Susi Rio Panjaitan
Praktisi Psikologi Anak – Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus – Dosen
Saat ini semakin banyak anak yang dikeluhkan mengalami terlambat berbicara (speech delay). Biasanya kondisi ini tampak ketika anak sudah masuk sekolah dimana orangtua mendapat laporan dari guru bahwa kemampuan berbahasa anak jauh di bawah kemampuan anak lain yang seusianya. Kemampuan bicara atau berbahasa merupakan keterampilan yang sangat penting bagi perkembangan anak dalam segala aspek karena ada begitu banyak fungsi dari bicara, antara lain:
- Berbicara adalah alat berkomunikasi. Dengan berbicara orang dapat berkomunikasi. Jika anak memiliki kemampuan berbicara yang baik, itu artinya anak punya alat yang baik untuk berkomunikasi.
- Berkomunikasi adalah cara untuk berelasi, bekerja sama dan bersosialisasi. Berelasi, bekerja sama dan bersosialisasi hanya dapat dibangun jika ada komunikasi.
- Bahasa adalah alat untuk belajar. Salah satu dampak dari terlambat bicara (speech delay) adalah anak mengalami masalah dalam belajar, misalnya dalam membaca, menulis, bercerita, berhitung dan lain sebagainya. Anak tidak dapat memahami apa yang diajarkan oleh gurunya dan anak tidak dapat menjawab dengan baik apa yang ditanyakan kepadanya karena faktor tak mampu berbicara dengan baik. Hal ini tentu akan berdampak pada prestasi belajar anak.
- Kemampuan berkomunikasi memengaruhi kondisi sosio-emosional anak. Anak yang mengalami hambatan dalam berbicara biasanya akan mengalami masalah emosional. Karena anak tidak mampu mengungkapkan dengan baik secara verbal apa yang dipikirkannya, dirasakannya atau diinginkannya, maka hal ini dapat memicu emosional anak seperti marah, menangis, sedih bahkan mengamuk. Jika hal ini berlangsung lama tanpa dicarikan solusi maka anak rentan mengalami masalah emosional yang serius. Hal ini dapat berdampak pada kondisi sosio-emosional orang-orang yang berada di lingkungan terdekat anak, misalnya orangtua, saudara, teman bahkan gurunya. Tentu hal ini sangat mempengaruhi relasi anak dengan lingkungannya. Hal ini tentu akan mengganggu anak dalam bersosialisasi. Perkembangan sosio-emosianal anak pasti terhambat.
- Kemampuan berkomukasi yang baik dapat membangun rasa percaya diri yang sehat pada anak. Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu faktor pendukung terbentuknya rasa percaya diri yang sehat adalah kemampuan orang dalam berbicara atau berkomunikasi. Anak yang gagap, terpatah-patah dalam bicara atau yang tidak jelas pengucapannya dalam berbicara tentu dapat mengalami masalah dalam hal kepercayaan diri. Belum lagi jika kondisinya menjadi bahan candaan atau olok-olok oleh orang lain. Jika tidak mendapat penanganan yang baik dengan segera, keadaan ini dapat menimbulkan gangguan psikologis yang serius pada anak, misalnya frustasi, depresi dan lain-lain.
Dalam banyak kasus terlambat bicara merupakan gejala awal pada gangguan tumbuh kembang yang lebih kompleks pada anak, misalnya autis, retardasi mental, adhd (attention deficit hyperactivity disorder). Oleh sebab itu, terlambat bicara pada anak tidak boleh disepelekan.
Apa yang menjadi penyebab terjadinya terlambat bicara pada setiap anak belum tentu sama. Perbedaan penyebab tentu akan membuat tatalaksana terhadap masing-masing anak juga berbeda. Ada beberapa hal yang biasanya menyebabkan anak mengalami terlambat bicara (speech delay), yaitu:
- Gangguan pendengaran. Kemampuan berbicara diawali oleh kemampuan mendengarkan. Dengan mendengarkan anak punya sesuatu untuk ditiru dalam pengucapan. Jika seorang anak mengalami gangguan pendengaran maka anak akan mengalami gangguan bicara. Itulah sebabnya anak-anak yang menyandang tunarungu menjadi tunawicara. Tak dapat mendengar mengakibatkan tak dapat berbicara.
