MERAWAT KESEHATAN MENTAL ANAK

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik anak. Status kesehatan mental anak akan memengaruhi caranya berpikir, merasakan, dan cara ia bertindak. Anak yang mengalami gangguan kesehatan mental akan mengalami masalah di rumah, di sekolah, dan dalam menjalin pertemanan. Gangguan kesehatan mental juga dapat mengganggu perkembangan kesehatan anak dan  menyebabkan masalah yang lebih serius hingga dewasa. Kesehatan mental yang buruk dapat membuat anak melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri, bahkan dapat membuat anak melakukan tindak bunuh diri. Sebaliknya, jika anak memiliki kesehatan mental yang baik, maka ia akan mampu mengelola emosi dengan baik; mampu mencintai dan menerima diri sendiri; mampu menerima keberbedaan dan keberagaman; dan mampu mengelola tekanan. Oleh karena itu, merawat kesehatan mental anak menjadi sesuatu yang wajib dilakukan.

Para praktisi kesehatan mental profesional menggunakan Manual Diagnostik dan Statistik Asosiasi Psikiatri Amerika, Edisi Kelima (DSM-5) sebagai pedoman untuk melakukan diagnosa terhadap gangguan kesehatan mental pada anak. Walaupun orangtua anak bukan seorang praktisi kesehatan mental profesional, orangtua dapat mempelajari tanda-tanda masalah kesehatan mental pada anak. Selain itu orangtua juga dapat mencari tahu ke mana harus mencari bantuan jika terdapat gangguan kesehatan mental pada anak.

Anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki kerentanan terhadap gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, orangtua dan caregivers harus peka terhadap tanda-tanda gangguan kesehatan mental yang terjadi pada anak. Perubahan emosi atau perubahan perilaku pada anak tidak boleh dianggap sepele. Pada anak yang memasuki masa pubertas, perubahan perilaku dan emosi hampir selalu terjadi. Akan tetapi, perubahan perilaku dan emosi pada anak yang sedang memasuki masa pubertas berbeda dengan perubahan perilaku dan emosi pada anak yang sedang mengalami gangguan kesehatan mental. Memang, dalam banyak kasus, gangguan kesehatan mental pada anak yang menyebabkan anak memerlukan layanan kesehatan mental terjadi ketika anak memasuki masa pubertas.

Tanda gangguan kesehatan mental pada anak tidak selalu sama antara anak yang satu dengan yang lain. Akan tetapi, pada umumnya, ada beberapa hal yang biasanya merupakan tanda bahwa anak mengalami gangguan kesehatan mental. Misalnya: mengalami ketakutan, selalu tampak kelelahan; mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan; merasa tertekan; biasanya ceria tetapi sekarang mendadak murung dan pendiam; biasanya senang berkumpul dengan teman atau keluarga tetapi sekarang mendadak suka mengurung diri di kamar dan menyendiri; wajah tampak murung atau sedih; malas mandi; makan menjadi terlalu banyak atau terlalu sedikit; terlalu risau atau merasa tidak nyaman dengan wajah, bentuk tubuh, warna kulit atau berat badan diri sendiri; merasa terganggu dengan suara yang dianggap berisik padahal menurut orang lain keberisikan tersebut masih dapat ditoleransi; merasa melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh orang lain; merasa mendengar sesuatu yang tidak didengar oleh orang lain; mudah tersinggung atau marah; mudah merasa sedih dan menangis; merasa ada orang yang mengikuti; mengabaikan tugas-tugas sekolah atau tugas-tugas rumah; melakukan tindakan-tindakan yang tidak masuk akal orang lain; memberikan standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri; terlalu memaksakan kehendak kepada orang lain; berkata bosan hidup; bertanya soal kematian atau berkata ingin bunuh diri. Jika anak menunjukkan perilaku seperti ini, itu artinya anak membutuhkan pertolongan dari layanan kesehatan mental profesional.

