MENCEGAH DAN MENGATASI BULLYING PADA ANAK

Share

Susi Rio Panjaitan

Praktisi Psikologi Anak, Dosen, Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Bullying adalah suatu istilah yang merujuk pada suatu perilaku yang tidak menyenangkan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang. Walaupun bullying bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi bullying yang sering dikeluhkan dan jadi masalah serius adalah bulliying yang terjadi pada anak-anak. Bullying bisa berdampak sangat serius pada anak, mulai dari tidak mau sekolah (jika bullying dialami di sekolah) sampai dengan depresi bahkan bunuh diri. Oleh karena bullying pada anak tidak boleh dianggap sepele. Orangtua dan guru harus segera merespon dengan benar jika mendapat laporan atau mengatahui ada anak yang dibully atau melakukan tindak bullying.

Mengingat bahwa bulliying sangat berbahaya bagi korbannya dan mendatangkan konsekuensi bagi pelakunya, maka orangtua harus mendidik anak-anaknya agar tidak menjadi pelaku bulliying dan melatih mereka cara menghadapi bullying dengan cerdik.

 

Bentuk Perilaku Bullying

Bulliying yang  terjadi pada anak-anak bentuknya bermacam-macam, antara lain:

  1. Mengejek Mengejek biasanya dilakukan secara verbal. Kerap kali ejekan berawal dari bercanda. Biasanya, kondisi fisik seorang anak dan cara si anak berbicara yang menjadi bahan bullying. Anak yang gagap/tidak lancar bicara, anak yang terlalu gendut atau terlalu kurus, anak yang berwarna kulit sangat berbeda dari teman-temannya bahkan anak yang latar belakang suku dan agamanya berbeda dari anak-anak lainnya rentan menjadi bahan bully-an teman-temannya. Sedari dini anak harus diajarkan untuk mengasihi orang lain. Kondisi seseorang yang berbeda dengan kita atau yang kita nilai kurang tidak boleh diejek. Ajar anak bahwa manusia berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itulah yang membuat manusia menjadi ciptaan Tuhan yang unik. Tanamkan pada anak bahwa mengejek teman atau orang lain sama saja dengan mengejek Tuhan karena Tuhanlah yang menciptakan mereka. Perbedaan bukan untuk dipermasalahkan tetapi harus membuat kita jadi saling menolong dan melengkapi.
  2. FisikMemukul, menendang, menjambak, menampar dan kekerasan fisik lainnya adalah bentuk bullying yang dapat menyakiti, melukai, menciderai, membuat cacat bahkan membunuh orang yang dibully. Ini sangat berbahaya apalagi jika pelaku bullying lebih dari satu orang.
  3. Mengancam “ Awas ya, kalau berani lapor sama guru, saya akan pukul kamu!”, “Kalau kamu tidak mau mengerjakan PR kami, kami akan hajar kamu!”. Itulah contoh bullying yang bersifat mengancam. Anak diancam dengan sesuatu jika tidak mengerjakan apa disuruh oleh si pembully. Ancaman biasanya akan membuat anak menjadi sangat ketakutan, tidak bisa tidur, mengurung diri, tidak berani ke sekolah dan lain-lain. Tentu kondisi ini jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan masalah psikologis yang serius pada anak.
  4. Menakut-nakuti Bullying dalam bentuk menakut-nakuti tentu dengan sengaja dilakukan agar anak yang dibully menjadi takut, Jika anak yang dibully takut, maka si pembully merasa senang, tetapi jika anak tersebut tidak takut ada kemungkinan si pembully akan berusaha lebih menakut-nakuti atau melakukan bentuk bullying yang lain.
  5. Seksual Bentuk bullying ini mirip dengan pelecehan seksual. Dilakukan dengan cara menyentuh area pribadi anak yang dibully, misalnya bokongnya, alat kelaminnya, perutnya atau payudaranya.
  6. Gerder Ada anak yang mengalami bullying karena faktor gender. Misalnya: anak laki-laki yang cara berjalannya gemulai atau cara bicaranya halus, rentan mengalami bullying.
  7. Memusuhi Salah satu bentuk bullying yang sering terjadi adalah memusuhi. Tak diajak bermain bersama, ditolak masuk dalam kelompok belajar, ditinggal pergi saat bicara, berbicara keras-keras dengan menyindir sambil memandang dengan tatapan mengejek pada anak yang dibully atau ketika si anak masuk ke kantin, tiba-tiba yang lain meninggalkan kantin. Anak dimusuhi sedemikian rupa. Biasanya ini dilakukan oleh beberapa orang anak terhadap seorang anak,
  8. Mengambil barang dengan paksa Anak yang dianggap lemah, tidak mampu melindungi dirinya dan mempertahankan barang-barang miliknya berisiko jadi korban bullying. Misalnya: Pulpennya, bukunya, uangnya bahkan sepatu atau pakaian yang sedang dipakainya diambil dengan cara merampas dan memaksa.

