MEMPERSIAPKAN ANAK MEMASUKI MASA REMAJA

Share

Oleh : Susi Rio Panjaitan

Masa remaja adalah masa yang sangat indah. Demikianlah pernyataan dan pengalaman banyak orang. Hal ini dapat dipahami karena pada saat remaja, pertumbuhan dan perkembangan individu berada pada kondisi yang baik. Tubuhnya bertumbuh dan berkembang sedemikian rupa sehingga ia memiliki kekuatan yang bagus. Pada aspek kognitif, individu dalam fase ini memiliki kemampuan berpikir yang sangat baik. Ia juga sudah dapat memahami nilai-nilai dan peraturan yang berlaku untuk dirinya atau kelompoknya dan yang berlaku universal karena ia sudah mengalami perkembangan yang baik dalam aspek moral. Selain itu, kemampuannya dalam berkomunikasi, mengekspresikan emosi dan berelasi juga sudah sangat bagus. Pada masa ini, individu mampu bersosialisasi dengan baik dan memiliki banyak kawan. Libodonya yang telah berfungsi membuatnya memiliki ketertarikan seksual dengan seseorang. Di masa remaja inilah banyak orang mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya.  Pengalaman jatuh cinta pada seseorang dapat membuatnya merasa dunia ini sangat indah.

Masa remaja juga sering disebut sebagai masa transisi karena masa ini merupakan  jembatan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Walaupun secara fisik-motorik mereka bertumbuh dan berkembang dengan sangat baik sehingga memiliki kekuatan tubuh yang sempurna serta memiliki kemampuan berpikir dan berkomunikasi yang sangat bagus, tetapi  secara emosional mereka dianggap belum stabil. Mereka sangat ekspresif sehingga sering terkesan emosional. Tak heran jika di masa ini banyak dari antara mereka yang terlibat dengan napza, perkelahian antar kelompok, pornografi, seks bebas, adiksi dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat berbahaya karena merugikan masa depan mereka. Banyak orangtua yang mengaku kewalahan menghadapi anak mereka yang sedang dalam masa remaja sehingga tidak jarang terjadi selisih paham bahkan pertikaian yang sengit antara orangtua dan anak. Bukan hanya itu,  negara pun dibuat kewalahan oleh remaja. Banyak remaja yang harus berhadapan dengan hukum karena melakukan hal-hal yang melanggar hukum, seperti berkelahi, membunuh, mencuri, memperkosa, menjadi pengedar narkoba, teroris dan lain-lain. Karena kepolosan kanak-kanak masih tersisa pada mereka, banyak remaja yang menjadi korban.  Korban penipuan, penculikan, perdagangan orang hingga menjadi korban kejahatan seksual.

Jika pada masa remaja seseorang melakukan atau mengalami hal-hal yang buruk , maka masa remaja bisa menjadi masa yang berbahaya, menakutkan serta penuh dengan permasalahan yang dapat berdampak buruk bagi perkembangan dan masa depan remaja tersebut. Oleh karena itu, agar masa remaja menjadi masa yang menyenangkan, indah dan menjadi masa membangun masa depan yang cerah, maka sejak kanak-kanak individu harus dipersiapkan sedemikian rupa. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guna mempersiapkan anak memasuki masa remaja, antara lain:

  1. Memenuhi Kebutuhan Anak akan Kasih Sayang, Penghargaan & Penerimaan – Selain kebutuhan fisiologis, anak memiliki kebutuhan psikologis agar ia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam segala aspek. Kasih sayang, penghargaan dan penerimaan adalah beberapa dari kebutuhan psikologis anak. Dunia penuh dengan hal yang tak terduga dan mungkin tak diinginkan. Ketika anak memasuki masa remaja, dimana ia mulai banyak berinteraksi dengan oranglain selain anggota keluarganya, ia bisa saja mengalami hal-hal yang tidak menyenangkannya, misalnya dicurangi, disepelekan, tak dihargai dan lain sebagainya. Jika anak sudah dipenuhi dengan kasih sayang, penerimaan dan penghargaan oleh orangtua dan keluarganya, maka biasanya ia akan lebih tegar dalam menghadapi tantangan hidup seperti ini. Kalaupun ada orang yang tidak menghargainya, itu tidak akan membuatnya frustasi karena ia sudah “kenyang” dari rumah.

 

  1. Menjadikan Rumah sebagai Tempat yang Paling Aman dan Nyaman bagi Anak – Rumah harus bisa menjadi tempat yang paling aman dan nyaman bagi anak. Dengan demikian, ia tidak akan betah berlama-lama berada di luar rumah. Masa remaja adalah masa dimana individu lebih suka bersama dengan teman-temannya. Jika rumah adalah tempat yang paling aman dan nyaman bagi anak, maka seasyik apapun ia dengan teman-temannya, ia akan kembali ke rumah.