Semua anak berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Akan tetapi, ada faktor-faktor tertentu yang membuat anak lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental, yakni: riwayat gangguan kesehatan mental dalam keluarga; trauma (misalnya: pernah mengalami kekerasan, baik fisik, mental ataupun seksual), sering mengalami perundungan (bullying) dan adiksi.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guna merawat kesehatan mental anak, antara lain: mencintai dan menerima anak sebagai pribadi yang unik dan istimewa; menjadikan rumah sebagai tempat yang teraman dan nyaman; membantu anak mencintai dan menerima dirinya sendiri; membantu anak mengelola emosi; membantu anak membangun hubungan yang sehat dengan orang lain; orangtua  menjadi sahabat terbaik bagi anak; memberikan waktu bermain yang cukup untuk anak; peka terhadap perasaan dan perubahan perilaku pada anak; tidak membebani anak dengan apa yang tidak dapat dipikulnya; menerapkan pola hidup sehat; menciptakan family time yang berkualitas; dan mencari bantuan profesional bila diperlukan.

Mencintai dan Menerima Anak sebagai Pribadi yang Unik dan Istimewa

Setiap anak unik dan istimewa. Oleh karena itu, seorang anak tidak boleh dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Membanding-bandingkan seorang anak dengan anak yang lain hanya akan membuat anak merasa rendah dan sedih. Kondisi ini dapat menjadi penyebab gangguan kesehatan mental pada anak. Langkah yang bijaksana adalah mencintai dan menerimanya sebagai pribadi yang unik dan istimewa. Ia tidak dapat dibanding-bandingkan dengan anak lain dan tidak ada seorang pun yang dapat menggantikannya. Mengakui kelebihan/potensi anak akan membuat anak merasa diterima dan memiliki harga diri yang positif.

Anak harus tahu dan benar-benar dapat merasakan bahwa orangtuanya mengasihinya. Jangan memberikan label negatif atau stigma kepada anak walaupun itu bermaksud bergurau! Sebutan anak jelek, bodoh atau nakal bukanlah label yang disukai oleh anak. Memuji anak untuk hal-hal positif yang ia lakukan (walaupun sangat kecil) baik untuk dilakukan agar anak merasa bahwa ia dihargai dan diakui.

Cinta dan penerimaan itu harus dapat ditunjukkan oleh orangtua kepada anak-anaknya melalui komunikasi sehari-hari, baik melalui komunikasi verbal, maupun komunikasi non-verbal (pelukan, belaian, ciuman, kontak mata). Pendekatan yang positif, konstruktif dan konsisten harus dilakukan dalam membimbing anak sehingga mereka berperilaku positif.  Tanda cinta dan penerimaan juga dapat ditunjukkan melalui cara mendengarkan anak. Jika anak ingin berbicara, cobalah menghentikan apa yang sedang dilakukan dan beri perhatian penuh kepada anak! Selain itu, orangtua perlu meyakinkan anak bahwa orangtuanya akan selalu ada untuknya.

Menjadikan Rumah sebagai Tempat yang Teraman dan Ternyaman

Jika rumah menjadi tempat teraman dan ternyaman bagi anak, maka anak akan betah tinggal di rumah. Ia akan rindu dan berusaha pulang ke rumah seenak apapun keadaan di luar sana. Selain itu, jika ia mengalami hal yang tidak enak atau tidak baik di luar rumah, maka ia akan segera pulang. Rumah yang dapat menjadi tempat teraman dan ternyaman bagi anak adalah rumah yang penuh cinta. Seluruh anggotanya saling mengasihi, saling melindungi, saling menerima dan saling menghormati.

Di era digital ini, dimana internet sudah masuk ke setiap sudut rumah, timbul ancaman kepada anak yang berasal dari dampak negatif internet, baik itu dari film/video/games dan lain-lain. Banyak anak mengalami gangguan kesehatan mental akibat kecanduan games dan pornografi yang mereka akses melalui internet. Oleh karena itu, anak perlu didampingi dalam bermedia, baik dalam hal konten, durasi maupun waktu. Literasi digital harus diberikan.  Membuat aturan yang jelas dan mematuhinya adalah hal yang sangat penting. Adalah baik melibatkan anak dalam  membuat aturan dan konsekuensi apabila aturan itu tidak ditaati. Dengan demikian, anak akan turut bertanggung jawab dan dengan senang hati menaatinya.

Membantu Anak Mencintai dan Menerima Dirinya Sendiri

Kesehatan mental yang baik sangat dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mencintai dan menerima dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak harus dibantu agar dapat mencintai dan menerima dirinya sendiri. Mendorong anak untuk melihat potensi yang ada pada dirinya dapat menciptakan harga diri dan rasa percaya diri yang sehat pada anak.

