MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEMANDIRIAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Anak Berkebutuhan Khusus adalah suatu istilah yang dipakai untuk merujuk kepada anak yang memiliki kebutuhan pola asuh, pendidikan atau pengembangan diri yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti masalah kesehatan fisik atau mental, atau gangguan perkembangan. Bentuk kebutuhan khusus dari ABK bermacam-macam, seperti dukungan tambahan, metode pengajaran, kurikulum pembelajaran yang bersifat individual, teknik pengajaran, pemahaman dan penerimaan akan kondisi dan keunikannya, atau pola asuh yang tepat. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat khusus dibutuhkan ABK untuk membantu mereka berkembang, belajar, beradaptasi, berkarya, dan mandiri secara optimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Kondisi dimana anak memiliki kebutuhan khusus antara lain: autisme, gangguan perhatian dan hiperaktivitas (Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ADHD), downsyndrome, aspeger, dan retardasi mental.

Pada umumnya, ABK menghadapi tantangan dalam setiap fase pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi jika diberi kesempatan dan dilatih dengan baik, mereka dapat berkembang dengan baik, berkarya, dan berprestasi. Bahkan, tidak mustahil mereka juga bisa mandiri. Kemandirian pada ABK merujuk pada kondisi dimana anak mampu melakukan kegiatan sehari-hari dan mampu mengerjakan tugas-tugas dengan tingkat kemandirian yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Untuk dapat mandiri, ABK harus memiliki berbagai keterampilan yang diperlukan, seperti keterampilan berkomunikasi, keterampilan sosial, keterampilan bina diri, keterampilan mengelola waktu, keterampilan mengelola uang, keterampilan mengelola emosi, serta keterampilan akademis. Keterampilan-keterampilan ini membantu anak untuk mengatasi tantangan yang akan mereka hadapi, memungkinkan anak untuk terlibat aktif dalam kehidupan sehari-hari, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan untuk  mempersiapkan anak hidup mandiri di masa depan.

Agar keterampilan kemandirian pada ABK dapat berkembang, anak perlu didukung. Dukungan yang tepat berguna untuk mendorong anak terlibat aktif dalam kehidupan sehari-hari, dan mengatasi tantangan. Hal ini dapat meningkatkan keterampilan kemandirian anak. Dengan pendekatan yang sesuai dan dukungan yang tepat, kepercayaan diri ABK dapat dibangun, dan anak menjadi lebih mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jika ABK terus didukung untuk memiliki keterampilan kemandirian sejak dini, maka kemampuannya dalam berbagai aspek kehidupan akan meningkat. ABK akan dapat mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan komunikasi, keterampilan bina diri, keterampilan mengelola uang, keterampilan mengelola waktu, keterampilan mengelola emosi, dan keterampilan akademis. Ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.

Sebaliknya, jika Anak Berkebutuhan Khusus tidak dilatih untuk mengembangkan keterampilan kemandirian sejak dini, maka akan berdampak negatif pada kemampuannya dalam berpartisipasi aktif di kehidupan sehari-hari, dan anak akan menghadapi tantangan besar di masa depan. Tanpa keterampilan kemandirian yang memadai, anak menjadi bergantung pada bantuan orang lain untuk melakukan tugas-tugas rutin atau untuk mengatasi situasi sehari-hari; menjadi kurang percaya diri dalam menjalani aktivitas sehari-hari atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar; mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan teman sebaya atau anggota masyarakat lainnya; mengalami hambatan dalam proses pembelajaran dan mencapai prestasi akademis; dan kelak dewasa sulit mendapatkan pekerjaan.

Mendukung pengembangan keterampilan kemandirian pada Anak Berkebutuhan Khusus menjadi kunci untuk membantu anak mengatasi hambatan yang ia hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengembangkan keterampilan kemandirian pada ABK ada beberapa strategi yang dapat diambil, antara lain:

