Selasa (19/11/2024)
Memahami tahapan psikologi anak merupakan langkah penting bagi setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dan pengajaran, baik di lingkungan formal, non-formal, maupun informal. Anak-anak memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Dengan wawasan yang mendalam tentang psikologi anak, pendidik dan pengajar dapat menyusun metode dan pendekatan yang sesuai, sehingga anak merasa dipahami dan mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. Hal ini juga membantu pendidik mengenali potensi serta tantangan yang dihadapi anak, menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang mereka secara holistik.
Pada Sabtu, 16 November 2024, GKI Kebayoran Baru mengadakan pelatihan bagi calon Guru Sekolah Minggu (GSM) dengan topik Mengenal Tahapan Psikologi Anak. Materi pelatihan ini disampaikan oleh Susi Rio Panjaitan. Dalam sesi ini, peserta diajak memahami tahapan perkembangan psikologi anak sekaligus mendapatkan edukasi mengenai definisi anak menurut Undang-Undang Republik Indonesia dan perspektif psikologi. Susi menjelaskan bahwa menurut undang-undang, anak adalah individu yang berusia di bawah 18 tahun dan memiliki hak-hak yang wajib dilindungi. Perspektif ini menegaskan pentingnya memperlakukan anak dengan penuh perhatian, menghormati hak asasinya, dan menjamin perlindungan terhadap segala hal yang dapat mengganggu perkembangan fisik maupun psikologisnya.
Pemahaman yang mendalam tentang perlindungan anak memiliki dampak besar bagi pendidik. Susi menekankan bahwa wawasan ini membantu pendidik lebih berhati-hati dalam memberikan pengajaran, memastikan pendekatan yang digunakan aman dan sesuai dengan kebutuhan anak. Namun, risiko dapat muncul jika pendidik tidak memahami aturan dan prinsip perlindungan anak dengan baik. Hal ini dapat membuat mereka melakukan tindakan yang tidak sesuai, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kesalahan seperti melukai perasaan anak, mengabaikan kebutuhan mereka, atau bahkan melanggar hak-hak mereka dapat terjadi. Selain merugikan anak, hal ini juga berpotensi membawa konsekuensi hukum bagi pendidik, karena tindakan yang tidak sesuai terhadap anak dianggap melanggar undang-undang perlindungan anak di Indonesia.
Bagi anak, mendapatkan pengajaran dari pendidik yang memahami perlindungan hukum dan psikologi anak memberikan dampak luar biasa. Anak merasa dihormati, terlindungi, dan diperlakukan sesuai hak-haknya. Hal ini menciptakan rasa aman yang mendukung perkembangan mental dan emosional mereka. Dengan pelatihan calon GSM tidak hanya diperkaya dengan pengetahuan tetapi juga dilengkapi dengan keterampilan untuk memberikan pelayanan yang profesional dan penuh kasih. Ini menjadikan mereka teladan yang dapat dipercaya oleh anak-anak, membantu membangun generasi yang percaya diri, sehat secara emosional, dan siap menghadapi masa depan.