 

Membantu Anak Mengelola Emosi

Sama halnya dengan individu dewasa, anak juga memiliki emosi negatif, seperti sedih, cemas, takut, marah, jengkel atau kecewa. Berbagai emosi negatif ini tak akan terelakkan sepanjang kehidupan manusia. Ada saja peristiwa yang terjadi yang dapat menimbulkan emosi negatif. Jika anak tidak mampu mengelola emosi dengan baik, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, anak harus dibantu dalam mengelola emosi. Membantu anak dalam mengelola emosinya dapat dilakukan dengan cara membicarakan tentang emosi kepada anak. Bantu mereka untuk mengindentifikasi dan melabel emosi mereka ketika sesuatu terjadi. Misalnya: apa yang anak rasakan ketika nilainya jelek,  padahal, sebelumnya ia sudah belajar dengan baik. Jika anak merasa sedih atau kecewa, beritahu kepada anak bahwa perasaan itu wajar. Akan tetapi perasaan tersebut tak boleh dibiarkan dalam diri anak. Perasaan kecewa atau sedih dapat diganti dengan penerimaan keadaan dengan tulus dan kemudian belajar dari kegagalan tersebut (mendapat nilai jelek), sehingga kemudian hari bisa mendapatkan nilai yang lebih baik.  Dukunglah anak ketika ia mengalami sesuatu yang mengganggunya! Misalnya: jika ia memiliki masalah dengan teman di sekolah. Yakinkan anak bahwa ia tidak sendiri. Ada orangtuanya yang akan membantunya menyelesaikan masalah tersebut.

Memiliki kekhawatiran atau kecemasan adalah wajar tertutama ketika akan menghadapi sesuatu. Misalnya: ketika akan menghadapi ujian dari pelajaran yang dianggap sulit. Walaupun wajar, perasaan itu harus dikelola.  Bantu anak untuk mengelola kekhawatirannya tersebut agar tidak menjadi masalah besar. Misalnya: dari pada terus khawatir dengan ujian di esok hari, lebih baik sekarang melakukan hal-hal yang disukai, misalnya berenang. Itu akan membuat anak menjadi rileks. Berbagai bentuk relaksasi juga bisa diajarkan kepada anak ketika emosi negatif datang. Misalnya: saat merasa kesal, anak dapat pergi ke ruangan terbuka, menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya pelan-pelan, atau melakukan sesuatu yang menenangkan dan menyenangkan baginya (misalnya mendengarkan musik yang lembut atau menonton film komedi).

Orangtua harus dapat menjadi panutan dalam hal menjaga kesehatan mental. Tunjukkan kepada anak bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik. Dengan demikian, anak akan  belajar bagaimana memecahkan masalah dan mengembangkan keterampilan tersebut. Misalnya: bantu anak untuk melihat dan memahami apa yang menjadi masalahnya, melakukan brainstorming untuk mencari alternatif solusi, dan memutuskan solusi apa yang akan digunakan. Dorong anak untuk mencoba hal-hal baru, mengambil risiko yang sesuai usianya, dan belajar dari kesalahan atau kegagalannya. Misalnya: mengikuti perlombaan atau  membaca puisi di depan kelas.

Merawat Kesehatan Mental Diri Sendiri

Syarat agar dapat merawat kesehatan mental orang lain adalah pastikan kita memiliki kesehatan mental yang baik. Oleh karena itu, agar dapat merawat kesehatan mental anaknya, orangtua harus terlebih dahulu merawat kesehatan mentalnya.

Membantu Anak Membangun Hubungan yang Sehat dengan Orang Lain

Anak penting memiliki komunikasi dan relasi yang sehat dengan orang lain. Oleh karena itu, dorong anak untuk melakukan hal-hal yang mendukung hal tersebut. Misalnya: menyapa terlebih dahulu; ngobrol dengan teman atau tetangga, menghadiri pesta ulang tahun teman saat diundang, menghadiri kegiatan-kegiatan di sekolah, menghadiri kegiatan untuk anak-anak yang diselenggarakan RT atau RW dan lain-lain. Selain itu, anak juga harus didorong untuk bersikap berani. Berani menyampaikan pendapatnya, pikirannya dan berani menolak sesuatu yang tak ia inginkan. Perlu diingatkan kepada anak bahwa semua harus disampaikan dengan cara yang baik, sesuai dengan tata krama dan norma yang berlaku di masyarakat.

