POLA ASUH POSITIF

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Umumnya, orangtua menginginkan anak yang bahagia, sehat, memiliki nilai moral yang baik, sukses dalam kehidupan, dan hormat kepada orangtua. Itulah sebabnya, orangtua akan mengupayakan apa yang menurut mereka terbaik bagi anak-anaknya, seperti makanan, pakaian, mainan, sekolah, dan berbagai fasilitas. Semua yang terbaik akan diupayakan oleh orangtua dengan harapan anak bertumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, hebat dan bisa bikin orangtua bangga. Akan tetapi, hal itu tidak cukup. Pengasuhan terhadap anak merupakan hal sangat penting dan menentukan. Bagaimana pola asuh yang diterapkan orangtua terhadap anak-anaknya sangat mempengaruhi tumbuh kembang dan masa depan anak.

Pola asuh dapat didefinisikan sebagai cara orangtua merawat, menjaga, memelihara, melindungi,  dan mendidik anak-anak mereka. Apabila orangtua menerapkan pola asuh yang tidak tepat, maka akan berdampak negatif pada perkembangan anak. Anak akan  tumbuh dengan gambar diri yang buruk dan harga diri yang rendah; sulit berinteraksi dan membangun hubungan sosial yang sehat dengan orang lain; tidak mampu beradaptasi; berpotensi mengalami masalah perilaku seperti agresif, suka berkelahi, vandalism, menyakiti diri sendiri atau orang lain; tidak mampu mengatur emosi; tidak mandiri; daya juang rendah; resiliensi rendah; tidak mampu menghadapi tantangan hidup; kemampuan  dan prestasi belajar rendah; dapat mengalami gangguan mental; dan bahkan bunuh diri. Sebaliknya, penerapan pola asuh positif dapat membuat anak tumbuh menjadi anak yang memiliki sopan santun dan etika; bermoral; tidak mudah menyerah; suportif; mudah menunjukkan cinta kasih dan penghargaan kepada orang lain; mampu beradaptasi; memiliki komunikasi dan relsi yang sehat dengan orang lain;  memiliki sikap empati; pejuang; memiliki sikap asertif; menghargai keberbedaan dan keberagaman; mandiri; memiliki komunikasi dan ikatan emosi yang positif dengan orangtua; memiliki gambar diri dan rasa percaya diri yang sehat; menghormati orang lain; tahu dan mampu menjaga dan melindungi dirinya sendiri dan orang lain; hangat dan ramah; baik hati; dan suka menolong orang lain.

Walaupun tidak selalu mudah bagi orangtua untuk menerapkan pola asuh positif, bukan berarti hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dipakai sebagai upaya menerapkan  pola asuh positif.

Memberikan Pujian yang Sehat

Pujian adalah pernyataan positif  yang diungkapkan orangtua kepada anak karena hal positif yang ia lakukan. Pujian akan membuat anak merasa senang; dapat membangun sikap positif pada anak; memperkuat harga diri, konsep diri dan rasa percaya diri anak; dan anak akan termotivasi untuk melakukan hal positif lainnya. Itulah sebabnya, penting bagi orangtua untuk konsisten memberikan pujian yang sehat ketika anak berperilaku positif. Memberikan  pujian dengan spesifik membuat anak tahu mana perilaku yang tepat. Pujian tidak hanya diberikan ketika anak melakukan sesuatu yang besar atau luar biasa, akan tetapi, bahkan ketika anak melakukan hal-hal yang dianggap kecil atau sederhana, anak perlu dipuji. Pujilah anak dengan kata-kata, ekspresi dan bahasa tubuh yang tepat! Pujian kepada anak harus diberikan dengan sikap yang antusias dan tulus,  sambil tersenyum lebar, mengusap rambut anak, menepuk-nepuk bahu anak, mengusap punggung, memeluk, mencium, atau melakukan tos. Hal ini akan membuat anak senang dan merasa istimewa. Selain itu, dalam menerapkan pola asuh positif, pujian kepada anak dapat memperkuat ikatan emosional serta membangun hubungan yang positif antara orangtua dan anak.

