Oleh: Susi Rio Panjaitan
Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah idaman semua orangtua. Itulah sebabnya, pada umumnya orangtua akan mengupayakan hal-hal terbaik demi anak. Akan tetapi, bisa saja pertumbuhan dan perkembangan anak tidak sesuai dengan yang diharapkan. Artinya, anak mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini tentu saja berdampak pada berbagai aspek kehidupan anak dan membuat anak tampak berbeda jika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Jika hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak tidak segera ditangani, maka besar kemungkinan akan terjadi masalah tumbuh kembang yang lebih kompleks sehingga berbagai aspek tumbuh kembang anak terganggu. Hal ini akan membuat anak mengalami banyak masalah, misalnya: tidak dapat berkomunikasi dengan baik, tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan baik, tidak dapat belajar dengan baik, mengalami gangguan emosial, mengalami gangguan perilaku, mengalami gangguan belajar, dan lain-lain. Gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan pada anak antara lain: gangguan bicara dan bahasa, terlambat bicara (speech delay), hiperaktif, autisme, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), downsyndrome, hydrocephalus, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, dan retardasi mental/slow learner.
Dalam banyak kasus, penanganan atau intervensi terhadap hambatan tumbuh kembang pada anak terlambat diberikan. Salah satu alasannya adalah karena orangtua tidak sedari dini menyadari adanya gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Padahal, jika hambatan atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak segera diketahui, maka masalah tumbuh kembang yang lebih kompleks dapat dihindari melalui berbagai bentuk intervensi dini. Intervensi dini yang tepat akan menolong dalam meminimalkan dampak negatif dari hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Itulah sebabnya, deteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak perlu dilakukan sedari dini.
Gejala awal hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada masing-masing anak tidak sama. Ada anak yang gejala awalnya adalah terlambat jalan, ada anak yang terlambat bicara, ada anak yang tidak merangkak, ada anak yang tampak sangat tidak perduli dengan orang lain, ada anak yang tidak ekspresif, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, orangtua harus cermat memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Agar orangtua dapat mengetahui dengan baik pertumbuhan dan perkembangan anak, maka orangtua harus mengamati dan mendampingi anak dalam proses tumbuh kembangnya, bahkan sejak anak dalam kandungan (pre-natal). Orangtua tidak boleh puas hanya dengan mendengar laporan dari pengasuh anak.
Langkah sederhana sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak adalah dengan memahami tahapan dan tugas tumbuh kembang anak pada umumnya, dimulai sejak anak dalam kandungan. Dengan memahami hal ini, maka orangtua dapat dengan segera mengetahui jika ada perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh orangtua guna memahami status pertumbuhan dan perkembangan anak.
Aspek Perkembangan Pre-Natal
Pertumbuhan dan perkembangan manusia terjadi sejak masa dalam kandungan (pre-natal). Pre-natal dimulai dari tahap awal ovulasi, dimana terjadi pertemuan antara sel sperma dengan sel telur dan terjadi pembuahan. Perkembangan masa pre-natal merupakan periode awal kehidupan dan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan anak di masa perkembangan berikutnya. Para ahli tumbuh kembang anak membagi periode pre-natal dalam tiga fase, yaitu: 1) Fase germinal (waktu 0-2 minggu pertama); 2) Fase embrional (waktu setelah 2 minggu hingga 8 minggu); dan 3) Fase fetal (waktu setelah minggu ke-8 sampai saat dilahirkan). Pada masa pre-natal nutrisi sangat penting. Selain itu, kondisi kesehatan dan gaya hidup Ibu juga sangat memengaruhi pertumbuhan janin. Status pertumbuhan dan perkembangan janin dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan secara rutin.
Aspek Proses Persalinan
Persalinan adalah proses mengeluarkan janin atau bayi dari dalam kandungan. Proses persalinan adalah hal yang membahagiakan namun juga bisa menjadi melelahkan bahkan menakutkan bagi ibu. Secara umum dikenal tiga metode persalinan, yaitu: 1) Persalinan pervaginam tanpa bantuan (melahirkan secara alami); 2) Persalinan pervaginam berbantu; dan 3) Operasi caesar. Semua proses persalinan memiliki risiko, baik bagi ibu maupun bayi.