 

  1. Melatih dan Membiasakan Anak untuk Terbuka kepada Orangtua – Masa remaja adalah masa yang penuh tantangan, baik dari diri sendiri, teman-teman sebaya maupun lingkungan. Banyak remaja mengalami masalah serius tetapi orangtuanya tidak tahu. Anak menghadapi masalahnya seorang diri. Akhirnya, karena tidak sanggup menghadapi masalah, anak terlibat dengan kegiatan-kegiatan negatif dan melanggar hukum, seperti mengkonsumsi napza. Bahkan, banyak juga remaja yang melakukan tindakan bunuh diri. Kondisi ini terjadi karena anak tidak terbuka kepada orangtuanya. Keterbukaan antara orangtua dan anak hanya bisa terjalin jika ada komunikasi yang asertif serta harus dibangun sejak anak masih kecil. Jika anak terbiasa terbuka kepada orangtuanya, maka sangat besar kemungkinan ia akan menceritakan kepada orangtuanya apa yang terjadi, termasuk persoalan-persoalan yang sedang ia hadapi.

 

  1. Melatih Anak untuk Berani Berkata “Tidak” (Menolak) – Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya terhadap anak sangat besar. Ada kecenderungan, seorang remaja lebih taat kepada kelompoknya dari pada kepada orangtuanya. Sayangnya, pengaruh teman sebaya tidak selalu positif. Banyak remaja yang jatuh pada perilaku negatif karena tidak mampu berkata “tidak” (menolak) terhadap ajakan temannya. Oleh karena itu, dari kecil anak sudah dilatih berani berkata “tidak” untuk apapun yang tidak baik.

 

  1. Melatih Anak untuk Berani Penyampaikan Pendapat – Semua orang, termasuk remaja ingin pendapatnya didengarkan. Pendapat kita diterima atau ditolak adalah soal lain, tetapi jika orang mau memberi kesempatan kepada kita untuk menyampaikan pendapat, itu artinya kita dihargai. Penghargaan yang diterima dari orang lain dapat meningkatkan status kesehatan mental seseorang. Sayang sekali, tidak semua remaja mampu dan mau mengungkapkan pendapatnya. Semua yang ia rasakan dan pikirkan ditanggungnya sendiri. Ketidakberanian ini bisa jadi karena sejak kecil ia tidak diberi kesempatan dan tidak dibiasakan untuk bersuara menyampaikan pendapat. Remaja yang tidak berani menyampaikan pendapat akan tampak tidak punya ide, tidak tahu apa-apa hingga akhirnya tidak diperhitungkan oleh kelompoknya. Hal ini tentu tidak baik untuk eksistensinya dan kesehatan mentalnya. Oleh karena itu, agar kelak remaja seorang anak berani menyampaikan pendapat, maka sedari kecil ia harus dilatih untuk itu.

 

  1. Membantu Anak Memiliki Gambar Diri yang Positif – Orang yang tidak memiliki gambar diri yang positif tidak akan dapat menerima dirinya sendiri. Ia tidak akan pernah merasa puas dan bahagia dengan dirinya. Merasa kurang cantik, kurang kaya, kurang ganteng, kurang pintar, kurang putih, kurang tinggi dan lain sebagainya membuat banyak remaja menjadi tidak percaya diri. Jika seorang remaja tidak percaya diri, tentu ia tidak dapat bergaul dengan baik. Selain itu, ketidakpercayaan diri akan menjadi penghambat baginya untuk berkarya dan berprestasi. Agar seorang anak saat remaja tidak memiliki masalah terkait gambar diri, penerimaan diri dan kepercayaan diri yang positif, maka sejak kecil ia harus dibantu untuk melihat, menilai dan menerima dirinya dengan positif.

 

  1. Melatih Anak Menerima Penolakan – Siapa pun kita, sangat besar mengalami penolakan. Ada yang ditoak saat melamar kerja, ada yang tak di terima di sekolah impiannya, ada yang idenya ditolak, ada juga yang cintanya ditolak oleh orang yang diimpikannya dan lain sebagainya. Yang namanya penolakan memang tidak mendatangkan sukacita. Walaupun demikian, setiap orang harus dapat menerima penolakan. Bahkan, dapat menjadikan penolakan itu sebagai pembelajaran yang sangat berharga. Ada banyak remaja yang tidak mampu menerima penolakan. Penolakan membuatnya menjadi sedemikian emosional sehingga melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya baginya maupun orang lain bahkan melawan hukum. Banyak juga kasus di mana remaja melakukan tindak bunuh diri karena tidak kuat menerima penolakan. Oleh karena itu, sejak kecil anak harus dilatih mampu menerima kata tidak atau menerima penolakan. Kelak remaja ia tetap stabil saat menerima penolakan bahkan mendapat pembelajaran yang berharga dan berguna bagi hidupnya.