Bersikap Tegas kepada Anak

Dalam menerapkan pola asuh positif, orangtua perlu bersikap tegas kepada anak. Tegas artinya, memberikan batasan yang jelas dan konsisten tentang mana yang boleh dan mana yang tidak boleh; apa yang harus dilakukan;   dan memberi pehamanan kepada anak tentang  konsekuensi dari perilaku mereka. Pendekatan ini dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana ada aturan dan panduan yang jelas, tetapi dengan tetap memelihara ikatan emosional yang positif antara orangtua dan anak.

Selalu Memberi Perhatian dan Waktu untuk Anak

Memberikan perhatian dan waktu yang cukup untuk anak dapat memperkuat hubungan dan ikatan emosi antara orangtua dan anak. Jika orangtua selalu menyediakan waktu untuk anak, maka itu jadi pesan penting yang menyatakan bahwa anak itu penting dan berharga bagi orangtuanya; serta dicintai. Waktu yang dihabiskan bersama anak membuat orangtua dapat lebih memahami kebutuhan, minat, dan perasaan anak, serta mengetahui apa yang sedang dialami oleh anak. Selain itu, waktu bersama anak menjadi kesempatan untuk menciptakan suasana dimana anak merasa nyaman untuk berbicara dan berbagi pengalaman kepada orangtua; berkegiatan bersama, serta menciptakan pengalaman dan memori manis. Dengan memberikan waktu yang cukup, anak dapat merasakan kehadiran orangtua secara konsisten, serta dapat meningkatkan rasa aman dan terlindungi pada anak. Hal ini pentiing bagi perkembangan emosional dan sosial anak.

Memberikan Dukungan Positif

Orangtua dapat memberikan dukungan positif kepada anak dalam bentuk dorongan, pujian, dukungan emosional, menciptakan lingkungan yang kondusif,  maupun memberikan kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan oleh anak.

Menerapkan Sikap Permisif, Demokratis dan Otoriter dengan Cara dan di Waktu yang Tepat

Penerapan pola asuh positif menggunakan pendekatan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan anak. Sikap orangtua yang permisif, demokratis dan otoriter harus diaplikasikan dengan cara dan di waktu yang tepat.  Sikap permisif adalah sikap dimana orangtua memperlihatkan kasih sayangnya kepada anak, dan memahami anak. Hal ini membuat kurangnya batasan yang ketat. Sikap ini baik untuk meningkatkan kreativitas dan otonomi anak. Akan tetapi, perlu diimbangi dengan batasan yang jelas agar anak memahami tanggung jawab. Sikap orangtua yang demokratis memungkinkan anak terlibat dalam pengambilan keputusan, dimana pendapat anak didengarkan. Sikap ini tepat digunakan saat anak membutuhkan otonomi dan pengembangan keterampilan pengambilan keputusan. Sikap otoriter adalah sikap dimana orangtua menetapkan aturan yang ketat, ekspektasi tinggi, dan hukuman yang tegas. Efektif digunakan  dalam situasi-situasi dimana keamanan dan ketaatan sangat penting.

Penerapan sikap permisif, demokratis dan otoriter harus disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak, serta menggabungkan elemen-elemen positif dari masing-masing sikap pola asuh. Fleksibilitas dalam penerapan, pemberian pengertian kepada anak, yang disertai dengan adanya komunikasi terbuka antara orangtua dan anak, dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak.

Membangun Komunikasi Asertif

Dengan adanya komunikasi asertif,  dapat dibangun hubungan dan ikatan emosional antara orangtua dan anak. Komunikasi asertif memungkinkan kolaborasi antara orangtua dan anak dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Selain itu, dengan komunikasi asertif, orangtua dapat melatih anak untuk  mengembangkan keterampilan berkomunikasi agar anak mampu menyatakan kebutuhan, pendapat, dan perasaannya dengan jelas dan tegas, tanpa melanggar hak orang lain.

