STRAWBERRY PARENTING

Share

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Pada umumnya orang akan setuju jika dikatakan bahwa strawberry adalah buah yang cantik. Warnanya yang merah cerah dan mengkilat membuat banyak orang  berhasrat untuk memetik dan menggigitnya. Rasanya yang didominasi rasa asam disukai oleh banyak orang. Selain itu, strawberry mengandung vitamin C sehingga sangat baik untuk kesehatan. Sayangnya, walaupun cantik karena bentuk dan warnany, serta mengandung vitamin C yang cukup tinggi, strawberry termasuk buah yang mudah rusak. Strawberry harus dipegang dengan lembut agar tidak hancur dan harus diletakkan atau disimpan di wadah yang aman, yakni tidak panas dan tidak berair agar tidak busuk. Singkatnya, strawberry bukan buah yang kuat, bukan buah yang tahan banting sehingga harus diperlakukan dengan hati-hati.

Generasi di era ini disebut banyak orang sebagai generasi strawberry. Isitilah ini muncul karena orang melihat anak-anak di era digital ini mirip seperti buah strawberry. Mereka cantik, indah, berpotensi, tetapi rapuh sehingga tidak tahan banting, mudah rusak, dan mudah hancur. Kondisi ini membuat banyak orang tua sangat hati-hati memperlakukan anak-anaknya bahkan cenderung berlebihan. Jika buah strawberry memang sudah “dari sononya” demikian, maka apa yang membuat banyak anak era generasi digital  tampak indah  tetapi  rapuh dan gampang hancur seperti buah strawberry?

Di era digital hidup manusia dimudahkan dengan adanya teknologi digital. Belajar, bekerja, komunikasi dan berbagai tugas serta aktivitas lainnya dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan teknologi digital. Pada zaman sebelum digital, jika orang mau makan, maka ada berbagai proses yang harus ia lakukan, seperti  pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan makanan dan bumbu yang diperlukan, mengolahnya sampai masak, lalu dimakan. Atau, pergi ke warung untuk membeli makanan. Saat ini, proses itu dipermudah dan dibuat lebih praktis. Jika ingin makan, orang tidak perlu repot-repot ke pasar lalu masak dan makan atau pergi dulu membeli makanan ke warung. Cukup “pencet-pencet handphone”, maka tidak lama kemudian makanan yang disukai akan datang. Kehidupan anak-anak juga sangat dipengaruhi teknologi digital. Proses belajar menjadi lebih mudah. Di internet tersedia sangat banyak pengetahuan di bidang apa pun, yang dapat diakses dengan cepat dan mudah. Bahkan, bermain yang adalah kesukaan dan kebutuhan anak-anak menjadi sangat dipengaruhi oleh teknologi digital. Zaman dahulu, jika seorang anak ingin bermain, maka ia harus membuat mainan sendiri atau bermain bersama dengan teman-temannya. Hal ini tentu membutuhkan proses dan upaya yang banyak. Anak harus mampu membuat mainan sendiri dan mampu berkawan dengan baik. Ia harus memiliki keterampilan sosial yang memadai agar teman-temannya mau bermain dengan temannya. Saat itu, definisi bermain adalah bermain bersama teman, dengan menggunakan mainan seperti mobil-mobilan, pedang-pedangan, orang-orangan, dan lain sebagainya atau tidak. Akan tetapi di era digital kondisi berbeda sama sekali. Untuk memiliki mainan, anak tidak perlu membuat mainan. Cukup dengan meminta pada orang tua, lalu orang tuanya cukup dengan  “memencet-mencet handphone”, maka mainan datang. Anak juga dapat bermain sendiri tanpa teman-temannya. Video games, games online dan permainan berbasis teknologi digital lainnya dapat dimainkan secara individual. Ini tidak membutuhkan keterampilan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

Era digital mungkin membuat anak zaman sekarang  relatif lebih berpengetahuan dan berketerampilan dibanding dengan anak zaman dahulu karena adanya kemudahan dalam mengakses informasi. Teknologi digital juga membuat anak dengan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan dan butuhkan. Akan tetapi, teknologi digital memunculkan tantangan tersendiri. Kemudahan membuat anak tidak berproses dengan optimal. Hal ini berisiko membuat anak menjadi tidak matang dan rapuh. Bermain bersama teman memiliki banyak dinamika sehingga membutuhkan keterampilan sosial yang mumpuni. Anak harus mampu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. Anak juga harus mampu beradaptasi dengan baik serta memiliki sikap empati. Ini membuat anak menjadi kuat dan tangguh. Bermain video games, games online atau permainan lain yang berbasis teknologi digital membuat anak tidak perlu memiliki berbagai keterapilan sosial.