  1. Mengidentifikasi Kebutuhan Khusus Anak Pahami bagaimana kondisi spesifik anak, apa yang merupakan kebutuhannya, apa kemampuannya, dan hambatan apa yang ia hadapi. Identifikasi di area mana ia memerlukan dukungan tambahan, dan dukungan seperti apa yang ia butuhkan.
  2. Menyesuaikan Tugas dan Aktivitas dengan Kondisi Anak Sesuaikan tugas dan aktivitas dengan tingkat kemampuan anak. Mulailah dengan tugas-tugas yang paling mudah, yang dirasa dapat dikerjakan anak. Dengan demikian, anak akan merasa senang karena mengetahui dirinya mampu, dan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak sehingga membuatnya lebih semangat untuk tugas-tugas yang lain. Kemudian, latih kemampuannya secara bertahap.
  3. Menjadi Model Perilaku yang Baik untuk Anak — Berikan bimbingan dengan memberikan contoh konkret dan langkah-langkah praktis. Teladankan perilaku kemandirian yang diharapkan agar anak dapat mengamati dan menirunya.
  4. Melibatkan Dukungan dari Profesional — Libatkan profesional dalam proses pengembangan keterampilan kemandirian anak. Misalnya: dokter spesialis kesehatan jiwa anak, psikolog anak, konselor anak, ahli pendidikan anak berkebutuhan khusus, terapis perilaku, terapis sensori integrasi, terapis wicara, terapis komunikasi, terapis okupasi, atau ahli lain yang dapat memberikan dukungan spesifik sesuai dengan kebutuhan anak.
  5. Penguatan Positif — Berikan penguatan positif dan dorongan saat anak berhasil melakukan sesuatu dengan mandiri. Misalnya: pujian, acungan jempol, senyuman manis, atau hadiah kecil ketika ia berhasil mandi sendiri. Kalau pun anak belum berhasil, tetap beri dorongan dan penguatan positif atas upayanya. Ini dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri anak.
  6. Evaluasi Berkala — Evaluasi berkala perlu dilakukan guna melihat pencapaian kemandirian dan tantangan apa yang dihadapi. Ini juga berguna untuk menyusun rencana pengembangan selanjutnya.
  7. Rencana Pengembangan Buat rencana pengembangan untuk anak dengan menetapkan tujuan kemandirian yang realistis dan langkah-langkah konkret untuk mencapai kemandirian tersebut.
  8. Melibatkan Pihak-pihak Terkait — Pihak-pihak yang terkait perlu dilibatkan dalam upaya pengembangan keterampilan kemandirian anak. Misalnya: anggota keluarga, sekolah, terapis, dan guru les. Diskusikan secara teratur dengan para pihak strategi dan perkembangan anak untuk memastikan pendekatan yang konsisten diberlakukan di rumah, sekolah, tempat terapi, dan tempat les.
  9. Merancang Aktivitas yang Menyenangkan bagi Anak — Rancanglah aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Misalnya: permainan dan bermain peran. Aktivitas yang menyenangkan bagi anak akan membantu dalam mendukung pengembangan keterampilan kemandirian ABK. Dengan senang hati anak akan berlatih tanpa merasa dipaksa.
  10. Menggunakan Metode dan Teknik yang Sesuai — Masing-masing ABK unik. Tidak ada di antara mereka yang benar-benar sama. Jadi, metode dan teknik yang digunakan harus sesuai dengan kondisi mereka masing-masing. Tidak boleh kaku, tetapi harus fleksibel karena tidak ada metode atau teknik yang cocok untuk semua ABK.

Faktor lain yang menjadi kunci dalam keberhasilan pengembangan keterampilan kemandirian pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah peran aktif orangtua. Orangtua harus benar-benar memahami kondisi khusus anak mereka. Pelajari dengan baik apa yang menjadi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi anak. Setiap ABK memiliki kebutuhan yang unik. Orangtua harus mengadopsi pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik anak. Orangtua juga harus terlibat aktif dalam kehidupan anak, termasuk mendukungnya dalam tugas sehari-hari. Dorong partisipasi anak dalam aktivitas sehari-hari dengan memberikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan. Membangun komunikasi terbuka dengan anak akan membantu orangtua dalam memahami perasaan, keinginan, dan kebutuhan anak. Ini juga membantu dalam menciptakan lingkungan dimana anak merasa nyaman, didukung, dan dapat berkomunikasi dengan orangtua. Komunikasi terbuka juga harus dibangun dengan semua pihak yang terkait, misalnya guru, atau terapis. Ini berguna untuk meningkatkan kualitas kolaborasi dengan para pihak guna kepentingan terbaik anak. Orangtua perlu mengingat bahwa proses pengembangan keterampilan kemandirian memerlukan waktu yang tidak selalu dapat diprediksi. Oleh karena itu, orangtua harus bersikap sabar. Dengan melibatkan diri secara aktif, memberikan dukungan yang konsisten, dan memahami kebutuhan unik anak, orangtua dapat memainkan peran kunci dalam membantu anak mengembangkan keterampilan kemandirian. (SRP)

Share

Related posts

Leave a Comment