DAMPAK GAMES ONLINE TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

Share

Games online adalah permainan digital yang dimainkan dengan menggunakan koneksi internet, baik melalui ponsel, komputer, konsol, atau tablet, yang memungkinkan pemain berinteraksi secara real-time dengan sistem permainan maupun dengan pemain lain dari berbagai tempat. Ciri-ciri games online antara lain: terhubung ke internet; dapat dimainkan sendiri atau bersama orang lain (multiplayer); interaksi langsung antar pemain dilakukan melalui fitur chat, suara, atau kerja sama dalam permainan; memiliki sistem berkelanjutan seperti level, peringkat, misi harian, atau pembaruan konten; dan berbasis server, sehingga data permainan tersimpan dan dikelola secara daring. Contoh games online antara lain: Mobile Legends, Free Fire, PUBG, Roblox, dan Minecraft (mode online).

Bagi anak-anak, games online bukan sekedar hiburan, tetapi merupakan ruang bermain, ruang sosial, bahkan ruang pencarian identitas. Ada beberapa hal yang menyebabkan games online sangat menarik bagi anak-anak. Pertama: games online menyediakan berbagai tantangan, level, skor, dan hadiah instan. Ini membuat anak merasa berhasil, mampu, dan berkompeten. Kedua: Melalui games online anak dapat berinteraksi, bekerja sama, atau bersaing dengan orang lain yang belum ia kenal di dunia nyata atau temannya sendiri yang sudah ia kenal di dunia nyata. Dalam hal ini, bagi anak, games online menjadi sarana penerimaan sosial dan pertemanan. Ketiga: Games online dapat digunakan anak untuk melarikan diri dari stres akademik, konflik keluarga, dan perasaan kesepian atau kurang dihargai. Keempat: Games online dirancang dengan sistem dopamin. Sistem dopamin adalah jaringan saraf di otak, yang mengaktifkan dopamin saat seseorang mendapatkan pengalaman menyenangkan atau menguntungkan, dan mendorong otak untuk mengulangi perilaku yang sama. Games online menyediakan  hadiah, level up, skin, dan ranking. Ini membuat anak terdorong untuk terus bermain, bahkan sampai tidak ingat waktu.

Jika digunakan dengan terarah, ada batasan dan aturan yang jelas, terkontrol, serta dengan didampingi oleh orang tua, games online memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Games online tertentu seperi game strategi, simulasi dan puzzle online, dapat membantu anak belajar menganalisis situasi, menyusun strategi, dan mengambil keputusan cepat. Dengan bermain games online anak juga dapat berlatih memerhatikan sesuatu secara detail dan menjaga fokus atau konsentrasi dalam waktu tertentu. Games online yang berbasis tim dapat menjadi media bagi anak untuk belajar bekerja dalam tim, berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama, serta mengatur peran dan tanggung jawab. Bermain games online juga dapat membangun rasa kebersamaan pada diri anak. Anak merasa menjadi bagian dari kelompok. Jika didampingi dengan baik terutama oleh orang tua, melalui games online anak dapat membangun persahabatan.

Games online juga dapat berdampak positif bagi perkembangan emosi anak. Dengan bermain games online anak belajar meregulasi emosi. Ketika anak menghadapi kekalahan, anak belajar mengelola frustrasi dan melatih kesabaran. Pencapaian atau prestasi yang diperoleh dalam game dapat membangun rasa mampu dalam diri anak. Ini dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri pada anak, terutama anak yang kurang percaya diri di dunia nyata.

Perkembangan dan koordinasi motorik anak, seperti: koordinasi mata dan tangan, kecepatan respon, serta ketepatan gerakan jari dan visual, dapat dilatih dengan bermain games online. Jika diajarkan oleh orang tua atau guru, anak yang terbiasa dengan teknologi digital akan memahami navigasi sistem digital dan etika dalam interaksi online. Ini merupakan bekal yang sangat penting bagi anak di era digital. Selain itu, dengan bermain games online, kreativitas dan imajinasi anak juga dapat berkembang. Anak belajar bereksperimen, mencipta, serta menyusun dunia, karakter dan cerita. Anak juga dapat belajar menetapkan target dengan cara mengikuti proses secara bertahap dalam game. Dari hal ini anak memahami bahwa usaha membawa hasil. Jika diarahkan, prinsip ini akan dipraktekkan anak di dunia nyata.

Manfaat sebagaimana dipaparkan di atas tidak terjadi secara otomatis. Harus ada batasan waktu yang jelas, pemilihan game yang sesuai dengan usia anak, pendampingan dan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, keseimbangan antara aktivitas non-digital dan aktivitas digital, serta penanaman nilai dan etika secara konsisten pada anak. Games online bukan pengganti interaksi nyata, tetapi dapat bermanfaat sebagai sarana belajar tambahan dan media untuk latihan keterampilan tertentu. Sebaliknya, jika digunakan tanpa batas dan tanpa pendampingan orang tua, games online menimbulkan risiko yang membahayakan bagi anak.

Anak akan kesulitan dalam mengelola emosi, mudah marah, mudah frustrasi, dan  agresif. Emosi anak mudah meledak saat kalah atau dilarang bermain. Toleransi anak terhadap kegagalan menjadi rendah. Hal ini terjadi karena anak terbiasa dengan hadiah instan dan kontrol semu dalam game. Selain itu, bermain games online dapat membuat perkembangan sosial anak menjadi buruk, konsentrasi menurun, prestasi akademik menurun, kecanduan, tidak mampu mengontrol diri, serta berperilaku buruk seperti berbohong dan mencuri. Hal ini berpengaruh buruk pada pembentukkan karakter anak. Games online juga dapat merusak kesehatan fisik anak.  Anak menjadi kurang tidur, kurang aktivitas fisik, postur tubuh buruk, mengalami gangguan mata, sakit kepala dan masalah kesehatan lainnya. Anak juga berisiko mengalami distorsi sistem dopamin. Karena anak terbiasa dengan kesenangan instan, baginya aktivitas normal terasa membosankan dan motivasi intrinsiknya menurun. Akibatnya, anak sulit menikmati proses belajar yang membutuhkan usaha dan waktu.

Hal buruk lainnya yang dapat muncul akibat games online adalah resiko anak terpapar konten yang tidak pantas. Misalnya: kekerasan verbal atau visual, bahasa kasar, dan pornografi.  Selain itu, anak juga berisiko beinteraksi dengan orang asing, dan itu berbahaya. Dalam banyak kasus, games online membuat anak menjadi adiksi dan mengalami gangguan kesehatan jiwa sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Juga, tidak sedikit anak yang harus berhadapan dengan hukum akibat melakukan tindak pidana ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) ketika bermain games online.

Dampak negatif games online lebih mudah terjadi pada anak yang kurang pendampingan orang tua, memiliki masalah emosi atau relasi, mengalami tekanan akademik atau keluarga, atau minim aktivitas alternatif. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak belajar mengatur diri, serta menyeimbangkan kegiatan antara dunia digital dan nyata, dan menjadi pendamping yang efektif. Orang tua harus hadir untuk melindungi anak, bukan menjadi pengawas seram yang suka  menakut-nakuti, mengancam atau mengintimidasi. (SRP)

 

Share

Related posts

Leave a Comment