 

  1. Memastikan Status Kesehatan Mental Anak Senantiasa Baik – Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Status kesehatan mental yang baik membuat remaja dapat menikmati dan mengisi masa remajanya dengan baik. Oleh karena itu, status kesehatan mental anak harus diperhatikan. Pastikan status kesehatan mental anak senantiasa dalam keadaan baik! Jika terdapat gangguan kesehatan mental pada anak, segeralah mencari pertolongan kepada ahli!

 

  1. Melatih Anak Menerima Keberagaman dan Keberbedaan – Setiap orang unik dan istimewa. Jadi, kita harus dapat menerima orang lain dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Jika orang tak mau menerima keberagaman dan keberbedaan, maka akan muncul konflik. Konflik tentu saja akan merugikan semua pihak yang berkonflik. Menerima keberagaman dan keberbedaan tidak selalu mudah. Agar dapat menerima orang yang berbeda dari kita, kita harus berpikir positif dan melatih diri untuk melihat potensi yang ada pada orang tersebut. Remaja yang tidak mampu menerima keberagaman dan keberbedaan akan merasa tidak sejahtera. Ia akan menilai orang yang berbeda dengannya lebih rendah darinya. Hal ini tentu tidak baik dan berpotensi menjadi masalah yang sangat serius. Oleh karena itu, sejak kecil anak harus dilatih untuk menerima keberagaman dan keberbedaan serta melihat hal itu sebagai potensi yang baik.

 

  1. Melatih Anak Membuat Prioritas – Saat ini, banyak remaja dikeluhkan oleh pihak sekolah dan orangtua karena tidak mampu membuat prioritas. Ketidakmampuan ini membuat tugas-tugas mereka tidak dikerjakan dengan baik. Waktu belajar digunakan untuk bermain games dan kumpul dengan teman-temannya. Alhasil, prestasi akademiknya tidak memuaskan bahkan turun dari waktu ke waktu. Padahal ia adalah anak yang cerdas. Kemampuan membuat prioritas harus diajarkan sejak kecil sehingga anak menjadi terlatih. Ia menjadi tahu mana yang harus didahulukan dan mana yang dikemudiankan.

 

  1. Melatih Anak Terampil Berkomunikasi dan Bersosialisasi – Seringkali yang menjadi penyebab terjadinya konflik adalah ketidakterampilan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Remaja yang tidak terampil dalam berkomunikasi dan bersosialisasi akan mengalami masalah dengan orang lain termasuk dengan teman-teman sebayanya. Cara berkomunikasi yang tidak tepat dapat menyulut amarah orang lain. Bahkan, tidak jarang terjadi perkelahian fisik yang mengakibatkan luka bahkan kematian. Oleh karena itu, agar dapat menjalani masa remaja yang dengan baik, sejak kecil anak sudah dilatih agar terampil dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

 

  1. Melatih Anak Bijak dalam Mengelola Uang – Uang sangat disukai oleh semua orang termasuk remaja. Remaja punya banyak kebutuhan dan keinginan. Semua itu membutuhkan uang. Jika tidak bijak menyingkapi mana yang keinginan dan mana yang kebutuhan serta tak mampu mengelola uang, orang bisa mengalami masalah. Banyak remaja yang terlibat dalam pencurian dan tindak kriminal lainnya karena masalah uang. Padahal, sebenarnya, yang menjadi masalah bukan karena tidak ada uang, tetapi tidak mampu mengelola uang. Oleh karena itu, dari kecil anak sudah dilatih mengelola uang. Misalnya: tidak semua uang jajan harus dihabiskan, tetapi sebaiknya ditabung, atau, jika menginginkan sesuatu, misalnya mainan, sebaiknya menabung dulu.