Aspek Perkembangan Pancaindra
Perkembangan pancaindra yang terdiri dari indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra pengecap, dan indra perasa dapat diketahui sedari dini, yakni sejak anak lahir. Bayi dapat memberikan respon terhadap suara sejak dalam kandungan. Ia mengetahui perbedaan antara wajah ibunya dan wajah orang lain. Bayi juga dapat membedakan bau ibunya dengan bau orang lain. Indra peraba pada bayi juga berfungsi. Itulah sebabnya bayi suka dipeluk, dibelai, dan diayun. Sentuhan dapat menenangkan dan membuatnya rileks. Indra perasa bayi juga berfungsi.Itulah sebabnya bayi dapat mendeteksi perbedaan rasa ASI. Rasa ASI menjadi berbeda jika terjadi perubahan makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh ibunya. Seiring dengan pertambahan usianya, fungsi pancaindra bayi meningkat.
Aspek Perkembangan Fisik-Motorik
Perkembangan fisik-motorik meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otak, keterampilan motorik kasar dan motorik halus, yang dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan, asupan gizi, pola pengasuhan orangtua, serta latar belakang budaya. Perkembangan fisik-motorik yang baik akan meningkatkan kemampuan anak dalam keterampilan bergerak. Ia akan cakap mengelola, mengontrol gerakan tubuh, dan mengkoordinasi gerakan-gerakan tubuh.
Aspek Perkembangan Kognitif
Kognitif terkait dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki anak. Perkembangan kognitif merupakan tingkat kemampuan individu dalam berpikir, yang meliputi mengingat, memahami, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Aspek Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perubahan perilaku yang terjadi berkenaan dengan nilai, adat, tata cara, dan kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Moral anak tampak dari tingkah laku, tutur kata, budi pekerti, kejujuran, keadilan, tenggang rasa, toleransi, kebaikan hati, sopan santun dan tanggung jawabnya. Perkembangan moral anak akan membentuk karakternya.
Aspek Perkembangan Bicara-Bahasa-Komunikasi
Bicara, bahasa dan komunikasi adalah tiga hal yang berbeda tetapi memiliki hubungan yang sangat erat.
Kemampuan bicara adalah kemampuan anak dalam mengucapkan mengucapkan suara yang terdapat dalam kata. Bahasa adalah sistem komunikasi baik secara verbal (lisan) atau non-verbal untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Perkembangan bicara, bahasa dan komunikasi sudah dimulai sejak bayi lahir. Keterampilan ini akan berkembang sesuai dengan usia anak.
Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Perkembangan sosio-emosional merupakan proses dimana anak belajar memahami situasi dan emosi ketika berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan sosio-emosional berkaitan dengan kemampuan anak dalam mengembangkan sikap percaya diri, kejujuran dan empati. Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh faktor biologis, pola asuh, ekonomi, dan lingkungan.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, semua aspek di atas memiliki kaitan yang sangat erat satu sama lain. Semua aspek tersebut akan memengaruhi perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari serta membentuk eksistensi anak. Jika dilihat ada perbedaan cukup signifikan antara perkembangan anak dengan perkembangan anak lain yang seusianya, orangtua perlu menemui ahli tumbuh kembang anak agar pada anak dilakukan asesmen lebih lanjut untuk mendapatkan diagnosa dan saran penanganan yang tepat.
Apabila gangguan tumbuh kembang pada anak tidak dapat ditangani oleh orangtua, atau orangtua tidak memiliki kapasitas untuk melakukan hal tersebut, maka penanganan pada anak harus dilakukan oleh tenaga ahli, seperti: psikolog, dokter spesialis anak, dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) anak, dokter spesialis rehabilitasi medik, ahli pendidikan anak berkebutuhan khusus, ahli terapi wicara dan komunikasi, ahli terapi okupasi, ahli terapi sensori integritas, ahli terapi musik, ahli terapi perilaku, dan lain-lain. (SRP)