- Gangguan organ bicara. Untuk dapat berbicara dengan baik maka diperlukan organ bicara yang baik. Organ bicara atau organ ucap manusia adalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum, dan uvula.Jika ada di antara organ ini bermasalah maka sudah barang tentu kemampuan anak dalam berbicara jadi terganggu.
- Gangguan tumbuh kembang. Gangguan tumbuh kembang yang kompleks pada anak seperti autis, retardasi mental, adhd (attention deficit hyperactivity disorder) merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah bicara dan komunikasi pada anak.
- Terkena penyakit tertentu yang mengakibatkan gangguan syaraf. Ada banyak penyakit yang dapat menyerang anak yang berdampang pada gangguan syaraf yang dapat mengakibatkan anak mengalami gangguan bicara atau terlamabat bicara (speech delay). Oleh sebab itu. Walaupun tidak boleh panik, orangtua harus cermat dan hati-hati memantau segala aspek perkembangan anak terutama jika anak sakit.
- Kecelakaan yang mengakibatkan gangguan syaraf atau kerusakan organ bicara. Dalam banyak kasus, kecelakaan serius yang dialami anak dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf atau organ biacar anak yang berdampak pada kemampuan bicara anak.
- Kecanduan gadget. Di mana ada anak kecil di situ ada gadget. Kira-kira begitulah kondisi saat ini. Kondisi ini sebetulnya sudah menimbulkan kecemasan pada banyak orangtua. Anak usia setahun bahkan di bawah setahun sudah sangat familiar dengan gadget. Hampir semua aktifitas dilakukan dengan gadget di tangan. Ada anak mau makan jika sambil memegang gadget. Ada juga anak yang akan menangis meraung-raung jika gadgetnya diambil dan mendadak diam dan tenang jika diberi gadget. Tentu saja gadget itu tidak sekedar dipegang. Melalui gadget anak bermain beraneka games atau sekedar menonton youtube. Games dan tontonan di youtube (walaupun cuma lagu atau film anak-anak) bersifat satu arah. Anak tak berinteraksi sama sekali dengan siapapun di sana. Warna, gerakan, suara-suara dan gampang beralih dari satu games ke games lain atau dari satu video ke video yang lain jadi pemikat bagi anak-anak. Anak betah berjam-jam bermain gadget. Tidak merasa kapar, tidak merasa haus, tidak merasa ngantuk bahkan tidak merasa lelah. adalah anak kecanduan gadget. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi perkembangan berbahasa anak. Anak tidak terstimulasi untuk berbicara dengan benar sesuai dengan bahasa yang dibutuhkannya. Itulah sebabnya kecanduan gadget merupakan faktor penyebab terjadinya terlambat bicara pada anak saat ini
- Kecanduan TV/tontonan. Menonton tentu baik, apalagi jika tontonan tersebut diperuntukkan untuk anak. Akan tetapi jika sehari-hari anak banyak menghabiskan waktu di depan TV/layar apalagi dengan tidak didampingi orangtua, maka hal ini sangat membahayakan tumbuh kembang anak termasuk perkembangan berbicaranya. Banyak keluhan anak batita berbicara cepat-cepat sehingga artikulasinya tak jelas. Ternyata anak meniru gaya bicara bebek yang jadi tokoh di film yang ditontonnya.
- Tidak mendapat stimulasi yang memadai. Stimulasi adalah faktor yang sangat penting dalam perkembangan bicara anak. Anak yang sering diajak bicara cenderung lebih cepat bicara dibanding dengan anak yang jarang diajak bicara. Saat ini, karena berbagai alasan, banyak anak yang kurang bahkan hampir tak mendapat stimulasi yang memadai guna membangun perkembangan bicaranya. Dengan demikian, tidaklah heran jika anak mengalami terlambat bicara.
Tahap Perkembangan Berbahasa Anak
Sejatinya manusia berkomunikasi sejak dalam kandungan. Gerakan berupa tendangan merupakan cara janin untuk mengkomunikasikan keberadaannya. Tendangan bayi menjadi pertanda bagi kita bahwa janin di dalam kandungan berkembang dengan baik, Walau demikian, tendangan yang terlalu sedikit atau terlalu banyak bisa jadi memiliki arti tertentu.
