PENTINGNYA KOMUNIKASI TERBUKA DENGAN ANAK REMAJA

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Remaja adalah individu yang sudah mengalami pubertas, yakni mimpi basah pada laki-laki, dan menstruasi pada perempuan. Biasanya, pubertas terjadi pada rentang usia antara 11 hingga 16 tahun. Menurut hukum Indonesia, anak adalah individu yang berusia 0 (nol) sampai dengan sebelum 18 (delapan belas) tahun. Jika merujuk pada hal ini, maka remaja dapat dikategorikan sebagai anak. Tidak heran banyak yang menyebut kelompok usia ini dengan sebutan anak remaja.

Pada masa remaja, individu mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Masa remaja adalah masa  dimana identitas pribadi, nilai, dan kemandirian individu mulai berkembang. Remaja menghadapi berbakai tekanan, misalnya terkait pendidikan, teman sebaya, dan pertumbuhan diri. Walaupun demikian, masa remaja sering disebut sebagai masa yang sangat indah, karena pada periode ini  individu mengalami banyak perubahan positif dan perkembangan yang penting. Misalnya: eksplorasi identitas diri, menjalin persahabatan,  dan jatuh cinta. Selain itu, selama masa remaja  individu dapat menggali dan menemukan minat dan bakat baru, membangun keterampilan sosial, dan merasakan kebebasan yang lebih besar dibanding fase sebelumnya. Meskipun ada tantangan, banyak orang mengingat masa remaja sebagai periode yang penuh dengan kenangan indah dan pengalaman pertumbuhan pribadi yang berharga.

Tantangan yang dihadapi selama masa remaja sangat terkait dengan berbagai perubahan dan perkembangan yang dialami oleh individu. Perubahan fisik yang merupakan bagian proses pubertas dapat menimbulkan kebingungan dan ketidaknyamanan pada remaja. Di masa ini,  individu juga melakukan pencarian identitas diri. Hal ini seringkali menimbulkan pertanyaan pada remaja tentang siapa mereka sebenarnya. Masa remaja juga dikenal sebagai masa dimana peran kelompok teman sebaya sangat mempengaruhi individu. Dorongan untuk dapat memenuhi harapan teman sebaya dapat menimbulkan tekanan sosial yang signifikan pada remaja. Pada masa remaja, pendidikan menjadi sangat penting. Akan tetapi, tantangan akademis dan keputusan mengenai karier masa depan dapat menimbulkan stres pada remaja.

Selain relasi dengan teman sebaya, relasi personal dan percintaan juga menjadi hal yang khas dalam masa remaja. Pengalaman pertama dalam hubungan romantik dan perubahan dinamika persahabatan seringkali menjadi kompleks. Ketika memasuki masa remaja, individu diharapkan sudah mencapai kemandirian dalam banyak aspek dan mampu memikul tanggung jawab. Hal ini merupakan proses yang tidak selalu mudah dan dapat menimbulkan stres pada remaja. Selain itu, paparan tekanan sosial dan standar kecantikan dari media sosial dapat memengaruhi persepsi diri remaja.

Tantangan-tantangan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan mental pada remaja, misalnya kecemasan atau depresi. Itulah sebabnya, dalam proses perkembangannya remaja perlu dibantu. Komunikasi terbuka dengan anak remaja menjadi hal yang sangat penting. Dengan komunikasi terbuka, dapat menciptakan lingkungan dimana remaja merasa nyaman dan percaya diri untuk berbicara tentang perasaan, pengalaman, dan kekhawatirannya kepada orangtua.Komunikasi terbuka memungkinkan orangtua untuk melakukan mendeteksi dini terhadap masalah yang mungkin dihadapi remaja, seperti stres, tekanan akademis, atau masalah kesehatan mental. Dengan mempraktikan komunikasi terbuka, remaja dapat mengembangkan keterampilan komunikasi yang pasti berguna dalam hubungan dan kehidupan sehari-hari.

Komunikasi terbuka membantu orangtua dalam memahami perspektif remaja, sehingga orangtua dapat berempati. Dengan demikian, dapat mencegah konflik yang mungkin timbul karena ketidakpahaman atau ketidakjelasan. Remaja membutuhkan dukungan emosional selama masa transisi. Komunikasi terbuka memungkinkan orangtua untuk memberikan dukungan yang butuhkan remaja. Melalui komunikasi terbuka, orangtua dapat menyampaikan nilai-nilai, norma, dan arahan dengan cara yang positif dan membangun. Selain itu, kesempatan untuk membahas topik yang penting seperti pendidikan seks dan penggunaan media sosial menjadi mungkin untuk dilakukan.