Dalam banyak kasus bullying yang terjadi pada anak, bentuk yang dilakukan tidak hanya satu, tetapi terdiri dari beberapa bentuk sekaligus. Mengejek dan penggunaan verbal hampir selalu ada dalam setiap peristiwa bullying. Contoh: Anak yang dipukul biasanya diejek dulu atau dipukul sambil diejek.

 

Tempat Terjadinya Bullying

Hampir tidak ada tempat yang aman bagi anak. Anak-anak bisa mengalami bullying di mana saja, di dalam rumah, di lingkungan rumah, di jalan, di sekolah, di tempat les, bahkan di tempat-tempat ibadah. Pelakunya pun bisa siapa saja, teman, orang tak dikenal, tetangga, guru, saudara bahkan orangtua kandungnya. Oleh sebab itu, anak harus diperlengkapi sedemikian rupa agar tidak ada cela untuk dibully dan dapat melindungi diri saat dibully.

 

Dampak Bullying pada Anak

Dampak bullying terhadap anak sangat tergantung dari siapa pelaku, bentuk bullying, tempat terjadinya bullying dan daya tahan anak. Pada umumnya, anak yang mengalami bullying akan ketakutan, merasa malu, stress, kesakitan (jika dilakukan dalam bentuk pukulan), cacat, depresi berat bahkan kematian. Banyak anak yang tidak mau ke sekolah karena takut dan malu akibat dibully. Dalam kasus-kasus masalah kesehatan jiwa pada anak banyak dari antara mereka yang memiliki riwayat dibully. Selain itu, dampak berat lainnya adalah anak melakukan tindak menyakiti diri sendiri dan bunuh diri serta berpotensi menjadi pelaku kejahatan kelak dewasa.

 

Mengapa Anak Membully?

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab anak membully antara lain:

  1. Pernah jadi korban bullying Anak yang mengalami bullying berpotensi menjadi pelaku bullying bahkan berpotensi menjadi pelaku tindak kejahatan yang lebih serius misalnya menjadi pembunuh atau pemerkosa. Ini dapat terjadi karena anak menyimpan amarah dan luka hati yang sangat serius. Jika tidak segera diatasi akan menimbulkan dendam. Ia bisa melakukan pembalasan kepada orang-orang yang membullynya atau bahkan kepada keluarga orang-orang tersebut. Ada banyak kasus pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan dan penculikan anak terjadi karena motif balas dendam akibat sebelumnya pelaku pernah dibully.
  2. Mencari Perhatian Ada banyak cara yang dilakukan anak untuk mendapatkan perhatian, salah satunya dengan cara membully. Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua atau yang berasal dari keluarga yang bemasalah (broken home) sering melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan karena ingin mendapat perhatian. Jika ia membully temannya di sekolah, maka ia akan dilaporkan kepada guru dan orangtuanya. Sudah pasti hal ini akan membuatnya mendapatkan perhatian.
  3. Ingin Mendapatkan Pengakuan Semua orang ingin diakui termasuk anak-anak. Sayangnya, tidak semua anak mendapat pengakuan. Banyak anak yang diberi label negatif seperti anak bodoh, anak jelek, anak nakal dan lain-lain. Label negatif tentu membuat anak tidak nyaman bahkan dapat membuatnya memberontak. Anak-anak yang membully temannya bisa jadi sedang dalam usaha mendapatkan pengakuan. Ketika ia berhasil membuat temannya menangis atau berhasil memukul temannya hingga jatuh, maka ia berpikir ia akan dianggap sebagai anak yang hebat dan kuat.
  4. Ikut-ikutan/Terpengaruh Teman Ada banyak anak melakukan bullying karena diajak bahkan dipaksa oleh teman. Awalnya anak tidak punya niat untuk membully, tetapi, karena diajak atau dipaksa maka ia ikut melakukan tindak bullying.