Begitu keluar dari rahim ibu melalui proses bersalin bayi pun berkomunikasi dengan lingkungan barunya melalui tangisan. Sampai usia tertentu tangisan menjadi alat komunikasi bagi bayi untuk menyampaikan kondisinya, misalnya haus, basah karena ngompol, tidak merasa nyaman karena suhu ruangan terlalu panas atau dingin dan lain sebagainya. Selanjutnya, mulai dari usia 0 sampai dengan di atas 2,5 tahun ada 6 tahap perkembangan berbahasa anak, yakni:
- Tahap pra bicara (cooing) : usia 0 – 6 bulan. Cooing adalah suara seperti vokal sebagai respon bayi terhadap suara/sapaan orang lain. Biasanya bayi melakukan cooing sambil melihat dengan lekat bahkan tersenyum kepada orang yang menyapa/mengajaknya bicara. Misalnya: ketika ibu mengajak bayinya bicara, maka bayi akan menjawab “aaaaa” sambil menatap dan tersenyum pada ibunya.
- Tahap mengoceh (babbling) : Usia 6-8 bulan. Memasuki usia 6 bulan, anak mulai mengoceh (babbling). Mengoceh pada bayi adalah dengan mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi vokal-konsonan. Contoh: ma; pa; ba
- Tahap holofrasik : usia 9-18 bulan. Holofrastik adalah kata tunggal yang digunakan anak yang merepresentasikan sebuah kalimat. Misalnya:
- Saat lapar anak berkata “makan, itu artinya anak minta makan.
- Saat anak berkata “bola”, itu artinya anak mau bermain bola.
- Tahap 2 kata : usia 18-24 bulan. Pada tahap ini anak sudah dapat mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata, misalnya roti keju, baju mama, dan lain-lain. Tahap dua kata adalah kalimat mini dengan hubungan semantik sederhana. Anak juga sudah dapat dengan jelas mengeluarkan bunyi konsonan seperti [j], [p], [b], [d], [t], [m], dan [n].
- Tahap telegraf : usia 24-30 bulan. Telegram merujuk pada suatu kondisi dimana anak mulai meninggalkan kata-kata yang tidak ada artinya. Anak mulai menghasilkan ucapan yang lebih dari dua kata. Kalimatnya memiliki hirarki dengan tata bahasa seperti yang biasa digunakan oleh orang dewasa
- Tahap multiword selanjutnya : usia di atas 30 bulan. Di tahap ini terjadi peningkatan penguasaan kosa kata. Kosa kata yang dimiliki anak setiap hari bertambah. Selain itu, ucapan-ucapan anak sudah ditujukan untuk berkomunikasi.
Dengan memahami tahap perkembangan berbahasa pada anak, orangtua lebih mudah mengamati perkembangan bahasa pada anaknya sehingga keterlambatan bicara dapat terdeteksi sedari dini. Jika didapati ada gejala terlambat bicara pada anak maka sebaiknya orangtua bersegera membawa anak kepada ahli tumbuh kembang anak (misalnya dokter spesilis anak) untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan tatalaksana dini.
Guna menghindari terjadinya terlambat bicara (speech delay) pada anak perlukan dilakukan beberapa upaya seperti:
- Selalu memperhatikan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dalam kandungan. Ibu hamil harus secara rutin memeriksakan kandungannya kepada ahlinya guna memantau kondisi janin.Jangan sungkan bertanya kepada dokter segala hal terkait kondisi kandungan. Misalnya: menendang yang normal itu berapa kali dalam sehari, dan lain sebagainya.
- Stimulasi sejak dalam kandungan. Mengajak anak dalam kandungan berbicara dipercayai sebagai hal yang baik untuk meningkatkan kualitas ikatan emosional orangtua dan anak. Selain itu, menurut para ahli, memperdengarkan musik-musik lembut dan membacakan cerita merupakan langkah yang baik untuk perkembangan otak anak.
- Jangan biarkan sendirian. Membiarkan anak sendirian adalah hal yang sangat berbahaya bagi keselamatan maupun perkembangan anak. Anak belum memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri dan belum dapat menimbang mana yang baik dan tidak baik. Di samping itu kesendirian membuat anak tak mendapatkan stimulasi yang baik untuk perkembangan berbicaranya.
- Senantiasa mengajak bicara. Dengan mengajak anak berbicara, anak tidak hanya mendapatkan kosa kata baru tetapi juga belajar bagaimana berbicara dan berkomunikasi.