Komunikasi terbuka memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan bersama, dan membantu mereka merasa memiliki kontrol atas hidup mereka. Hal ini dapat membantu dalam membangun hubungan yang kuat dan positif antara orangtua dan anak. Dengan komunikasi terbuka, orangtua  juga dapat membantu anak melewati masa remaja dengan baik dan mendukung perkembangan anak yang optimal dan positif. Itulah sebabnya, komunikasi terbuka dengan anak yang memasuki usia remaja perlu dibangun dan dikembangkan.

 

Untuk menciptakan komunikasi terbuka dengan anak remaja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

  • Menjadi Pendengar yang Baik – Jadilah pendengar yang baik. Dengarkanlah anak dengan penuh perhatian saat anak berbicara. Hindari interupsi dan tunjukkan bahwa opini dan perasaan mereka dihargai.
  • Tidak Mengkritik – Ciptakan suasana dimana anak merasa nyaman berbicara tanpa takut dikritik.
  • Menciptakan Komunikasi sejak Dini – Komunikasi terbuka yang diciptakan sejak dini menjadi dasar terbentuknya komunikasi terbuka dengan anak saat ia memasuki masa remaja.
  • Menghormati Privasi Anak – Hormati privasi anak dan berikan mereka ruang untuk bergerak tanpa campur tangan yang berlebihan dari orangtua.
  • Tidak Menilai terlalu Cepat dan Menghakimi – Hindari menilai terlalu cepat atau membuat asumsi terlalu cepat. Ini akan membuat anak merasa tidak nyaman dan merasa dihakimi. Berikan anak kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan apa yang perlu ia jelaskan.
  • Memperhatikan Bahasa Tubuh – Bahasa tubuh yang terbuka dan ramah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi terbuka.
  • Menjadi Teladan – Tunjukkan komunikasi terbuka melalui perilaku sendiri. Berbicaralah dengan sopan, jujur, dan terbuka.
  • Menggunakan Pertanyaan Terbuka – Gunakan pertanyaan terbuka guna mendorong anak untuk berbicara lebih banyak dan menyampaikan pendapat.
  • Tidak Hanya Fokus pada Masalah – Selain membicarakan masalah, bicarakan juga hal-hal positif dan keberhasilan anak. Hal ini akan membuat anak merasa nyaman.
  1. Selalu Menyediakan Waktu untuk Anak – Buat anak meyakini bahwa orangtua selalu menyediakan waktu untuknya. Ini akan membuat anak merasa nyaman dan terdorong untuk berkomunikasi secara terbuka dengan
  2. Menjadi Pendukung Utama bagi Anak – Pastikan anak tahu bahwa orangtuanya akan selalu mendukungnya.
  3. Membangun Kepercayaan – Kepercayaan anak terhadap orangtua menjadi faktor penentu bagi mau atau tidaknya anak berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua. Bangun kepercayaan anak terhadap orangtua dengan cara menunjukkan konsistensi, kejujuran, dan keterbukaan.
  4. Berempati – Tunjukkan empati kepada anak. Berusahalah untuk memahami perasaan dan perspektif anak.
  5. Memberikan Apresiasi dan Umpan Balik yang Positif – Berikan pujian dan umpan balik yang positif ketika anak mau berbicara secara terbuka. Ini adalah bentuk penghargaan positif yang dapat mendorong anak untuk mau terus berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua.
  6. Bijak dalam Memilih Waktu – Pilih waktu yang tepat untuk berbicara dengan anak. Misalnya: saat suasana tenang dan tanpa gangguan. Hindari membahas masalah sensitif ketika anak sedang marah atau stres.

Menghindari Reaksi Marah – Jika anak membicarakan sesuatu yang mungkin membuat Anda marah, usahakanlah untuk tidak langsung bereaksi dengan kemarahan. Tenanglah, dan dengarkanlah dengan baik agar Anda dapat memahami situasi dan perasaan anak dengan baik sehingga dapat berespon dengan tepat. (SRP)

Share

Related posts

Leave a Comment