Tantangan ini berisiko menimbulkan berbagai kondisi yang negatif pada anak. Walaupun anak cerdas, memiliki berbagai pengetahuan dan kleterampilan, tetapi anak lemah, cengeng, mudah menyerah, manja, tidak mandiri, terlalu bergantung pada orang lain, tidak sabar, tidak percaya diri, penuh dengan berbagai emosi negatif, egois, dan tidak memiliki daya resiliensi yang baik. Hal ini berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, membuat anak hidup tidak efektif, dan dan merugikan masa depan anak. Selain itu, kondisi anak yang seperti ini merugikan lingkungan anak, terutama orang tua dan keluarganya. Dalam banyak kasus, daya resiliensi yang rendah pada anak membuat anak mengalami gangguan psikologis yang serius, dan tidak sedikit anak  melakukan tindakan bunuh diri. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan pengasuhan yang tepat dari orang tua.

Mengasuh anak generasi strawberry memiliki tantangan khusus. Orang tua harus bijaksana dalam mendidik anak. Apabila pola pengasuhan tidak efektif, maka dapat membuat anak yang hebat dan menawan  bak buah strawberry tersebut menjadi rusak dan hancur. Oleh karena ini, dalam mengasuh anak generasi strawberry diperlukan strategi khusus yang disebut dengan strawberry parenting. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengasuh generasi strawberry, antara lain: menjadi teladan bagi anak, membuat peraturan, menerapkan komunikasi asertif, tidak terlalu memanjakan anak, memberikan tugas dan tanggung jawab kepada anak, menerapkan konsekuensi, serta tegas, konsisten dan disiplin.

Anak, terutama anak yang masih sangat kecil seperti anak balita (bawah lima tahun), belajar dengan cara meniru apa yang ia lihat dan dengar, terutama apa yang ia lihat dan dengar dari orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua perlu memastikan bahwa dirinya meneladankan yang baik kepada anak-anaknya, baik melalui perbuatan dan perkataan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, otak anak sedang dalam proses perkembangan sehingga ia lebih mudah mengingat di banding orang dewasa. Ingatannya pun relatif panjang bahkan permanen. Jadi, apa yang anak lihat dan dengar akan melekat pada otak anak dan dapat memengaruhi cara berpikir dan bertindak anak di sepanjang hidupnya. Bayangkan jika yang tersimpan di otak anak adalah hal-hal yang baik! Oleh sebab itu, orang tua atau pengasuh lainnya perlu memastikan bahwa dirinya adalah teladan yang baik dan ideal bagi anak.

Ubi societas ibi ius. Adagium hukum yang berasal dari bahasa Latin ini artinya di mana ada masyarakat di situ ada hukum. Secara sederhana, hukum dapat diartikan sebagai peraturan. Ke mana pun kita pergi, di situ pasti ada peraturan.  Peraturan, baik dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk tidak tertulis selalu ada di tengah-tengah masyarakat. Fungsinya adalah untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang damai, tertib, dan aman. Itulah sebabnya, sedari dini anak perlu diperkenalkan kepada hukum atau peraturan. Adalah sangat baik memperkenalkan anak kepada peraturan sejak dari rumah. Buatlah peraturan rumah yang harus ditaati oleh semua anggota keluarga, termasuk anak. Peraturan dapat dibuat oleh orang tua sebagai otoritas tertinggi di rumah  karena orang tua bertanggung jawab penuh dalam mengasuh, mendidik, memelihara, merawat, melindungi, dan membela anak. Peraturan juga dapat dibuat dengan melibatkan anak. Ini baik untuk membuat anak memiliki rasa tanggung jawab dalam menaati peraturan. Adanya peraturan di rumah membuat anak menjadi tidak asing dengan peraturan dan memahami bahwa peraturan selalu ada di mana pun dan peraturan harus ditaati. Dengan demikian, kelak keluar dari rumah dan masuk dalam masyarakat, misalnya sekolah, anak tidak akan mengalami kesulitan yang signifikan dalam memahami dan menaati peraturan di sekolah.

Komunikasi asertif merujuk pada bentuk komunikasi di mana seseorang mampu dan mau menyampaikan pikiran, perasaan, pendapat, ide, keinginan, dan kebutuhannya kepada orang lain dengan cara yang tepat, di waktu dan tempat yang tepat. Kemampuan berkomunikasi asertif juga berarti mampu menolak pendapat atau keinginan orang lain dengan berkata  tidak, dengan cara yang tepat, serta tetap baik-baik saja ketika orang lain menolak pendapat, ide, saran, atau keinginannya. Anak perlu dilatih untuk memiliki sikap dan keterampilan asertif. Ini akan membuat anak menjadi bijaksana dalam berkomunikasi dan tetap kuat ketika mendapatkan penolakan.

