PERAN GURU DALAM MENDETEKSI DAN MENDAMPINGI ANAK DENGAN GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) merupakan kondisi perkembangan neurologis yang memengaruhi kemampuan individu dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, serta pola perilaku dan minatnya (American Psychiatric Association [APA], 2013). Anak dengan spektrum autisme memiliki kebutuhan khusus yang berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga kompleks. Itulah sebabnya, mereka memerlukan perhatian, pemahaman, dan strategi pendampingan yang tepat.

Guru memegang peran yang sangat penting karena mereka adalah pihak yang berinteraksi langsung dengan anak dalam keseharian di sekolah. Guru sering kali menjadi orang pertama di luar keluarga yang dapat mengenali tanda-tanda awal adanya gangguan perkembangan pada anak (Heward, 2017). Deteksi dini oleh guru berperan besar dalam mempercepat intervensi, sehingga anak mendapatkan layanan pendidikan dan pendampingan yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain mendeteksi, guru juga berperan sebagai pendamping yang membantu anak dengan autisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar, mengembangkan kemampuan akademik, keterampilan sosial, serta membangun rasa percaya diri. Oleh karena itu, pemahaman guru tentang autisme dan strategi pendampingan yang tepat sangat menentukan keberhasilan anak dalam proses belajar di sekolah (Lindsay et al., 2014).

Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD)

Autisme adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Ciri-ciri umum autisme antara lain: kesulitan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal, keterbatasan dalam interaksi sosial, serta adanya perilaku repetitif atau minat yang terbatas (Lord et al., 2020). Spektrum autisme sangat luas. Ada anak yang membutuhkan dukungan intensif dalam hampir semua aspek kehidupannya, dan ada juga anak yang memiliki kecerdasan tinggi tetapi kesulitan dalam bersosialisasi. Karena itu, deteksi dan pendekatan harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak (Volkmar & Wiesner, 2019). Deteksi dini sangat krusial. Semakin cepat anak diketahui memiliki kebutuhan khusus, semakin besar peluang untuk dilakukan intervensi yang tepat (Zwaigenbaum et al., 2015). Melalui peran guru, sekolah menjadi salah satu tempat strategis dalam mendeteksi tanda-tanda awal autisme.

 

Peran Guru dalam Deteksi Dini Autisme

Guru memiliki posisi penting dalam mengenali gejala awal autisme pada anak karena mereka berinteraksi dengan anak setiap hari. Beberapa tanda yang dapat diamati guru di kelas antara lain: anak kesulitan kontak mata, cenderung menyendiri, terlambat bicara, adanya perilaku repetitif, serta adanya respon yang berlebihan atau kurang terhadap rangsangan sensorik (National Research Council, 2001).

Ketika guru menemukan tanda-tanda tersebut, langkah selanjutnya bukanlah memberi label pada anak, melainkan melakukan observasi berulang, mencatat pola perilaku, serta mendiskusikannya dengan orang tua. Jika diperlukan, guru dapat mendorong orang tua untuk melakukan asesmen profesional dengan psikolog atau dokter tumbuh kembang anak (Odom et al., 2010).

Strategi Guru dalam Mendampingi Anak dengan Autisme di Sekolah

  1. Pendekatan Pembelajaran Inklusif – Guru dapat menyesuaikan metode belajar dengan kebutuhan anak. Misalnya: menggunakan visual aids, instruksi singkat, serta tugas yang dibagi ke dalam langkah sederhana (Tomlinson, 2014).
  2. Strategi Komunikasi Efektif – Menggunakan bahasa yang jelas, sederhana, serta bantuan visual seperti gambar atau kartu komunikasi guna membantu anak memahami instruksi (Hodgdon, 1995).
  3. Pengelolaan Kelas yang Ramah dan Inklusif – Anak dengan autisme sering kali sensitif terhadap suara atau keramaian. Guru dapat menciptakan kelas yang teratur dan menyediakan area tenang untuk membantu anak mengelola dirinya (Simpson et al., 2003).
  4. Penguatan Keterampilan Sosial – Aktivitas kelompok yang sederhana dapat melatih anak belajar berbagi, menunggu giliran, atau bekerja sama. Pujian dan reinforcement positif sangat efektif dalam membangun keterampilan sosial (Koegel et al., 2012).
  5. Membangun Kemandirian – Kemandirian pada anak dengan autisme dapat dilatih melalui rutinitas terstruktur, misalnya dengan menggunakan jadwal visual (Dettmer et al., 2000).