 

Upaya Preventif  agar Anak Tidak Menjadi Korban Bullying

  1. Latih anak agar memiliki konsep diri yang positif Anak yang memiliki konsep diri yang positif tidak akan mudah meraung-raung ketika ia diejek oleh orang lain. Konsep dirinya yang positif membuat ia dapat bersikap tenang ketika orang mengejeknya karena ia menyadari apa yang dikatakan oleh si pengejek tidak benar sama sekali sehingga tidak perlu ditanggapi.
  2. Latih anak agar memiliki kepecayaan diri yang positif Rasa percaya diri sangat terkait dengan konsep diri. Anak yang memiliki konsep diri postif akan memiliki rasa percaya diri yang baik. Dalam banyak kasus bullying, anak yang tidak memiliki rasa percaya diri yang positif sering jadi sasaran bully. Misalnya: anak yang tidak memiliki rasa percaya diri biasanya menjadi sangat grogi jika disuruh membaca puisi di depan kelas. Ia menjadi gemetaran dan keringatan. Ini bisa jadi sasaran empuk ejekan teman-teman dengan menggunakan istilah-istilah yang tidak baik. Orang akan lebih sungkan kepada orang yang memiliki kepercayaan diri yang sehat.
  3. Latih anak agar memiliki kemampuan melindungi diri sendiri Sejak kecil anak harus dilatih melindungi dirinya sendiri, misalnya dengan menghindar dan berani berkata tidak/jangan. Selain itu, anak juga perlu dilatih untuk berani melakukan upaya-upaya perlindungan diri jika sesuatu mengancam keselamatannya, misalnya lari, berteriak minta tolong, melapor kepada orang yang dipercaya atau melawan.

 

Upaya Preventif  agar Anak Tidak Menjadi Pelaku Bullying

  1. Penuhi kebutuhan psikologis anak Anak yang kurang mendapatkan perhatian/kasih sayang, sering diperlakukan dengan kasar dan anak yang sering diberi label negatif berpotensi menjadi anak yang  berulah termasuk melakukan bullying. Oleh karena itu, selain kebutuhan fisiologisnya, kebutuhan psikologis anak harus dipenuhi.
  2. Didik anak untuk mengasihi sesama Jika kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri pastilah kita tidak akan melakukan hal yang jahat pada sesama. Pun demikian halnya anak. Pendidikan karakter menjadi sangat penting. Peran orangtua sangat menentukan.
  3. Beritahu kepada anak apa konsekuensi jika melakukan bullying Segala sesuatu ada konsekuensinya, apa yang ditabur itulah yang akan dituai, demikian juga halnya bullying. Bullying adalah perilaku yang tidak baik bahkan dalam bentuk dan instensitas tertentu bullying adalah tindakan melawan hukum. Semua tindakan melawan hukum mengandung ancaman hukuman. Artinya, perilaku bullying menimbulkan resiko berhadapan dengan hukum. Jika anak memahami konsekuensi perilaku bullying, maka itu dapat menghidarkannya dari berperilaku demikian.