Membantu Anak Mengenali dan Meregulasi Emosi

Sebagaimana halnya individu lain, anak juga memiliki berbagai emosi. Anak harus dibantu untuk mengenali dan meregulasi emosinya agar emosi anak tidak menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri atau orang lain. Salah satu strategi dalam menerapkan pola asuh positif adalah membantu anak dalam mengembangkan keterampilan regulasi emosi yang sehat.

Mendorong Anak Mencari Solusi, Bukan Kambing Hitam

Strategi ini mencakup membimbing anak mencari solusi dari masalah atau konflik yang dihadapi. Ini dapat menolong anak dalam mengembangkan keterampilan memecahkan masalah; menyalahkan orang lain; tidak lari dari tanggung jawab; menerima tanggung jawab tanpa merasa tertekan karena disalahkan.

 

Melatih Anak Berempati

Salah satu strategi dalam pola pola asuh positif adalah melatih anak berempati. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Ini adalah keterampilan dimana individu mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain, merasakan apa yang mereka rasakan, dan memahami perspektif dan emosi orang lain. Empati dapat membangun koneksi emosional dan meningkatkan pemahaman antar individu. Memahami dan mengelola perasaan sendiri, sekaligus meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain merupakan inti dari empati.

Memberikan Batasan

Memberikan batasan dengan cara yang positif mengajarkan anak tentang tanggung jawab, konsekuensi, dan norma-norma yang berlaku. Ini membantu anak untuk memahami batasan sebagai panduan yang dibuat dengan tujuan melindungi dan membimbing, bukan sebagai hambatan.

Melatih Anak Berpikir sebelum Berbicara atau Bertindak

Dalam pola asuh positif, anak dilatih untuk berpikir sebelum berbicara atau bertindak . Anak belajar untuk mempertimbangkan konsekuensi dari kata-kata atau tindakan mereka sebelum melakukannya.

Mengajar Anak bahwa segala Sesuatu Mengandung Konsekuensi

Penerapan pola asuh positif memberikan pengertian kepada anak bahwa segala sesuatu mengandung konsekuensi. Dengan pendekatan ini, orangtua dapat mengajarkan anak tentang tanggung jawab dan hubungan sebab-akibat. Ketika anak memahami bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif, hal ini dapat membentuk kesadaran diri dan pengambilan keputusan yang lebih bijak.

Memberi Tugas dan Tanggung Jawab kepada Anak

Memberikan tugas dan tanggung jawab kepada anak adalah bagian dari pembelajaran dan perkembangan anak. Dengan memberikan tugas, orangtua tidak hanya memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar keterampilan praktis, tetapi juga membangun rasa tanggung jawab dan kemandirian anak.

Konsisten

Konsistensi orangtua mengacu pada bagaimana orangtua memberikan pedoman, aturan, dan respon yang tetap dan dapat dipahami anak. Dalam menerapkan pola asuh positif, konsistensi orangtua terlihat dari keselarasan antara dukungan emosional yang positif yang diberikan dengan memberikan arahan, aturan, dan konsekuensi yang konsisten kepada anak.

Disiplin

Penerapan pola asuh positif  mengandung disiplin. Hal ini akan membantu anak untuk memahami aturan, konsekuensi,  nilai-nilai dan norma-norma tanpa rasa takut atau cemas.

Menghindari Labeling

Dengan tidak memberikan label negatif pada anak, orangtua menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak. Hal ini membantu anak membangun rasa percaya diri dan identitas positif, karena anak tidak terjebak dalam stereotip atau ekspektasi negatif yang dapat timbul dari pemberian label. Pola asuh positif mengedepankan komunikasi terbuka dan penerimaan agar anak dapat tumbuh, berkembang, dan belajar tanpa rasa terhakimi oleh label yang membatasi potensi mereka.

