Oleh: Susi Rio Panjaitan
Era ini disebut era digital karena pada era ini hidup manusi didominasi oleh teknologi digital, dimana teknologi digital digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi digital yang mencakup komputer, internet, smartphone, dan berbagai perangkat elektronik lainnya yang terhubung ke internet, telah mengubah cara orang dalam berkomunikasi, bekerja, belajar, mencari hiburan, dan mengakses informasi. Di era digital, data dan informasi dapat diolah dan disebarkan dengan cepat dan efisien, sehingga mengubah banyak sektor seperti bisnis, pendidikan, kesehatan, hiburan, bahkan politik. Komunikasi juga telah mengalami transformasi besar. Orang dapat dengan mudah mencari informasi tentang hampir semua topik, dari berita hingga pengetahuan akademis, dengan hanya beberapa “klik”. Telepon rumah dan surat telah digantikan oleh email, pesan teks, dan media sosial. Komunikasi menjadi lebih cepat, lebih mudah, dan lebih sering terjadi melalui platform digital. Dengan hadirnya internet, akses terhadap informasi menjadi lebih mudah dan cepat. Era digital juga telah mengubah dunia industri dan bisnis. Banyak perusahaan beralih ke model bisnis digital, baik dalam penjualan produk maupun penyediaan layanan. E-commerce, periklanan digital, dan analitik data menjadi bagian penting dari strategi bisnis. Pendidikan juga mengalami transformasi signifikan di era digital. Banyak institusi pendidikan yang menawarkan kursus online dan sumber belajar digital. Siswa dapat mengakses materi pembelajaran dari mana saja dan kapan saja. Industri hiburan juga telah terpengaruh oleh era digital. Streaming musik dan video telah menggantikan format fisik seperti CD dan DVD. Media sosial dan platform konten online memungkinkan siapa saja untuk menjadi pembuat konten dan dapat menjangkau audiens secara global.
Walaupun era digital memberikan banyak kemudahan bagi manusia, era digital juga menimbulkan tantangan baru, terutama terkait privasi dan keamanan data. Dengan semakin banyaknya informasi yang disimpan secara digital, perlindungan terhadap data pribadi dan keamanan cyber menjadi isu yang semakin penting. Pemerintah dan layanan publik juga telah mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan jangkauan layanan kepada masyarakat luas. Contohnya, layanan online untuk pembayaran pajak, pendaftaran pemilih, pendaftaran sekolah dan pengarsipan dokumen. Era digital terus berkembang dengan cepat dan membawa dampak besar pada cara manusia hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain. Tidaklah berlebihan jika dikatakan era digital adalah era di mana teknologi digital menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Teknologi digital tidak hanya memengaruhi kehidupan orang dewasa, tetapi juga sangat berpengaruh pada anak-anak dan perkembangan mereka. Anak-anak masa kini bahkan dikenal sebagai anak era digital. Anak di era digital adalah generasi yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi digital, seperti internet, gawai, media sosial, dan permainan video (video games). Mereka memiliki akses yang lebih mudah terhadap berbagai jenis informasi melalui internet. Mereka juga dapat dengan mudah mencari jawaban atas pertanyaan mereka, belajar keterampilan baru, dan melakukan apa yang mereka minati dengan mudah dan cepat. Sekolah dan institusi pendidikan semakin mengintegrasikan teknologi digital dalam kurikulum. Perangkat lunak pembelajaran, platform pembelajaran online, dan sumber daya digital lainnya semakin luas digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar anak-anak. Ini membuat anak-anak masa kini semakin melekat kepada teknologi digital.