Anak-anak cenderung bersikap manja. Hal ini terjadi karena anak memang sedang dalam proses perkembangan dalam aspek sosio-emosional. Selain itu, pemahaman anak dalam banyak hal juga masih terbatas. Akan tetapi, agar anak dapat berkembang dengan baik dan fungsi sosialnya berkembang dengan optimal, maka orang tua tidak boleh terlalu memanjakan anak. Tidak semua keinginan anak harus dituruti. Orang tua perlu selektif dalam memilih mana keinganan atau permintaan anak yang perlu dituruti dan mana yang tidak perlu dituruti. Bahkan, ada saatnya orang tua berkata tidak, terutama terhadap keinginan anak yang tidak baik atau berbahaya bagi anak atau orang lain. Hal ini akan membuat anak belajar bahwa tidak semua keinginan pasti didapat, kegagalan atau penolakan adalah suatu hal yang dapat dipahami dan diterima, serta membuat anak menjadi tidak cengeng dan kuat mental.

Pada anak perlu diberikan tugas dan tanggung jawab sedari dini. Tugas dan tanggung jawab tersebut tentu saja harus sesuai dengan kemampuan anak. Ini akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang taat, rajin, kreatif, disiplin, dan bertanggung jawab. Kelak dewasa ia akan menjadi individu yang disukai dan dipercayai oleh banyak orang. Dengan demikian, berdampak positif bagi karir, relasi sosial dan relasi personal, serta masa depan anak.

Segala sesuatu mengandung konsekuensi, baik itu konsekuensi positif maupun konsekuensi negatif. Konsekuensi adalah akibat dari pilihan seseorang.  Ada kalanya konsekuensi dapat dihindari, tetapi ada kalanya tidak. Misalnya: konsekuensi tidur terlalu larut malam adalah bangun kesiangan dan terlambat sekolah. Terlambat ke sekolah membuat anak ketinggalan pelajaran dan ditegur oleh guru. Hal ini dapat dihindari dengan cara tidak tidur terlalu larut agar dapat bangun di waktu subuh sehingga tidak terlambat masuk sekolah. Akan tetapi, adalah kalanya konsekuensi tidak dapat dihindari meskipun tidak diinginkan. Misalnya: semua murid harus ikut ujian. Konsekuensi dari sekolah adalah ujian. Mungkin tidak semua orang suka ujian, tetapi ujian adalah bagian dari proses pembelajaran di sekolah sehingga semua murid harus ikut ujian. Selain konsekuensi negatif,  ada juga konsekuensi positif. Misalnya: anak diberi perintah oleh oran tuanya membersihkan rumah di kala orang tuanya ke pasar. Anak taat. Ketaatan anak membuat orang tuanya bersukacita. Akibatnya, orang tua memberi anak hadiah berupa mainan. Dengan menerapkan konsekuensi, orang tua melatih anak untuk memilih dengan bijaksana serta berbesar jiwa menerima konsekuensi. Jadi, anak tidak terlalu sedih ketika mendapatkan konsekuensi negatif, sebaliknya hal tersebut ia jadikan sebagai pembelajaran.

Ada kalanya anak tidak taat atau ingin bertindak semaunya. Oleh karena itu, orang tua perlu bersikap tegas, konsisten dan disiplin. Dari sini anak akan belajar bahwa orang perlu memiliki pendirian yang jelas, berani dalam mengambil keputusan dengan tepat, mampu mengontrol diri, mau mengikuti aturan, dan fokus pada tujuan. Dengan demikian, anak akan tumbuh menjadi invidu yang kuat, bertanggung jawab, konsisten dan disiplin. Hal ini akan berdampak positif pada hidup anak di masa depan.

Dengan memerhatikan hal-hal tersebut dalam pola pengasuhan anak era digital, maka anak akan memiliki daya resiliensi yang baik. Anak tidak cengeng, tidak mudah menyerah, tidak mudah merasa sakit, tidak mudah patah hati dan dan tidak mudah frustasi. Anak akan tumbuh menjadi individu yang kuat dan tangguh. Cantik, indah, dan enak dilihat seperti buah strawberry, sekaligus tangguh, kuat, dan memiliki banyak potensi yang dikembangkan dengan optimal. Bak buah strawberry yang berguna bagi kesehatan manusia, hidup anak juga menjadi berguna bagi banyak orang. (SRP)

Share

Related posts

Leave a Comment