Tidak Melakukan Kekerasan kepada Anak

Pola asuh positif berarti tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apa pun kepada anak. Yang digunakan adalah komunikasi asertif, bimbingan, arahan, nasihat, dorongan, dan penguatan positif. Dengan tidak melakukan kekerasan, orangtua menciptakan lingkungan kondusif, aman dan nyaman bagi anak. Ini akan menolong anak untuk tumbuh dan berkembang tanpa trauma, takut, cemas, bingung, dan sakit akibat kekerasan.

Mengajarkan Keterampilan Sosial

Penerapan pola asuh positif, orangtua membantu anak mengembangkan keterampilan sosial seperti empati, kerjasama, dan komunikasi asertif. Selain itu, mendorong anak untuk belajar dari pengalaman sosialnya, dan membantu anak tumbuh sebagai individu yang dapat berinteraksi secara positif dengan orang lain.

Menghargai dan Mendorong Perilaku Positif

Orangtua yang menerapkan pola asuh positif akan memberikan pujian dan pengakuan yang sehat ketika anak menunjukkan perilaku positif. Hal ini akan memotivasi anak untuk mengulangi perilaku positif tersebut. Dengan fokus pada penguatan positif, anak merasa dihargai dan didorong untuk terus mengembangkan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang  ditanamkan oleh orangtua.

Memberikan Aturan, Harapan dan Konsekuensi yang Jelas dan Tegas

Dalam menerapkan pola asuh positif, dengan cara yang tepat, orangtua harus dapat menyampaikan aturan, harapan dan konsekuensi yang jelas dan tegas kepada anak. Hal ini ditujukan agar anak dapat memahami dan menaati aturan dan harapan tersebut, bahkan dapat berkolaborasi dengan orangtua dan keluarga. Selain itu, anak akan terhindari dari kebingungan, ketakutan atau rasa terancam. Aturan, harapan dan konsekuensi yang jelas dan tegas  menjadi panduan bagi anak dalam memahami perilaku positif yang diharapakan serta dan nilai-nilai dalam keluarga.

Menanamkan Nilai-nilai Keluarga

Setiap keluarga memiliki nilai-nilai. Pada umumnya, nilai-nilai keluarga berasal dari ajaran agama yang dianut dan nilai-nilai budaya. Dalam pola asuh positif, orangtua harus menanamkan nilai-nilai keluarga kepada anak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi penjelasan dan pemahaman kepada anak tentang nilai-nilai keluarga, serta  menjadikan diri sebagai teladan dalam berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai keluarga. Komunikasi positif dan terbuka tentang nilai-nilai keluarga, dapat membuat anak memahami dan menerima pentingnya norma-norma yang diterapkan dalam keluarga; dan dengan senang hati menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga. Akibatnya, anak akan bertumbuh menjadi individu  dengan identitas dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai keluarga. Ini juga akan menjadi landasan moral yang kuat bagi pertumbuhan anak.

Mengajarkan Hukum dan Norma-norma yang Berlaku dalam Masyarakat

Mengajarkan anak tentang hukum dan norma-norma yang berlaku di masyarakat dengan cara memberikan penjelasan yang masuk akal, memberi contoh positif, dan mendukung anak untuk memahami implikasi dari perilaku mereka, adalah hal yang sangat penting. Dengan demikian, anak tidak hanya memahami aturan, tetapi juga dapat menginternalisasi nilai-nilai positif yang mendasarinya.

Mengajarkan Anak untuk Mengasihi Sesama dan Menghormati Hak Orang lain

Menanamkan kepada anak untuk mengasihi sesama dan menghormati hak orang lain adalah bagian dari pola asuh ppsitif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh bagaimana mengasihi sesama dan menghormati hak orang lain, serta memberikan dorongan positif. Dengan demikian, anak dapat belajar bagaimana cara mengasihi sesama dan menghormati hak orang lain dalam interaksi sosialnya.