Anak-anak di era digital diharapkan memiliki keterampilan digital yang baik, termasuk mampu menggunakan perangkat komputer, menavigasi internet dengan aman, serta memiliki pemahaman yang baik tentang privasi online dan literasi digital. Media sosial dan platform komunikasi digital memainkan peran penting dalam interaksi sosial anak-anak. Anak-anak dapat berkomunikasi dengan teman-teman mereka, berbagi pengalaman, dan membangun hubungan secara online. Teknologi digital juga dapat menjadi alat untuk memfasilitasi pengembangan kreativitas dan inovasi anak-anak. Mereka dapat membuat konten digital, seperti video, musik, atau karya seni digital, dan membagikannya kepada audiens yang lebih luas. Walaupun sedemikian banyak manfaat dari teknologi digital, penggunaan teknologi digital yang berlebihan berdampak negatif pada pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan mental anak-anak. Mereka risiko mengalami adiksi, stres, kecemasan, dan gangguan tidur. Anak-anak juga menjadi rentan terhadap berbagai dampak negatif online, seperti penipuan, perdagangan anak, terorisme, perdagangan tidak halal atau melanggar hukum, pelecehan berbasis cyber, intimidasi online, seks berbasis cyber, judi online, hoax, kekerasan, cyber bullying, dan berbagai konten yang tidak pantas.
Digital sangat berdampak terhadap perkembangan anak dalam semua aspek, termasuk sosial, emosional, kognitif, dan fisik. Ada perubahan pola komunikasi dan interaksi pada anak-anak era digital dibanding dengan anak-anak era sebelum digital. Anak era digital cenderung lebih suka berkomuniasi dengan teman-temannya secara online, seperti melalui media sosial, pesan teks, dan platform permainan daring (games online). Teknologi digital memungkinkan anak-anak untuk terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia tanpa harus bertemu fisik. Akan tetapi, hal ini dapat mengganggu perkembangan keterampilan sosial anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi langsung secara tatap muka (face to face). Menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar akan meningkatkan risiko stres, kecemasan, dan depresi pada anak-anak. Selain itu, kemampuan anak dalam meregulasi emosi akan terganggu jika mereka terpapar konten digital yang tidak baik atau merugikan. Misalnya, konten yang mengandung kekerasan dan pornografi.
Teknologi digital memang menyediakan akses ke sumber daya pembelajaran yang tak terbatas, akan tetapi, anak-anak menjadi rentan terhadap gangguan dan penyalahgunaan teknologi. Akibatnya, anak dapat mengalami gangguan konsentrasi, emosi, dan perilaku. Penggunaan teknologi digital dapat memengaruhi kemampuan anak-anak dalam menerima dan mengolah dengan kritis. Selain itu, menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar akan mengurangi waktu anak untuk untuk melakukan aktivitas fisik. Hal ini akan berdampak negatif pada kesehatan fisik anak-anak. Penggunaan teknologi digital yang berlebihan dapat menyebabkan masalah postur tubuh dan ketegangan otot pada anak-anak, terutama jika anak menggunakan perangkat digital dalam posisi yang tidak ergonomis. Oleh karena itu, orang tua perlu melakukan digital parenting.
Digital parenting adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan upaya orang tua dalam mendampingi, mengawasi, dan mendidik anak dalam menggunakan teknologi digital dan internet. Digital parenting berarti memberikan panduan kepada anak tentang bagaimana menggunakan perangkat digital, seperti smartphone, tablet, dan komputer dengan benar, serta mengarahkan mereka untuk menggunakan internet secara aman dan bijaksana. Tujuan digital parenting adalah untuk memastikan anak mendapatkan manfaat maksimal dari teknologi dengan tetap terlindungi dari risiko dan bahaya yang mungkin timbul. Digital parenting meliputi berbagai aspek, antara lain sebagai berikut:
- Pengawasan – Pengawasan dalam konteks digital parenting adalah tindakan memantau dan mengamati aktivitas online anak untuk memastikan anak menggunakan teknologi dengan aman dan bertanggung jawab.
- Literasi Digital – Orang tua harus mengajar anak tentang bagaimana menggunakan teknologi digital secara bertanggung jawab, memegang teguh etika dalam berdigital, dan pentingnya menjaga privasi. Pada anak perlu ditanamkan pentingnya menjaga informasi pribadi. Anak juga perlu dibimbing untuk berperilaku baik dan sopan di dunia digital, seperti tidak menyebarkan hoaks atau menghormati hak cipta. Anak juga perlu didorong untuk untuk berpikir kritis tentang informasi yang ia temukan di internet, dan membedakan antara sumber yang dapat dipercaya dan yang tidak. Dorong juga anak untuk mempertanyakan konten yang ia lihat dan berdiskusilah dengannya tentang hal tersebut!