 

Kolaborasi antara Guru, Sekolah, dan Orang Tua

Pendampingan anak dengan autisme tidak dapat dilakukan oleh guru seorang diri. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara guru, pihak sekolah, dan orang tua (Bronfenbrenner, 1979). Guru memberikan informasi perkembangan anak di sekolah dan strategi pembelajaran, orang tua memberi masukan tentang perilaku anak di rumah dan rutinitas harian, dan sekolah menyediakan kebijakan inklusif, sumber daya pendukung, serta pelatihan bagi tenaga pendidik (Loreman, 2017).

Kolaborasi yang baik akan menciptakan kesinambungan antara rumah dan sekolah. Dengan demikian, anak akan merasa aman, nyaman, didukung, dan termotivasi untuk berkembang.

 

Tantangan dan Solusi dalam Mendampingi Anak dengan Autisme

Guru sering menghadapi tantangan dalam mendampingi anak dengan autisme, seperti kurangnya pengetahuan, keterbatasan guru pendamping, dan jumlah siswa yang banyak. Akan tetapi, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Pelatihan guru tentang pendidikan inklusif (Florian & Black-Hawkins, 2011).
  2. Dukungan profesional, seperti konselor sekolah dan terapis.
  3. Kebijakan sekolah yang mendukung pendidikan inklusif (Ainscow, Booth, & Dyson, 2006).

 

Kesimpulan

Guru memiliki peran vital dalam mendeteksi dan mendampingi anak dengan gangguan spektrum autisme. Deteksi dini yang dilakukan guru dapat membantu anak dalam memperoleh intervensi lebih cepat dan pendampingan yang tepat, yang akan mendukung perkembangan akademik, sosial dan emosional anak di sekolah.

Kolaborasi antara guru, orang tua, dan sekolah menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan lingkungan belajar yang ramah, inklusif, dan memberdayakan setiap anak. Dengan pemahaman yang baik serta komitmen untuk mendampingi, guru dapat menjadi agen perubahan yang membantu anak dengan autisme mencapai potensi terbaiknya.(SRP)

 

Referensi

Ainscow, M., Booth, T., & Dyson, A. (2006). Improving Schools, Developing Inclusion. Routledge.

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Washington, DC: Author.

Bronfenbrenner, U. (1979). The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design. Harvard University Press.

Dettmer, S., Simpson, R. L., Myles, B. S., & Ganz, J. B. (2000). The Use of Visual Supports to Facilitate Transitions of Students with Autism. Focus on Autism and Other Developmental Disabilities, 15(3), 163–169.

Florian, L., & Black-Hawkins, K. (2011). Exploring Inclusive Pedagogy. British Educational Research Journal, 37(5), 813–828.

Heward, W. L. (2017). Exceptional Children: An Introduction to Special Education (11th ed.). Pearson.

Hodgdon, L. Q. (1995). Visual Strategies for Improving Communication: Practical Supports for School and Home. QuirkRoberts Publishing.

Koegel, L. K., Vernon, T. W., & Koegel, R. L. (2012). Improving Social Initiations in Young Children with Autism Using Reinforcers with Embedded Social Interactions. Journal of Autism and Developmental Disorders, 42(6), 1281–1294.

Lindsay, S., Proulx, M., Thomson, N., & Scott, H. (2014). Educators’ Challenges of Including Children with Autism Spectrum Disorder in Mainstream Classrooms. International Journal of Disability, Development and Education, 61(3), 231–246.

Loreman, T. (2017). Pedagogy for Inclusive Education. Oxford University Press.

Lord, C., Elsabbagh, M., Baird, G., & Veenstra-VanderWeele, J. (2020). Autism Spectrum Disorder. The Lancet, 392(10146), 508–520.

 

National Research Council. (2001). Educating children with autism. National Academy Press.

Odom, S. L., Horner, R. H., Snell, M. E., & Blacher, J. (2010). Handbook of developmental disabilities. Guilford Press.

Simpson, R. L., de Boer-Ott, S. R., Smith-Myles, B., Byrd, S. E., Ganz, J. B., & Griswold, D. E. (2003). Educating children and youth with autism: Strategies for effective practice (2nd ed.). Pro-Ed.

Tomlinson, C. A. (2014). The differentiated classroom: Responding to the needs of all learners (2nd ed.). ASCD.

Volkmar, F. R., & Wiesner, L. A. (2019). A practical guide to autism: What every parent, family member, and teacher needs to know (2nd ed.). Wiley.

Zwaigenbaum, L., Bauman, M. L., Choueiri, R., Kasari, C., Carter, A., & Stone, W. L. (2015). Early intervention for children with autism spectrum disorder. Pediatrics, 136(1), e60–e81.

 

Share

Related posts

Leave a Comment