Oleh: Susi Rio Panjaitan
Secara sederhana, rasa kesepian diartikan sebagai perasaan terasing dan sendirian, yang muncul ketika seseorang merasa tidak ada koneksi emosional yang memadai dengan orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor sosial, fisik, atau emosional. Rasa kesepian dapat memengaruhi status kesehatan mental seseorang. Rasa kesepian tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi terjadi juga pada anak-anak. Rasa kesepian pada anak dapat terjadi ketika anak merasa sendirian, terasing, tidak memiliki teman yang dapat diajak bicara atau bermain, atau tidak memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orang di sekitarnya.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seorang anak mengalami rasa kesepian, antara lain:
- Kurangnya Koneksi Sosial – Seorang anak dapat mengalami rasa kesepian jika ia mengalami kesulitan dalam membentuk dan mempertahankan hubungan sosial yang positif, baik di sekolah, keluarga, atau lingkungan sekitarnya.
- Perubahan Hidup – Peristiwa seperti pindah rumah, pindah sekolah, atau perubahan keluarga dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan memicu perasaan kesepian pada anak.
- Bulliying, Stigma dan Diskriminasi – Anak yang menjadi korban bullying, stigma atau diskriminasi berisiko mengalami kesepian.
- Penolakan – Jika anak merasa tidak diterima atau diabaikan oleh orang lain, ini dapat membuatnya merasa kesepian.
- Masalah Keluarga – Konflik atau masalah dalam lingkungan keluarga, seperti perceraian atau ketidakstabilan rumah tangga, dapat memengaruhi kesejahteraan emosional anak dan membuatnya merasa kesepian.
- Kehilangan Seseorang yang Disayangi – Kematian orangtua atau sahabat dekat dapat menimbulkan rasa kesepian pada anak.
- Masalah Kesehatan atau Perubahan Fisik – Masalah kesehatan atau perubahan fisik yang drastis dapat membuat anak merasa tidak percaya diri dan menarik diri dari lingkungan sosial. Hal ini dapat menyebabkan anak merasa kesepian.
- Ketidakmampuan Beradaptasi – Anak yang memiliki hambatan dan berkomunikasi, adaptasi dan sosialisasi berisiko mengalami rasa kesepian.
- Rendahnya Tingkat Kematangan Emosional – Anak yang belum sepenuhnya mampu mengembangkan keterampilan mengelola emosi lebih rentan mengalami rasa kesepian.
Rasa kesepian pada anak tidak boleh dianggap enteng atau remeh karena rasa kesepian berdampak negatif bagi anak. Jika seorang anak mengalami rasa kesepian yang berkepanjangan, maka hal ini dapat berdampak serius pada kesejahteraan mental dan emosional anak, antara lain sebagai berikut:
- Gangguan Kesehatan Mental – Rasa kesepian yang berkepanjangan pada anak dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan masalah emosional lainnya.
- Perkembangan Sosial Terhambat – Rasa kesepian pada anak dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial dan kemampuan berinteraksi anak dengan orang lain. Padahal, keterampilan ini sangat penting untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat.
- Prestasi Akademis Menurun – Kesepian dapat memengaruhi konsentrasi dan motivasi belajar anak, sehingga berpotensi memengaruhi prestasi akademis mereka.
- Berpontensi Berperilaku Maladaptif – Anak yang merasa kesepian memiliki kecenderungan untuk berperilaku maladaptif, seperti menarik diri teman-teman dan keluarga, atau mencari hiburan dalam bentuk perilaku berisiko, misalnya: merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, berkelahi, vandalism, mengkonsumsi narkoba, berkelahi, kebut-kebutan, melakukan seks bebas, mengkonsumsi pornografi, atau bermain games tanpa aturan.
- Masalah Kesehatan Fisik – Kesepian yang terus-menerus dapat menyebabkan anak mengalami masalah kesehatan fisik. Ini terjadi karena kesepian dapat menimbulkan stress dan depresi pada anak, dan ini akan mengganggu kesehatan fisik anak.
Mengingat bahwa rasa kesepian sangat merugikan tumbuh kembang anak, maka perlu melakukan mendeteksi dini rasa kesepian pada anak agar dapat dengan segera menolong anak. Berikut adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya rasa kesepian pada anak:
- Tidak Lebur dalam Kebersamaan – Anak yang memiliki rasa kesepian biasanya tampak tidak lebur dalam kebersamaan. Misalnya: ketika anak berada di antara teman-temannya, anak tampak sangat pasif dan diam saja. Padahal, anak lain sangat aktif dalam percakapan.
- Sering Sendiri – Anak seperti tidak memiliki teman sehingga sering sendiri.
- Terjadi Perubahan Perilaku – Terjadi perubahan perilaku secara tiba-tiba. Misalnya: tiba-tiba suka marah, mengomel atau menunjukkan tanda-tanda kecemasan.
- Menunjukkan Ekspresi Rasa Kesepian –Rasa kesepian tampak lewat cara berbicara yang tidak bersemangat, gerak tubuh yang tampak seperti lemah tak berdaya, wajah kuyu, dan sorot mata yang sayu. Ada anak yang menunjukkan rasa kesepiannya melalui melalui tulisan, gambar, atau ungkapan kreatif lainnya.
Anak yang mengalami rasa kesepian harus segera ditolong. Mengatasi masalah rasa kesepian pada anak memerlukan pendekatan yang penuh cinta kasih, perhatian, dan terencana. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil jika diduga anak mengalami rasa kesepian:
- Menciptakan Komunikasi Terbuka – Ajak anak berbicara tentang perasaannya. Berikan ia ruang untuk menyampaikan apa yang ia alami, rasakan, dan inginkan. Dengarkanlah ia dengan penuh perhatian.
- Membangun Relasi Sosial – Dorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di sekolah, komunitas, atau klub yang sesuai dengan minatnya. Ini membantu anak dalam membangun relasi yang positif dengan orang lain. Dapat juga dilakukan dengan cara mendorong anak untuk mengundang teman-temannya bermain ke rumah.
- Mendorong Anak untuk Mengembangkan Bakat Minatnya – Ini dapat membuat anak menjadi teralih dari rasa kesepian.
- Melibatkan Keluarga – Dorong semua anggota keluarga untuk membantu anak mengatasi rasa kesepiannya. Caranya adalah dengan menciptakan kegiatan bersama yang melibatkan anak. Ini dapat membuat anak merasa aman, nyaman dan tidak lagi merasa kesepian.
- Membantu Anak untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial – Dukung anak untuk mengembangan keterampilan sosial. Misalnya: berkomunikasi secara asertif, berbagi, dan bekerja sama dengan orang lain.
- Berkolaborasi dengan Pihak Sekolah – Jika masalahnya terkait dengan lingkungan sekolah, berkolaborasilah dengan pihak sekolah untuk mencari solusi.
- Memantau Status Kesehatan Anak – Pastikan anak mendapatkan cukup istirahat, nutrisi, dan olahraga. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis anak, termasuk rasa kesepian.
- Mencari Bantuan Profesional – Jika perasaan kesepian terus berlanjut atau memburuk, ada baiknya mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, seperti psikolog anak atau konselor anak.
Setiap anak unik. Cinta kasih, dukungan dan perhatian orangtua serta keluarga dapat membantu anak mengatasi rasa kesepian. (SRP)