 

Jika Anak Menjadi  Korban Bullying

  1. Segera periksakan kondisi fisik dan psikologis anak kepada ahlinya Sangat penting untuk mengetahui kondisi fisiologis dan psikologis anak pasca mendapat perlakuan bullying agar dapat ditentukan perawatan apa yang dibutuhkan anak saat itu.
  2. Yakinkan anak bahwa ia dilindungi Bullying pasti menimbulkan ketakutan pada anak termasuk takut dibully lagi. Kita harus dapat meyakinkan anak bahwa ia ada di tempat yang nyaman, bersama dengan orang baik yang akan selalu melindunginya.
  3. Jangan biarkan anak sendiri Peristiwa bullying dapat menimbulkan traumatik pada anak, oleh karena itu anak tidak boleh dibiarkan sendirian.
  4. Ajak anak melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan baginya Kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bagi anak seperti bermain, menonton video yang lucu atau bermain tebak-tebakan dapat dilakukan untuk mengurangi atau membuang kesedihan dan ketakutan pada anak.

 

Jika Anak Menjadi Pelaku Bullying

  1. Tetap terima ia sebagai anak yang harus dilindungi Bagaimanapun anak pelaku bullying adalah anak sehingga iapun harus dilindungi agar tidak kehilangan hak-haknya sebagai anak. Selain itu, sangat mungkin terjadi bahwa anak tidak menyangka bahwa konsekuensi perilakunya sedemikian serius. Misalnya: ia tak tak menyangka pukulannya menyebabkan temannya geger otak. Hal ini dapat menimbulkan goncangan pada anak tersebut.
  2. Dampingi ia saat menghadapi konsekuensi dari perilakunya Walaupun ia bersalah dan harus menerima konsekuensi dari perilakunya, anak harus tetap didampingi.
  3. Dididik Anak pelaku bullying juga harus dididik agar ia memiliki pemahaman baru dan tidak mengulang kembali perilakunya yang tidak baik. Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai budaya dan agama yang dianutnya dapat dijadikan dasar. Harapannya adalah agar anak dapat bertumbuh menjadi individu yang memiliki karakter yang baik.

 

Jika Anak Terancam Bullying

Ada kalanya ancaman bullying tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu anak harus diajarkan apa yang harus ia lakukan saat diperhadapkan dengan ancaman tersebut.

  1. Tidak takut Sikap berani akan membuat si pelaku berpikir ulang untuk melanjutkan niat membullynya. Anak harus diajar untuk berani menghadapi siapapun yang mencoba berlaku tidak baik padanya.
  2. Tetap tenang Sikap tenang membuat anak mampu memikirkan dengan jernih apa yang harus ia katakan dan lakukan saat itu.
  3. Menghindar Tak perlu terlalu menanggapi apa yang dikatakan si pembully. Salah satu cara yang baik untuk dilakukan adalah pergi dari sana.
  4. Jangan membalas jika tidak terpaksa Jika hanya kata-kata yang diucapkan, anak tak perlu membalas. Misalnya: jika anak diejek, anak tak perlu membalas dengan mengejek apalagi memukul.
  5. Lawan Jika mereka hendak melakukan tindakan yang membahayakan anak, misalnya memukul, berupaya menelanjangi anak atau mempermainkan area pribadinya, maka anak boleh melawan sekuat tenaganya.
  6. Berteriak minta tolong Berteriak minta tolong adalah hal baik yang dapat dilakukan ketika sesuatu yang membahayakan diri terjadi.
  7. Lapor kepada orang yang dipercaya (orangtua; guru; petugas keamanan/polisi) Segera melapor kepada orangtua atau guru adalah tindakan yang harus dilakukan jika mendapat perlakuan tidak baik dari siapapun. Orangtu dan guru atau siapapun yang mendapat laporan dari anak harus segera merespon dengan benar.

==============================================================================================================

 

Share

Related posts

Leave a Comment