- Membuat Batasan – Pembatasan dalam konteks digital parenting adalah langkah-langkah yang perlu diambil oleh orang tua untuk mengatur dan mengontrol penggunaan teknologi dan internet oleh anak. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa anak menggunakan teknologi secara sehat, aman, dan seimbang. Misalnya: menetapkan jumlah waktu maksimal untuk anak dalam menggunakan perangkat elektronik setiap hari, membuat aturan untuk tidak menggunakan perangkat elektronik pada waktu-waktu tertentu, seperti saat makan malam atau sebelum tidur, menggunakan fitur kontrol orang tua pada perangkat dan aplikasi untuk membatasi akses ke konten yang tidak sesuai usia anak, mengatur filter di browser dan aplikasi untuk memblokir situs web dan aplikasi yang tidak sesuai untuk anak, membantu anak mengatur pengaturan privasi di media sosial dan aplikasi untuk melindungi informasi pribadi mereka, menggunakan aplikasi atau perangkat lunak untuk memantau aktivitas online anak, mengatur agar anak perlu meminta izin sebelum mengunduh aplikasi atau game baru, menggunakan pengaturan untuk membatasi aplikasi dan game berdasarkan rating usia, menetapkan tempat-tempat tertentu di rumah di mana perangkat boleh digunakan, seperti ruang keluarga, dan melarang penggunaan di kamar tidur, dan menetapkan aturan tentang perilaku yang dapat diterima secara online, seperti tidak berbagi informasi pribadi atau berkomentar negatif tentang orang lain. Pembatasan yang diterapkan dengan bijaksana dan konsisten dapat membantu anak dalam mengembangkan kebiasaan penggunaan teknologi yang sehat dan bertanggung jawab, dan memastikan anak tetap aman dari bahaya online. Baik juga untuk melibatkan anak dalam proses pembuatan aturan untuk membuat anak lebih memahami dan memiliki rasa tanggung jawab.
- Mencipakan Komunikasi Terbuka – Komunikasi terbuka adalah pendekatan di mana orang tua dan anak saling berbicara secara jujur dan transparan tentang penggunaan teknologi dan internet. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif di mana anak aman dan nyaman untuk berbagi pengalamannya, dan orang tua dapat memberikan bimbingan yang efektif. Orang tua harus dapat mendengarkan tanpa menghakimi ketika anak berbicara tentang aktivitas onlinenya, masalah yang ia hadapi, atau pertanyaan anak tentang teknologi. Orang tua juga harus mampu menunjukkan perhatian dan empati terhadap perasaan dan pengalaman anak. Anak perlu diajak untuk berbicara secara terbuka tentang situs web yang ia kunjungi, aplikasi yang digunakan, dan interaksi yang anak alami di media sosial. Adalah baik mendiskusikan dengan anak berita atau kejadian terkait teknologi untuk membantu anak memahami konteks yang lebih luas. Jka anak menghadapi masalah online, seperti cyberbullying atau paparan konten tidak pantas, ajak anak untuk mencari solusi bersama. Berikan dukungan, baik dukungan emosional maupun langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut! Selain itu, pastikan anak tahu bahwa ia dapat mengandalkan orang tuanya sebagai sumber dukungan ketika ia menghadapi kesulitan atau kebingungan terkait teknologi.
- Menjadi Teladan – Orang tua harus menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dan sehat dalam penggunaan teknologi. Misalnya: membatasi waktu layar, tidak menggunakan perangkat saat makan, dan memilih konten yang edukatif. Tunjukkan bagaimana berinteraksi secara positif dan aman di dunia digital. Dengan menjadi contoh yang baik dan memberikan panduan yang tepat, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi pengguna teknologi yang bijaksana dan bertanggung jawab. (SRP)