MENJADI SHADOW TEACHER BAGI ANAK PENYANDANG AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD)

Share

Oleh : Susi Rio Panjaitan

Keunikan pada setiap anak penyandang autis membuat kemampuan belajar mereka berbeda-beda. Ada yang mampu belajar dalam kelas regular (sekolah umum). Artinya, ia mampu belajar secara bersama-sama dengan anak-anak lain yang non-autis dan non-berkebutuhan khusus. Ia mampu mengikuti semua program dan regulasi dalam proses pembelajaran di kelas/sekolah. Ada yang kemampuan belajarnya di kelas khusus dengan jumlah siswa terbatas, dimana sekelas terdiri atas sekitar lima atau enam orang anak (Sekolah Luar Biasa/SLB) dan ada anak yang mampu belajar di kelas privat  dimana kurikulum disusun khusus untuk dirinya sendiri. Kurikulum/program ini sering disebut dengan istilah (Individualized Education Plan/IEP). Anak penyandang autis yang memiliki kemampuan belajar di sekolah regular/sekolah umum ada yang mampu belajar secara mandiri tetapi ada juga yang harus dibantu oleh seorang shadow teacher (guru bayangan).

Shadow teacher adalah guru yang bertugas  mendampingi anak selama tahun-tahun awal sekolahnya. Ia harus memahami berbagai ketidakmampuan belajar anak  dan tahu bagaimana mendukung anak dalam proses belajar di kelas/sekolah. Selain itu, ia juga harus memahami hambatan/gangguan/keterbatasan pada anak yang mengakibatkan anak mengalami gangguan belajar dan mampu membantu anak mengatasi segala hambatan yang ada agar anak dapat belajar dengan baik. Seorang shadow teacher tidak hanya bertugas membantu anak dalam proses pembelajaran yang bersifat akademik, tetapi ia juga bertugas membantu anak dalam bersosialisasi dengan teman-teman, guru dan warga sekolah lainnya, serta bertugas membantu anak dalam memahami regulasi di kelas/sekolah.

Mengingat bahwa tugas dan tanggungjawab shadow teacher tidak ringan, maka ada beberapa kualifikasi yang harus dimiliki seorang shadow teacher,  baik berupa kualifikasi kepribadian maupun kualifikasi pendidikan dan keterampilan.

 

