbal, kemampuan anak penyandang autis non-verbal dalam berkomunikasi non-verbal cukup kuat. Artinya, ini adalah potensi untuk dapat berkomunikasi. Dukungan yang tepat dapat membantu meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Pendekatan individual dan pemahaman yang baik terhadap kebutuhan unik setiap individu sangat penting dalam memberikan dukungan yang efektif. Anak penyandang autis non-verbal membutuhkan cara berkomunikasi dalam bentuk lain. Oleh karena itu, mengajar dan melatih anak cara berkomunikasi lain untuk berkomunikasi adalah hal yang sangat penting. Berikut adalah beberapa cara berkomunikasi alternatif yang dapat diajarkan kepada anak penyandang autis non-verbal.

Bahasa Isyarat

Bahasa isyarat adalah sistem komunikasi visual yang menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan tubuh untuk menyampaikan sesuatu. Cara ini biasanya digunakan oleh komunitas tunarungu atau pendengar-impaired untuk berkomunikasi. Setiap negara memiliki bahasa isyarat sendiri. Amerika memiliki Bahasa Isyarat Amerika atau American Sign Language (ASL). ASL adalah bahasa visual-spasial kompleks yang digunakan oleh komunitas tuli. Ini adalah bahasa ibu bagi penyandang tunarungu di Amerika. Indonesia memiliki  Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), yakni sistem komunikasi visual yang digunakan oleh komunitas tunarungu atau pendengar-impaired di Indonesia. BISINDO menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan tubuh untuk menyampaikan pesan. Bahasa isyarat memungkinkan anak penyandang autis non-verbal untuk berkomunikasi secara efektif.

Lambang atau Simbol

Anak penyandang autis non-verbal dapat menggunakan lambang atau simbol-simbol untuk berkomunikasi. Menggunakan lambang atau simbol visual dapat menolong penyandang autis non-verbal dalam menyampaikan pesan kepada orang lain dan memahami pesan yang disampaikan kepadanya. Misalnya: menunjukkan simbol “toilet” berarti “saya mau buang air kecil”.

Kartu Kata-kata

Menggunakan kartu-kartu yang berisi kata-kata adalah salah satu metode yang dinilai efektif untuk membantu anak penyandang autis non-verbal dalam berkomunikasi. Metode ini juga membantu anak dalam membangun kalimat dan memahami struktur bahasa. Contoh: untuk mengatakan “saya mau es krim”, seorang anak penyandang autis non-verbal dapat melakukannya dengan cara menyusun tiga kartu kata secara benar. Kartu “saya”, di urutan depan, lalu kartu “mau”, dan di urutan terakhir adalah kartu “es krim”, sehingga tersusun menjadi “saya mau es krim”. Dengan membaca tulisan yang dalam kartu-kartu tersebut, orang yang terlibat komunikasi dengan anak menjadi paham.

Gambar

Anak penyandang autis non-verbal dapat menggunakan gambar sebagai alat komunikasi. Misalnya: dengan menunjuk atau memberikan gambar “es krim”, itu artinya anak minta es krim. Dengan ibu menunjuk atau memberikan gambar “mandi” kepada anak, itu artinya ibu mau si anak mandi.

Buku Cerita Visual

Buku ini berisi gambar-gambar yang memuat tentang pengalaman tertentu atau menjelaskan situasi tertentu. Buku ini dapat membantu anak untuk memahami berbagai hal dan berpartisipasi dalam interaksi sosial. Contoh: buku cerita visual tentang sekolah. Buku ini berisi gambar-gambar tentang sekolah dan berbagai aktifitas menarik di sekolah. Dengan menunjukkan buku ini kepada anak, diharapkan anak menjadi mau pergi ke sekolah.

Perangkat Elektronik

Anak penyandang autis non-verbal dapat menggunakan perangkat elektronik sebagai alat bantu dalam berkomunikasi. Misalnya: tablet atau smartphone. Dengan menekan tool tertentu anak dapat berkomunikasi. Misalnya: anak menekan tool yang memunculkan gambar “es krim”, itu dapat berarti anak mau es krim. Perangkat eloktronik dapat juga dipakai dengan cara anak mengetik (menuliskan) apa yang ingin ia sampaikan. Misalnya: jika anak tidak ingin mandi, anak dapat mengetik di perangkatnya “saya tidak mau mandi”.

Aplikasi Komunikasi Non-Verbal Digital

Aplikasi komunikasi non-verbal digital seperti platform yang menggunakan gambar, simbol, atau teks untuk menyampaikan kebutuhan, keinginan dan perasaan dapat digunakan oleh anak penyandang autis non-verbal untuk berkomunikasi. Saat ini, tersedia berbagai aplikasi yang dapat dipelajari dan digunakan untuk berkomunikasi secara non-verbal.

Tulisan

Penggunaan tulisan dapat membantu anak penyandang autis non-verbal dalam berkomunikasi. Dengan tulisan, anak dapat menyampaikan ide, pendapat, keinginan kebutuhan, atau perasaan secara jelas dan konsisten. Selain itu, dengan menyajikan informasi secara tertulis, anak dapat lebih mudah memproses dan memahami pesan-pesan tersebut. Penggunaan tulisan juga dapat membantu dalam pengembangan keterampilan membaca dan menulis, serta memperluas cara berkomunikasi pada anak.

Penting untuk memahami bahwa setiap anak penyandang autis non-verbal memiliki preferensi dan kebutuhan komunikasi yang unik. Strategi komunikasi yang efektif dapat ditemukan melalui kolaborasi dengan ahli terkait. Metode yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan spesifik anak akan menolong anak dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi. Intervensi yang sesuai dan dukungan dari orangtua serta lingkungan sangat penting untuk mendukung kemampuan komunikasi anak penyandang autis non-verbal. (SRP)

Share

Related posts

Leave a Comment