Mengajarkan kepada Anak bahwa Mereka Memiliki Kewajiban dan Hak

Orangtua dapat memberikan pemahaman kepada anak mengenai hak dan kewajiban mereka. Dengan mencipatakan lingkungan yang kondusif dan komunikasi asertif dalam keluarga, anak akan dapat memahami kewajibannya sebagai anak, anggota keluarga dan masyarakat, sekaligus menyadari hak-haknya. Ini akan membentuk karakter menjadi individu dengan kesadaran moral dan tanggung jawab yang baik.

Menghormati Keberagaman dan Keberbedaan

Adalah penting menanamkan kepada anak untuk menghormati keberbedaan dan keberagaman. Dengan memberikan contoh sikap inklusif, mendukung minat serta identitas anak, dan mengajarkan empati, anak dapat memahami pentingnya menghormati keberbedaan. Dapat dilakukan melalui komunikasi  terbuka tentang keanekaragaman budaya, agama, dan latar belakang lainnya. Dengan demikian anak memiliki pemahaman yang benar anak tentang nilai-nilai toleransi dan menaruh hormat terhadap keberbedaan dan keragaman dalam masyarakat.

Memperlakukan Anak dengan Hormat

Sebagai individu, anak harus diperlakukan dengan penghormatan dan penghargaan. Dengan memberikan kasih sayang, mendengarkan, dan berkomunikasi dengan penuh pengertian, orangtua dapat menciptakan hubungan yang saling menghormati dengan anak. Sikap positif ini tidak hanya mengajarkan anak untuk menghargai diri sendiri, tetapi juga membangun dasar bagi anak untuk memperlakukan orang lain dengan hormat. Selain itu, melalui contoh dan interaksi sehari-hari yang penuh kasih, anak dapat belajar bagaimana cara berhubungan dengan orang lain dengan sopan dan menghormati hak orang lain.

Melatih Anak untuk Berani

Dalam pola asuh positif, dapat diciptakan lingkungan kondusif bagi pengembangan rasa percaya diri dan ketahanan mental pada anak. Dengan memberikan pujian, memberikan tantangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, dan memberikan dukungan saat menghadapi kesulitan, orangtua membantu anak membangun keberanian. Melalui pendekatan positif, anak dapat merasa didukung untuk mengatasi rasa takut, berani mengambil risiko yang sehat, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup.

Berkolaborasi dalam Menyelesaikan Masalah

Kolaborasi antara orangtua dan anak dalam menyelesaikan masalah dapat diciptakan dengan membangun komunikasi yang terbuka, memberikan dorongan positif,  dan menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga anak merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan ide. Hal ini menolong anak mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah, dan memotivasi anak untuk mengambil inisiatif. Kolaborasi dalam menyelesaikan masalah tidak hanya memperkuat hubungan antara orangtua dan anak, tetapi juga membantu anak dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang berguna untuk sepanjang hidup mereka.

Menjadi Pelindung bagi Anak

Orangtua adalah pelindung utama bagi anak. Dengan menciptakan ikatan emosional yang kuat melalui kasih sayang, perhatian, penghargaan, dan kehadiran positif, orangtua dapat menjadi sumber dukungan yang penting bagi anak. Dengan demikian, anak akan merasa aman, nyaman, dan terlindungi. Hal ini membantu anak mengembangkan keberanian menjelajahi dunia dengan percaya diri.

Menjadi Panutan yang Positif dan Ideal

Orangtua harus dapat menjadi panutan yang positif dan ideal bagi anak. Dengan memberikan contoh perilaku yang positif, nilai-nilai moral, dan komunikasi yang terbuka, orangtua menciptakan fondasi untuk anak membangun karakter yang sehat. Anak akan dapat melihat serta mengadopsi sikap, dan nilai-nilai positif yang diteladankan oleh orangtua mereka  dalam kehidupan sehari-hari. (SRP)

Share

Related posts

Leave a Comment