Kualifikasi Kepribadian

  • Sabar – Sabar bukanlah suatu “kado” dari sorga yang dimiliki oleh seseorang tetapi merupakan hasil proses pembelajaran yang sangat panjang, bahkan seumur hidup. Di kehidupan sehari-hari, kesabaran sangat dibutuhkan dalam menghadapi siapapun dan apapun, di manapun serta kapanpun. Terkait dengan menjadi shadow teacher bagi anak penyandang autis, “sabar” menjadi suatu keharusan. Tanpa kesabaran, tidak mungkin seseorang dapat menjadi shadow teacher bagi anak penyandang autis.
  • Penyayang anak-anak – Cinta kasih kepada anak-anak menjadi modal dasar bagi seseorang agar dapat melayani anak-anak. Demikian juga halnya dengan menjadi shadow teacher. Tugas dan tanggung jawab shadow teacher tidaklah enteng. Jika seorang shadow teacher bukanlah seseorang yang sungguh-sungguh mengasihi anak-anak, maka ia akan mudah menyerah bahkan dapat melakukan kekerasan terhadap anak, misalnya mencubit, membentak atau tindak kekerasan lainnya.
  • Memiliki passion untuk menolong anak-anak – Anak penyandang autis bukanlah anak yang bodoh. Walaupun dalam beberapa hal mereka tampak berbeda dengan anak-anak lain yang seusia mereka, setiap anak penyandang autis mereka memiliki kecerdasan dan talenta masing-masing. Ada anak yang relatif mudah diajar dan potensi serta talentanya mudah ditemukan dan dikembangkan. Ada anak yang untuk mengajar, melatih dan menemukan potensinya diperlukan waktu yang relatif panjang. Walau demikian, yang pasti, setiap anak penyandang autis punya potensi. Oleh karena itu, seorang shadow teacher harus memiliki passion untuk menolong anak-anak.
  • Senang belajar – Setiap anak unik. Walaupun sama-sama didiagnosa sebagai penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD), mereka tidak sama persis satu sama lain, bahkan sekalipun mereka terlahir kembar dan keduanya terdiagnosa autis. Jadi, mereka tidak bisa diperlakukan sama rata dan tak satu pun metoda belajar atau terapi yang pasti tepat untuk semua anak. Ada saja yang membuat seorang anak penyandang autis berbeda dengan anak penyandang autis lainnya. Oleh karena itu, agar dapat membantu anak penyandang autis, seorang shadow teacher harus mau belajar, termasuk belajar dari anak tersebut.
  • Gesit/lincah – Ada anak penyandang autis yang hiperaktif. Mereka banyak bergerak dan sering tampak tak bisa diam. Oleh karena itu, shadow teacher harus dapat mengimbangi kelincahan anak. Jangan sampai, anak sudah berlari entah kemana dan shadow teacher kehilangan jejak anak. Ini tentu sangat berbahaya. Selain kelincahan fisik, shadow teacher juga harus lincah dalam berpikir. Saat sedang mendampingi anak di sekolah, sangat mungkin terjadi hal-hal di luar dugaan sehingga keputusan harus segera dibuat. Misalnya: anak tiba-tiba tertawa terbahak-bahak di kelas tanpa sebab, padahal di kelas tengah berlangsung kuiz.
  • Jujur – Setiap orangtua pasti ingin menerima kabar yang bagus tentang anak mereka, misalnya: hari ini anak di sekolah berperilaku manis, kooperatif, mau mengerjakan semua tugas, mau bermain dengan teman-temannya dan lain-lain. Akan tetapi, ada kalanya anak tidak demikian. Ada kalanya anak berperilaku berbeda dari yang diharapkan. Shadow teacher harus jujur dalam memberikan laporan kepada orangtua. Jangan karena ingin menyenangkan hati orangtua, shadow teacher memberikan laporan yang tidak benar.
  • Mampu bekerja sama dalam tim – Dalam menjalankan tugasnya, shadow teacher harus mampu bekerja sama dalam tim, baik dengan guru-guru di sekolah maupun dengan orangtua anak. Bahkan, jika shadow teacher bukanlah guru yang berada di bawah tanggung jawab sekolah melainkan berkoordinasi dan bertanggung jawab langsung dengan orangtua, ia harus mampu bekerja sama dengan terapis, pengasuh, supir ataupun guru les anak tersebut.
  • Komunikatif – Mampu berkomunikasi dengan baik dengan semua pihak yang terkait dengan anak adalah kualifikasi lain yang harus dimiliki shadow teacher. Ia berperan sebagai “jembatan” yang menghubungkan antara anak dengan guru dan sekolah dengan orangtua. Ia juga harus mampu memilih waktu dan cara yang tepat untuk menyampaikan suatu informasi tentang anak kepada pihak terkait.
  • Mau ditegur dan dikoreksi – Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bebas dari kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu, demi kebaikan diri sendiri setiap kita harus rela ditegur dan dikoreksi. Demikian juga halnya dengan shadow teacher. Mendampingi seorang anak penyandang autis belajar di kelas regular bukanlah hal yang mudah. Misalnya: tanpa diduga anak mencubit temannya hingga temannya menangis kesakitan. Bisa saja hal ini dianggap sebagai kelalaian shadow teacher yang tidak peka terhadap suasana hati anak. Karena hal itu, shadow teacher mendapat teguran dari guru dan orangtua. Shadow teacher yang baik akan menerima teguran dan koreksian demi kebaikan dirinya sendiri dan anak dampingannya.
  • Rajin, kreatif dan disiplin – Pekerjaan apapun memerlukan ketiga hal ini. Shadow teacher yang rajin, kreatif dan disiplin akan memberikan pengaruh positif bagi perkembangan anak yang didampinginya.

 

Kualifikasi Pendidikan & Keterampilan:

  • Memiliki latar belakang pengetahuan yang memadai tentang psikologi anak & psikologi anak berkebutuhan khusus – Untuk dapat memahami dan membantu anak penyandang autis dalam proses belajar di sekolah, shadow teacher harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi perkembangan anak dan psikologi anak berkebutuhan khusus. Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan cara belajar di lembaga pendidikan formal atau belajar dengan cara membaca buku dan jurnal. Saat ini, dengan internet, setiap orang dapat dengan mudah memperoleh pengetahuan apa pun, yang penting tidak malas.
  • Memiliki keterampilan/kemampuan membantu anak penyandang autis dalam belajar – Selain dengan belajar secara formal, keterampilan dan kemampuan ini dapat diperoleh melalui kursus dan pelatihan.