Orangtua  menjadi Sahabat Terbaik bagi Anak

Untuk dapat merawat kesehatan mental anak, orangtua harus dapat menjadi sahabat terbaik bagi anak. Oleh karena itu, komunikasi yang terbuka dan jujur harus dibangun. Orangtua dan anak harus dapat saling mempercayai. Anak pun harus diberikan kesempatan untuk berpendapat. Akan tetapi ada beberapa topik yang harus disampaikan atau didiskusikan dengan hati-hati, misalnya terkait masalah keluarga yang bersifat serius, seperti masalah  keuangan, penyakit yang sedang diderita oleh salah satu anggota keluarga, masalah pernikahan, atau konflik keluarga. Jika tidak disampaikan dengan penuh kehati-hatian, hal ini dapat menimbulkan ketakutan, kecemasan atau kekhawatiran pada anak.

Memberikan Waktu Bermain yang Cukup kepada Anak

Bermain adalah dunia anak. Bukan hanya hak, bermain juga merupakan kebutuhan anak. Dengan bermain, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipenuhi dan anak merasa gembira. Oleh karena itu, anak harus diberikan waktu yang cukup untuk bermain. Walaupun demikian, perlu diawasi di mana anak bermain, dengan siapa ia bermain, apa yang ia mainkan, berapa lama ia bermain dan waktu ia bermain. Hindari waktu bermain di malam hari atau saat cuaca tidak baik karena dapat mengganggu kesehatan anak.

Peka terhadap Perasaan dan Perubahan Perilaku pada Anak

Perasaan anak harus dihormati. Jangan menjadikan perasaan anak menjadi bahan gurauan karena itu dapat membuatnya sedih atau marah. Dorong mereka untuk menceritakan apa yang mereka rasakan! Jika anak tampak tak nyaman berbicara dengan orangtuanya, bantu anak untuk menemukan seseorang yang dapat diajaknya bicara. Orangtua harus peka terhadap perasaan anak dan perubahan perilaku pada anak. Kepekaan terhadap perasaan dan perubahan perilaku pada anak dapat menghindarkan anak dari masalah kesehatan mental yang lebih serius.

Tidak Membebani Anak dengan Apa yang Tidak dapat Dipikulnya

Tidaklah salah mengharapkan dan mendorong anak untuk melakukan sesuatu yang kita anggap hebat atau menjadi seseorang yang kita anggap luar biasa. Akan tetapi harus hati-hati. Jangan sampai hal tersebut membebani anak. Jika hal ini terjadi maka dapat menimbulkan hal negatif pada anak. Misalnya: anak menjadi merasa tertekan; merasa potensinya, keinginannya dan cita-citanya tidak dihargai; anak menjadi stress; marah; dan lain-lain. Ini dapat memicu pada masalah kesehatan mental.

Menerapkan Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat sangat terkait dengan kesehatan mental yang baik. Oleh karena itu, pola hidup sehat harus diterapkan. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, istirahat yang cukup, olahraga teratur, menjaga kebersihan kesehatan kulit, gigi dan mulut serta tidak terlalu lama terpapar layar gawai/computer/laptop adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya penerapan pola hidup sehat.

Menciptakan Family Time yang Berkualitas

Menikmati waktu bersama anak dengan melakukan aktivitas yang mereka sukai adalah hal yang baik untuk merekatkan hubungan di antara orangtua dan anak. Hal ini  juga sangat bermanfaat untuk merawat kesehatan mental anak. Misalnya: olahraga bersama, menyanyi dan menari bersama, memainkan permainan tradisional bersama, berkebun, dan lain sebagainya. Family time juga merupakan cara untuk membuktikan kepada anak bahwa orangtuanya akan selalu ada untuknya.

Mencari Bantuan Profesional bila Diperlukan

Kesehatan mental dapat dirawat dan gangguan kesehatan mental dapat diobati. Oleh karena itu, apabila anak menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan mental, orangtua harus segera mencari pertolongan kepada praktisi kesehatan mental yang profesional. Ada kalanya dokter menyarankan anak untuk melakukan sesuatu atau mengkonsumsi obat. Hal tersebut tak perlu ditakuti dan dihindari. (SRP)

Share

Related posts

Leave a Comment