 

  1. Melatih Anak Bertanggung Jawab – Segala sesuatu membutuhkan tanggung jawab dan harus dipertanggung jawabkan. Orang yang bertanggung jawab disukai oleh semua orang. Kemampuan bertanggung jawab dimulai dari hal yang paling dekat, yaitu diri sendiri. Remaja yang tidak bertanggung jawab pasti akan mengalami masalah dan kerugian dalam hidupnya. Misalnya: karena tidak bertanggung jawab dengan pendidikannya, ia drop out dari sekolah. Karena tidak bertanggung jawab atas tubuhnya sendiri, ia mengkonsumsi narkoba. Selain itu, semua orang termasuk remaja juga harus dapat bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya. Misalnya: Jika meminjam sepeda orang dan membuat sepeda itu menjadi kotor, maka sebelum ia mengembalikan sepeda itu kepada pemiliknya, terlebih dahulu ia harus membersihkan  sepeda tersebut. Tanggung jawab juga harus dilatihkan kepada anak sejak dini. Misalnya: Ia bertanggung jawab membersihkan kamarnya sendiri, atau, ia beranggung jawab mencuci peralatan makan yang dipakainya. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajar anak bertanggung jawab.

 

  1. Melatih Anak untuk Berpikir Positif, Kritis dan Solutif – Banyak permasalahan yang dialami oleh remaja karena cara berpikir. Misalnya: terlibat demontrasi tanpa tahu apa yang didemo dan apa tujuan ikut berdemontrasi. Alhasil, mereka menjadi korban dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Jika sesuatu tidak ditelaah dengan pikiran yang jernih, orang cenderung menjadi reaktif. Remaja juga dikenal kritis, tetapi kekritisan yang benar harus dibarengi dengan solusi. Jika kritis tanpa solusi maka yang timbul hanya keributan. Oleh karena itu, remaja harus mampu berpikir postitif, kritis dan solutif sehingga ia dapat memberikan kontribusi yang postif bagi keluarga, lingkungan dan negaranya. Agar remaja memiliki kemampuan berpikir seperti ini, maka sejak kecil ia harus dilatih. Misalnya: Anak dilatih untuk berpikir mengapa terjadi banjir, apa akibat banjir dan apa yang dapat dilakukan agar tidak terjadi banjir.

 

  1. Memberikan Literasi Digital – Di era digital segala sesuatu sangat tergantung dengan digital. Akan tetapi, penggunaan digital yang tidak benar akan menimbulkan banyak masalah. Penculikan, perdagangan orang, perseteruan, penyebaran berita bohong hingga berujung pada masalah hukum banyak dialami oleh remaja. Oleh karena itu, literasi digital menjadi sangat perlu. Literasi digital harus diberikan kepada anak sejak dini, bahkan sebelum mereka menjadi pengguna aktif digital. Misalnya : Apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

 

  1. Menanamkan Nilai-nilai Keluarga – Setiap keluarga pasti memilki nilai-nilai yang harus dipegang teguh oleh setiap anggota keluarga. Biasanya, nilai-nilai itu berasal dari nilai-nilai budaya atau nilia-nilai agama yang mereka anut. Banyak remaja berkonflik dengan orangtua dan keluarganya karena ia dianggap mengabaikan nilai-nilai tersebut. Ia dinilai sebagai anak yang suka memberontak dan tidak taat kepada orangtua.  Oleh karena itu, nilai-nilai keluarga harus ditanamkan kepada anak sejak kecil. Cara paling efektif untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak adalah melalui keteladanan.

 

  1. Melatih Anak Mengelola Emosi – Remaja dikenal sangat ekspresif bahkan emosional. Mereka dianggap mudah marah, mudah tersinggung, mudah tersulut, mudah dipengaruhi dan lain sebagainya. Perkembangan hormon dinilai sebagai salah satu penyebab dari kondisi ini. Perkelahian antar kelompok atau terlibat dalam aksi kekerasan adalah kejadian-kejadian yang kerap dialami remaja. Remaja harus mampu mengelola emosinya. Ia tidak boleh mengumbar emosi yang berlebihan karena pasti merugikan dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, sejak kecil anak harus dilatih mengelola emosi dengan baik. Latihlah anak untuk berpikir baik-baik dengan jernih sebelum berbicara atau bertindak.
  2. Memberikan Pendidikan Seks – Masa remaja adalah masa di mana hormon seksual remaja berkembang sehingga libido menjadi aktif. Banyak remaja terlibat dalam perilaku seksual yang tidak sehat, menjadi pelaku maupun menjadi korban kejahatan seksual. Itulah sebabnya memperlengkapi remaja dengan pendidikan seks yang baik dan benar adalah suatu keharusan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  Masa remaja yang indah bukan sesuatu yang mustahil. Masa remaja yang dilalui dengan baik membuat orang dapat tersenyum manis menatap masa dewasa. Tidak hanya itu, masa remaja yang berkualitas merupakan jembatan bagi masa depan yang indah. Oleh karena itu, mari mempersiapkan anak-anak memasuki masa remaja. (SRP)
Share

Related posts

Leave a Comment