 

Persiapan Sebelum Mendampingi Anak Penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD)

  • Persiapkan hati – Segala sesuatu tergantung hati. Sebelum memberikan layanan pendampingan (shadow teacher) kepada anak, pastikan hati kita dalam keadaan benar-benar tenang. Jika suasana hati kita tidak sedang stabil, misalnya sedang “galau”, maka hal ini akan berdampak negatif bagi anak.
  • Persiapkan fisik – Kelincahan seorang shadow teacher sangat dibutuhkan. Pastikan diri tidak sedang lapar, haus dan sakit!
  • Persiapkan semua kelengkapan belajar yang dibutuhkan – Dalam banyak kasus, anak sering tidak membawa perlengkapan belajarnya dengan lengkap. Oleh karena itu, ada baiknya shadow teacher juga selalu punya alat belajar yang lengkap sebagai cadangan. Bukan untuk membuat hal demikian menjadi sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan, tetapi semata-mata agar proses belajar tidak terganggu dan anak tetap dapat belajar dengan baik.
  • Kenakan pakaian dan sepatu yang dapat mendukung kegiatan pendampingan dengan baik – Pakaian dan sepatu yang pantas dan nyaman akan mendatangkan kebaikan bagi anak dan shadow teacher
  • Tidak menggunakan riasan, minyak wangi dan asesoris yang dapat mengganggu konsentrasi anak – Berdandan adalah sangat baik agar rapi dan elok. Akan tetapi, riasan, minyak wangi dan asesoris yang digunakan shadow teacher jangan sampai mengganggu anak dampingan maupun anak-anak lain di kelas tersebut. Banyak anak yang memiliki penciuman yang sensitif sehingga mereka dapat menjadi tidak nyaman dengan aroma tertentu.

 

Teknik Men-Shadow Anak dalam Proses Belajar di Sekolah

  • Lakukan berbagai persiapan – Persiapan adalah salah satu bukti bahwa seseorang sungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Selain itu, secara psikologis, persiapan akan membuat orang lebih tenang dan yakin dalam menghadapi pekerjaannya. Persiapan membuat orang lebih siap menghadapi berbagai kemungkinanan yang akan terjadi.
  • Kenali “kekhususan” anak – Setiap anak unik, demikian juga halnya dengan anak penyandang autis. Kenali anak dengan baik! Pahami apa yang menjadi kesenangannya, apa yang dapat membuatnya tidak nyaman, apa potensinya dan lain sebagainya! Dengan demikian, bantuan yang diberikan akan lebih tepat.
  • Libatkan anak dalam semua aktifitas kelas – Melibatkan anak dalam semua aktifitas belajar merupakan bagian dari proses belajar. Anak harus dibantu dan didorong untuk terlibat aktif, misalnya saat belajar kelompok, saat sesi tanya jawab atau diskusi dan lain-lain.
  • Siapkan ekstra tugas – Ada kalanya anak lebih dahulu selesai mengerjakan tugas yang diberikan guru dari pada anak-anak lainnya. Menganggur akan membuat anak tidak nyaman dan dapat mengganggu anak-anak yang lain. Oleh karena itu, shadow teacher harus menyiapkan tugas/kegiatan ekstra untuk anak. Misalnya: menyiapkan kertas dan spidol untuk menggambar.
  • Tuntunlah/bantulah dengan suara yang pelan (cukup hanya anak yang dapat mendengar) – Agar tidak mengganggu anak-anak lainnya dan membuat gaduh kelas, dalam membantu/menuntun anak, shadow teacher harus memperhatikan suaranya, baik intonasi maupun volumenya. Intonasi yang keras akan menarik perhatian anak lain karena terkesan membentak atau memarahi. Volume yang terlalu tinggi bisa mengganggu anak lain dan/atau menimbulkan kesan galak dan marah.
  • Dorong anak dan bantu anak untuk mengikuti semua proses belajar – Walaupun tidak semua pelajaran menyenangkan bagi anak, anak harus didorong dan dibantu untuk mengikuti semua pelajaran. Misalnya: Anak tidak suka pelajaran bahasa Mandarin. Padahal, dua kali dalam seminggu ada pelajaran bahasa Mandarin. Sekalipun anak tidak suka, bukan berarti ketidaksukaan itu dibiarkan dan dipelihara. Dengan cara yang persuasif, doronglah anak untuk mau mengikuti pelajaran tersebut!
  • Awalnya, shadow teacher duduk dekat anak. Perlahan tapi pasti, shadow teacher harus menjauh dari anak sampai akhirnya akan dapat belajar mandiri tanpa shadow teacher.
  • Jika anak tantrum, menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas, langsung bawa anak keluar kelas untuk ditenangkan! Jika anak sudah tenang, segera bawa masuk ke kelas dan melanjutkan aktifitas belajar!
  • Libatkan dan bantu anak dalam tugas kelompok atau saat bermain bersama. Anak penyadang autis memiliki hambatan dalam bersosialisasi. Inisiatifnya untuk menggabungkan diri pada seorang anak atau sekelompok anak sangat rendah bahkan nyaris tidak ada. Oleh karena itu, shadow teacher harus membantu dan mendorong anak agar mau bermain bersama teman-temannya dan mau aktif berpartisipasi ketika ada tugas kelompok.
  • Bantu/dorong anak untuk mandiri & bertanggung jawab terhadap semua tugas dan barang-barangnya.
  • Bantu anak untuk mengerjakan sendiri semua tugasnya.
  • Tidak membuat target yang “tidak masuk akal”. Tidak masuk akal maksudnya adalah mengharapkan anak mendapat nilai yang kita tahu persis sulit untuk diraihnya. Misalnya: anak harus selalu harus mendapatkan nilai yang bagus untuk semua pelajaran.
  • Jangan pelit dalam memberi pujian kepada anak. Pujian akan membuat anak merasa senang dan itu dapat mendorongnya untuk melakukan kembali hal yang sama. Misalnya: ia mampu merapikan alat makannya setelah selesai makan. Lalu, shadow teacher memberikan pujian. Pujian itu bikin anak senang. Ada kemungkinan, di lain waktu, ia akan merapikan kembali alat makannya.
  • Jika anak melakukan hal-hal yang tidak pas, misalnya terus berlari keliling kelas, anak boleh ditegur dan dikoreksi, tetapi jangan memarahi anak, apalagi memarahinya di depan anak-anak yang lain.
  • Gunakan bahasa yang singkat, padat, jelas dengan volume suara yang pas serta intonasi suara yang tepat. Tidak perlu “lebay”, misalnya nada suara dibuat-buat! Hal ini akan terdengar aneh bagi anak lain dan bisa jadi mereka jadi bertanya-tanya atau bahkan mengolok-olok.
  • Dorong anak untuk mematuhi semua regulasi kelas/sekolah. Misalnya: makan hanya boleh saat jam istirahat, tidak boleh menyontek saat kuiz dan lain-lain.
  • Mengkomunikasikan kondisi anak kepada wali kelas, guru bidang studi dan orangtua anak.
  • Membuat buku komunikasi – Buku komunikasi merupakan buku yang berisi komuniaksi antara shadow teacher dan orangtua. Dalam buku itu shadow teacher menulis segala hal yang terjadi di kelas/sekolah sepanjang hari itu, tentunya yang ada hubungannya dengan anak.
  • Tidak meremehkan Meskipun menyandang autis, anak adalah ciptaan Tuhan yang sempurna karena diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Sempurna. Ia pasti punya berbagai potensi. Oleh karena itu, jangan sekali-kali meremehkan anak!
  • Pahami dengan baik apa yang diajarkan oleh guru utama! Setelah itu, terjemahkan/jelaskan kepada anak apa yang dimaksud oleh guru utama!

 

Walaupun menjadi shadow teacher sangat sulit, bukan bearti tidak bisa dilakukan. Asal kita punya hati untuk menolong anak-anak penyandang autis dan mau belajar untuk itu, maka kita pasti dapat menjadi shadow teacher yang baik bagi mereka. (SRP)

 

Share

Related posts

Leave a Comment